28

2.3K 105 2
                                    

.
.
.
.
.
.
.




“Apa kau yakin turun disini? Aku akan antarkan sampai tempat.”

“Tidak apa mas. Aku turun disini saja. Lagi pula Lili berjanji akan menjemput ku disini.” Ucap Adel meyakin kan.

“Ok.” Lanjut Byan berusaha bersikap tenang. Meskipun sebenarnya Byan merasa ada yang aneh pada Adel. Tapi ia tidak mau berprasangka buruk. Biarlah istrinya itu sesekali keluar bersama temannya.

Setelah Byan pergi, Adel melanjutkan perjalanan nya menuju tempat pertemuannya dengan Karisa.

Pagi ini Adel harus berbohong pada Byan. Pasalnya, setelah menerima pesan dari Karisa tadi malam, Adel tidak memberi tau Byan perihal pertemuannya ini.

Adel sengaja tidak memberi tau Byan karena jika ia memberitahu Byan, suaminya itu pasti tidak mengijinkan nya. Apalagi, setelah kejadian di Hawaii waktu itu.

Jadi lah, Pagi ini Adel harus meyakinkan Byan kalau ia pergi untuk menemui Lili bukan Karisa.

**

10 menit kemudian Adel sampai di tempat pertemuannya dengan Karisa. Ternyata tempat itu adalah sebuah caffe yang mengusung konsep nature. Adel melihat banyak sekali tanaman hijau di beberapa pojok Caffe. Bahkan ada kolam kecil yang di kelilingi pepohonan kecil yang memancarkan kesan segar.

Adel tak mau berlama-lama menikmati suasana Caffe yang terasa cocok dengan nya itu. Akhirnya ia segera mencari keberadaan Karisa. Setelah matanya mencari kesana kemari, Adel melihat Karisa sedang duduk di salah satu pojok caffe.

“Ehm.. Hi.”

Adel menyapa Karisa ketika ia sudah berada di depan kursi Karisa.

“Oh.. Hi. Duduk lah.”

Ucap Karisa setelah sadar bahwa Adel sudah datang.

Adel pun duduk di bangku depan Karisa. Dan baru saja Adel duduk, seorang waiters mengantarkan beberapa makanan untuk 2 orang plus minuman dan beberapa camilan.

“Makan lah. Jangan sungkan. Aku sengaja memesan ini untuk mu.” Ucap Karisa ramah pada Adel sambil mengambil satu porsi sandwidch untuk nya.

“Terimakasih.” Jawab Adel sambil mengambil sepotong sandwich yang juga dipesan Karisa. Tanpa sedikitpun rasa curiga.

“Oh ya, bagaimana keadaan mu?” Tanya Karisa di sela acara makan nya.

“Aku baik baik saja.” Jawab Adel canggung.

“Pasti sakit ya? Maaf ya atas kejadian itu. Aku terlalu gegabah. Aku terlalu di butakan hal-hal yang tidak penting. Apalagi tentang masalah ku dengan Byan.”

Adel hanya mengangguk dengan raut wajah canggungnya ketika Karisa berusaha meminta maaf atas kejadian di Hawaii saat itu.

“Iya tak apa.”

Adel hanya merespon seperlu nya. Meskipun ia memang sedikit tidak nyaman berada di dekat Karisa.

“Aku benar-benar menyesal. Seharusnya aku tidak melakukan semua itu. Rasanya bertemu dengan mu hari ini saja seperti orang yang tebal muka. Tapi.. Karena aku tulus ingin meminta maaf, jadi aku berani kan diri.”

Karisa menjelaskan dengan raut sendu. Dan hal itu membuat Adel merasa bahwa mungkin saja Karisa memang benar benar tulus meminta maaf.

“Tak apa. Lagi pula aku juga sudah merasa baikan.” Ucap Adel tersenyum kecil.

Karisa pun ikut tersenyum. Dari matanya, Karisa bisa melihat dengan jelas bekas luka di kening kiri Adel. Luka itu tentu bukan luka kecil. Bahkan Adel masih membalutnya dengan kain kasa.

Selama Karisa memperhatikan Adel. Ia berpikir bagaimana caranya agar Adel percaya bahwa ia memang ingin meminta maaf. Meski dalam lubuk hatinya Karisa sangat enggan melihat wajah Adel.

“Oh iya, aku memesan cappucioi untuk mu. Cappucino disini sangat nikmat. Kau harus mencoba nya.”

Karisa berusaha mengalihkan pikiran nya yang mulai tidak terkontrol. Ia harus senatural mungkin berinteraksi dengan Adel.

Namun, Adel terlihat enggan meminum Cappucino yang dipesan Karisa.

“Kenapa? Kau tidak suka?” Tanya Karisa dengan wajah kecewa.

“Ah.. Bukan, tapi ini masih pagi untuk minum muniman seperti ini. Jadi maaf.”

Adel berusaha menolak karena memang ia tidak biasa minum kopi di jam yang masih terbilang pagi ini.

“Ah, kenapa begitu? Oh, atau kau curiga aku menaruh sesuatu di minuman mu?” Ucap Karisa seolah memancing emosi.

“Ah, Bukan. Tentu Bukan begitu. Aku cuma tidak terbiasa saja.” Jawab Adel dengan perasaan tidak enak.

“Kalau begitu ayo cicipi sedikit saja. Sayang kan sudah ku pesan. Oh atau begini saja, aku duluan yang akan mencicipinya. Supaya kau percaya kalau aku tidak menaruh apapun di cappucino ini.”

Bittersweet MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang