30

5.9K 177 32
                                    

.
.
.
.
.
.
.




Lili mengeliat setelah tertidur hampir 2 jam selama perjalanan. Ia sengaja duduk di bangku belakang mobil Byan. Alasan nya karena Lili masih merasa canggung dan tidak enak juga jika duduk di bangku depan.
Setelah matanya benar-benar terbuka. Lili merogoh kantung jaketnya untuk melihat jam di ponsel nya.

‘Jam 3 pagi’ Batin Lili.

Sejenak ia melihat kearah depan. Byan masih setia menyetir dengan kecepatan normal. Tidak seperti tadi malam, Byan menyetir dengan kecepatan cukup kencang. Sampai membuat Lili sedikit ketakutan jika terjadi sesuatu pada mereka.

“Ehm… apa kita bisa berhenti sebentar di rest area? Ku rasa aku perlu ke kamar kecil.” Ucap Lili sambil berdehem.

Ia sebenarnya juga cukup khawatir akan kondisi Byan. Bayangkan saja, dari jam 11 malam sampai jam 3 pagi begini Byan terlihat belum istirahat sama sekali. Dan Lili percaya, lelaki ini pasti sudah seharian kemarin juga belum istirahat.

“Hn.”

10 menit kemudian mereka berhenti di rest area. Lili yang berniat ke kamar kecil menyaran kan Byan untuk istirahat sejenak. Lelaki itu terlihat sangat tidak layak untuk melanjutkan perjalanan. Kantung matanya pun terlihat sedikit menghitam karena tidak tidur semalaman. Dan untunglah, Byan menurut kali ini.

“Istirahat lah. Aku juga ingin sedikit merenggangkan tubuh di tempat istirahat di dekat mini market. Jika kau mau istirahat disana juga boleh. Tapi ingat, jangan memaksakan diri. Sebaiknya kau istirahat, Ok. Aku tidak mau menumpang di mobil orang yang kelelahan. Bisa-bisa terjadi sesuatu di perjalanan. Ingat! Kau harus istirahat. ”

Ucap Lili bak orang tua yang sedang menasihati anak nya.


Byan hanya diam sambil bersandar di depan bumper mobil nya. Lelaki itu kelihatannya juga ingin menghirup udara segar setelah semalaman menyetir tanpa istirahat.

“Ya.” Byan hanya menjawab singkat.

“Ok, istirahatlah. Kita akan lanjutkan jam 6 nanti. Ingat kau harus tidur.” Lanjut Lili sebelum pergi meninggalkan Byan.

Lelaki dengan tubuh semampai itu menghembuskan napas panjang sebelum memutuskan pergi ke mini market untuk membeli air dan beberapa makanan. Setelah itu ia kembali ke dalam mobil untuk beristirahat.

Ketika memutuskan untuk tidur di dalam mobil. Sejenak Byan menerawang. Apa Adel baik-baik saja? Apa yang sebenarnya terjadi? Dan banyak pertanyaan lain yang bersarang di kepalanya.

“Haaah… aku harus istirahat.” Sambil menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jari-jari nya. Byan memutuslan istirahat sejenak. Jika tidak, ia yakin kepalanya tidak bisa berpikir jernih.



                                   ***



[Di Villa]

Andrew menggeliat dalam tidurnya. Sesaat kemudian, ia berusaha membuka mata. Tenggorokannya kering, ia haus.

“Hoaaam.”

Sambil mengacak belakang kepalanya, lelaki yang sedang bertelanjang dada itu menyingkap selimut tebal yang menyelimuti tubuh nya. Lalu pergi ke arah meja di depan ranjang berukuran king size itu.

Dari tempat nya, ia bisa melihat sosok wanita yang sedang tertidur pulas dari pantulan cermin besar di depan nya.

Andrew hanya menghela napas lalu meneguk segelas air yang sudah ia tuangkan ke dalam gelas. Setelah selesai, ia tak langsung kembali ke ranjang. Ia malah memilih memperhatikan wanita yang sedang di gulung selimut itu dari pantulan cermin.

Ada perasaan iba di hati kecil nya melihat tubuh munggil itu. Tapi semua nya seolah ia sangkal dengan semua rencana yang sudah ia susun.

Tak ada gunanya jika ia terus merasa seperti itu pada Adel. Ia sudah memutuskan untuk sekali lagi menghancurkan harga diri wanita yang pernah mengisi hati nya. Jadi, apa yang ia rasakan harus ia buang jauh-jauh dari hatinya. Bahkan sejak 5 tahun yang lalu, Andrew sudah memutuskan untuk tidak lagi mempertahan kan perasaan nya pada Adel.

Ia sudah tidak lagi peduli pada wanita itu, ia sudah tidak lagi ingin menyimpan simpati itu. Bahkan sejak mengetahui Adel menikah dengan Byan, Andrew memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan Adel.

Tapi, pertemuan nya dengan Adel saat di kantor Byan beberapa bulan lalu membuat perasaan nya sedikit goyah. Ia melihat Adel kini berubah menjadi wanita cantik dan terlihat begitu kuat dari sebelum nya. Dan sekali lagi, ia ingin membuktikan bahwa perasaan nya dulu sudah tidak ada untuk Adel. Ya, itu yang ia pikirkan awalnya.

Tapi sekarang, setelah ia kembali merengkuh Adel dalam dekapan nya, ada perasaan iba yang entah datang dari mana. Dan tentu, Andrew benci dengan hal itu.

Seharus nya ia senang, kini rencana untuk menjatuhkan satu persatu keluarga Nicholas sedikit terbantu dengan adanya Adel. Dengan begitu, ia bisa menyingkirkan Byan terlebih dahulu dari posisi penting di perusahaan yang sudah membuat ayah nya sakit hingga koma sampai sekarang.

Dalam kepalanya, Andrew masih mengingat jelas bagaimana perusahaan besar milik Satrya Nicholas itu mengalahkan kemajuan perusahaan milik Ayah nya hingga mengakibatkan kebangkrutan. Bahkan sekarang ia harus melihat Ayah nya sakit karena kejadian itu.

“Haaaaaah.”

Bittersweet MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang