.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Di sebuah apartement mewah terlihat seorang lelaki berperawakan tegap sedang membaca beberapa berkas di meja kerjanya. Sesekali segaris senyum tertera di wajah kebaratan miliknya. Manik biru lautnya bergerak teratur membaca secarik kertas yang kini ia pegang di tangan kirinya.
"Wow, Nicholas. Perusahan terbesar dan sangat berpengaruh di berbagai bidang. Mereka pasti sangat jenius." Ucap nya tanpa mengalih kan pandangannya dari kertas tersebut.
"Ya, mereka sudah membuka cabang di luar kota bahkan luar negeri. Dan yang paling menarik. Kabarnya perusahaan pusat akan jatuh ke tangan anak bungsunya." Ujar lelaki paruh baya yang duduk di sofa seberang meja kerja lelaki bule itu.
"Bungsu? Apa aku tak salah dengar? Bukan kah anak sulung nya lebih berbakat?" Ucap nya dengan nada penasaran. Seolah memastikan apa yang dikatakan lelaki paruh baya itu benar.
"Ya, tapi si bungsu lebih menakutkan. Kabarnya Ia mampu menaklukan beberapa perusahan besar saingannya saat ia baru saja menyandang kursi wakil CEO setahun sebelumnya. Maka dari itu ia di sebut sebagai Si jenius dari keluarga Nicholas." Ujar lelaki paruh baya itu sambil menyesap teh yang sudah tersedia di meja depan nya.
"Hmm... menarik." Seringai tipis tercetak di wajah lelaki dengan helaian dark chocolate itu.
"Jadi kau mau bekerja sama dengan ku untuk menjatuhkan perusahaan besar itu?" tanya lelaki paruh baya itu.
"Hahaha... ekspektasi mu terlalu tinggi pak tua. Perusahaan sebesar itu tak akan runtuh jika kita memangkas luarnya saja. Tapi aku akan coba memangkas dari dalam." Ucap sang lelaki sakratis.
"Kau memang cerdik Andrew. Pantas saja mendiang ayah mu sangat bangga." Lelaki paruh baya itu tersenyum senang pada lelaki bernama Andrew itu.
"Ya, kita lihat saja sejauh mana perusahaan besar ini bertahan." Ujar Andrew tajam sambil menaruh secarik kertas yang sebelumnya ia pegang.
***
Apartement Byan
"Acara keluarga?" Tanya Byan pada Papanya yang sedang menyesap teh di meja makan bersama nya.
Sejak 15 menit yang lalu ayah dan anak ini duduk di meja makan sambil mendiskusikan perihal bisnis dan acara keluarga yang akan diadakan oleh kelurganya akhir pekan ini.
"Ya benar, Acara keluarga. Kau harus mengajak Adel. Sudah lama kita tak kumpul seperti ini. Lagi pula ini kesempatan bagus untuk mengenalkan Adel pada keluarga yang lain." Ujar Satrya pada Byan yang masih membaca surat undangan di tangannya.
Byan menghela napas dan langsung menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi makan. Lelaki tampan itu memijat keningnya.
"ah, kau sudah lama tidak bertemu Amanda. Lagi pula Papa ingin melihat cucu kesayang." Pria paruh baya yang masih terlihat tampan di usia nya yang sudah masuk kepala 5 ini tersenyum cerah mengingat anak kecil yang merupakan anak dari Amanda yang sudah dianggapnya cucu itu.
Jika sudah menyangkut hal ini bisa dipastikan Satrya akan terus memaksa Byan untuk datang keacara tersebut. Bagaimana tidak, sejak kelahiran anak pertama Amanda yang notabennya adalah anak dari adik papa nya itu. Satrya yang memang sangat menyukai anak kecil, selalu meluangkan waktunya untuk berkunjung ke rumah Amanda hanya untuk melihat perkembangan si kecil.
"Aku tak akan datang. Lagi pula hari itu aku harus mengadakan meeting." Ucap Byan bangkit dari duduk nya.
"Lupakan meeting, itu bisa di ganti hari lain Byan." Satrya hanya melihat Byan yang berlalu meninggalkan ia menuju dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Marriage
RomanceAkankah ada cinta yang tumbuh diantara Adel dan Byan dari pernikahan atas dasar perjanjian? . . . . . . . Adult content. Hati-Hati yang belum cukup umur!!! Update kalong