8

4.2K 206 6
                                    

Yo, what's up!!!

To night, I'll post the new chapter. Hope you enjoy with this

Happy reading
.
.
.
.

Sore ini Byan berencana akan mengajak Adel untuk makan malam bersama di luar. Dia bahkan menyuruh Willy orang kepercayaan Papanya itu untuk segera membawa pulang Adel ke kantornya. Padahal, istrinya itu sedang menikmati waktu bebasnya. Tapi itu bukan masalah bagi lelaki berusia 26 tahun ini.

Bukankah wajar saja jika seorang suami mengajak istrinya pergi keluar untuk makan malam? Begitu piikirnya. Lagi pula selama satu bulan ini Byan tak pernah mengajak Adel keluar rumah apalagi makan malam bersama.

Sebenarnya, Byan sedikit tak enak hati setelah mendnegar igauan Adel beberapa waktu lalu yang menyebutkan nama seorang pria. Sejak beberapa hari terakkhir ini ia jadi sulit berkonsentrasi. Hanya dengan mengingat nama pria itu saja suda membuatnya sedikit kesal. Maka dari itu, Byan pikir dengan mengajak Adel makan malam bersama mungkin ia akan menemukan sedikit informasi tentang siapa pria bernama Andrew itu.

Hah, Untuk apa aku memikirkan siapa pria itu. Sangkalnya.

Byan segera meletakan semua berkas yang tadi ia baca ke samping meja. Lau ia memijat pelan pangkal hidungnya, berharap rasa pusing nya sedikit reda.

"Kau belum pulang, Boss? Bukan kah pekerjaan mu hari ini sudah selesai." Tiba-tiba suara Reno masuk ke gendang telinganya. Perempat siku muncul di pelipis Lelaki yang menyandang sebagai wakil CEO itu. Byan mengehela nafas kasar melihat tingkah tak sopan sekertarisnya yang masuk tanpa permisi ke ruangannya.

"Apa kau tak di ajari sopan santun oleh orang tua mu hah?" Byan hanya pasrah menghadapi sikap seenaknya saja yang selalu di tunjukan oleh Reno disaat senggang seperti ini.

"Orang tua ku sangat baik mendidik anak semata wayang nya ini, Pak." Dengan santai serta senyum cengengesan nya, Reno memandang Byan yang masih memijat pangkal hidungnya.

"Jika memang begitu. Kenapa kau tak menerapkan sopan santun pada atasan mu?" Kesabaran Byan sudah habis melihat tingkah santai Reno yang sudah di anggap nya sahabat sendiri.

Benar, jika di ingat lagi Reno adalah junior Byan saat di perguruan tinggi dulu. Awalnya, Byan tak mengingat apapun tentang Reno yang tiba-tiba di perintahkan sang papa untuk menjadi sekertaris nya satu tahun lalu. Namun, setelah Reno mengingatkan beberapa hal tentang dirinya, barulah Byan mengerti mengapa Reno selalu terlihat santai jika berada di dekatnya. Reno adalah anak yang sempat berada dalam satu organisasi dengannya saat di kampus dulu. Byan baru mengingat siapa laki-laki yang terlihat seperti anak SMA di usianya yang ke 24 ini. Dan sebagai tambahan, Reno adalah anak dengan otak cemerlang seperti hal nya Byan.

"Jangan marah. Nanti kau cepat tua pak. Kasihan istri mu, ia akan memiliki suami yang terlihat lebih tua dibandingkan dengan umur aslinya." Goda Reno dengan senyum jahilnya. Reno memang selalu begini. Jika tidak ada urusan yang berkaitan dengan orang penting di perusahaannya. Ia akan bersikap layaknya seorang sahabat pada Byan. Namun, terkadang Byan jengah dengan sikap seenak nya Reno.

"Haaahh. Katakan apa yang kau mau? Biasanya kau ada maunya jika sudah masuk seenaknya ke ruangan ku" Seakan hapal dengan semua kebiasaan Reno, Byan langsung to the point pada permasalahannya.

"Bingo! Kau memang jenius, Boss." Reno tersenyum senang

***

[Di depan kantor]

"Adel?"

Merasa namanya di panggil, Adel mengedarkan pandangan mencari siapa orang yang memanggilnya. Saat menengok, dari arah samping, Adel bisa melihat lelaki dengan perawakan tinggi sedang menghampirinya.

Bittersweet MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang