26

2.5K 104 4
                                    

.
.
.
.
.
.
.

“Welcome home.”

Adel dan Byan mendapat sambutan hangat dari lelaki berambut merah di hadapannya.

“Ian?” Byan mengangkat satu alisnya ketika melihat Ian berada di rumah.

“Hy, little brother. Bagaimana bulan madu mu?” Ian tersenyum sambil melirik pada Adel yang berada di belakang tubuh Byan.

Melihat Ian melirik istrinya, Byan segera menghadang dengan tanganya.

“Don’t worry. Aku tidak akan melakukan apapun.” Ucap Ia yang menyadari maksud Byan.

Ya, sepulang dari Hawaii Byan memutuskan untuk pulang ke rumah orang tua nya. Selain menghemat waktu karena Adel ingin membagi oleh-olehnya. Byan pikir akan lebih dekat ke kantor untuk keesokan hari nya.

“Ayo masuk.” Ajak Ian sambil melenggang memimpin Byan dan Adel yang mengekor di belakang sambil membawa 2 koper berisi oleh-oleh.

Mendengar ribut-ribut di lantai bawah, Satrya dan Maria pun ikut melihat siapa yang datang. Ketika mengetahui bahwa putra dan menantu nya lah yang datang, Maria segera menghampiri Byan dan memeluk hangat putra bungsunya. Begitupun Satrya, ia memeluk Adel tak kalah hangat dari pelukan Maria untuk Byan.

“Bagaimana liburan nya?” Tanya Satrya setelah melepas pelukan nya.

“That’s good.” Jawab Byan.

“Ayo duduk, biar mama bawakan minum.” Ucap Maria ditengah pembicaraan keluarganya.

Byan, Adel, Ian dan Satrya menurut dan mereka duduk di sofa ruang keluarga.

“Oh ya, apa kau sudah tidak apa-apa?” Satrya bertanya pada Adel sambil mengusap pucuk kepalanya.

Adel sedikit bingung mengapa papa menanyakan keadaannya. Apa papa nya tau tentang apa yang terjadi di Hawaii?

Adel menatap Byan untuk memastikan dari mana papa nya seolah tau mengenai kondisi nya. Dan Adel segera mendapat jawaban ketika Byan menatapnya sambil memberi anggukan.

“Aku tidak apa-apa Pah.” Jawab Adel memberi tau papa nya bahwa ia sudah baik-baik saja.

“Oh, syukurlah. Papa dapat telpon dari Byan katanya kamu salah makan sampai muntah-muntah dan tak sadarkan diri.” Satrya menjelaskan dari mana ia tau kondisi Adel. Tapi Adel sedikit mengernyitkan dahi nya mengetahui alasan yang Byan berikan pada Papa nya.

“Tapi sekarang Adel sudah tak apa Pah.” Ucap Byan berusaha ikut larut dalam pembicaraan.

“Apa yang kau makan sebenarnya?” Maria yang baru saja keluar dari arah dapur bertabta tiba-tiba sambil membawa senampan minuman dan makanan ringan untuk anak-anak dan suaminya.

“Ah.. itu…” Jawab Adel terbata

“Ikan fugu. Adel tidak tau kalau ikan yang dimakannya Ikan fugu mentah.” Namun Byan membantu menjawab pertanyaan yang sudah pasti tidak bisa di jawab Adel.

“Hmm.. seharusnya perhatikan lagi makanan apa yang mau di makan lain kali.” Lanjut Maria sambil duduk di samping Ian yang juga duduk di sofa yang berhadapan dengan tempat Byan, Adel dan Papa nya.

“I.. iya. Aku akan lebih berhati-hati.” Ucap Adel sambil tersenyum santai.

Byan merasa lega karena Adel bisa bekerja sama dengannya seolah semua itu memang yang sebenarnya terjadi.

Namun, ditengah keheningan yang terjadi setelah percakapan antara Maria dan Adel. Ian menyambung menanyakan luka pada dahi Adel yang sedikit di balut kain kasa.

“Ah.. ini…”

“Adel tak sengaja jatuh mengenai pilar salah satu tempat makan yang kami kunjungi.”

Lagi, Byan yang menjawab pertanyaan yang diarah kan pada Adel. Merasa Byan menutupi semua cerita yang sebenarnya terjadi, Adel hanya melihat pada Byan dengan tatapan bertanya.

“Mengapa kau ceroboh sekali?” Maria menyahut dengan nada yang lebih lembut dari pertama kali ia bertemu Adel. Bahkan wanita berusia lebih setengah abad itu terlihat menunjukan kekhawatirannya.

Adel hanya tersenyum sungkan mendengar mama mertua nya mengatakan ‘ceroboh’ pada nya.

“Ya sudah kalau begitu, yang penting kalian pulang dengan selamat meskipun dua hari lebih lama dari perkiraan.” Ucap Satrya.

Byan merasa lega ketika Papa nya tidak bertanya lebih jauh soal kondisi Adel.

***

Malamnya, Adel dan kedua mertuanya asik mengobrol setelah makan malam di ruang keluarga sambil menunjukan oleh-oleh yang ia bawa dari Hawaii.

Berbeda dengan Byan, lelaki itu seakan enggan ikut bergabung dan lebih memilih untuk mencari udara di balkon depan depan sambil menerawang memikirkan beberapa hal.

‘Puk’

Byan yang sedang asik melihat langit malam, sedikit terkejut ketika merasa ada yang menepuk pundaknya.

“Memikirkan bagaimana cara nya membuat anak?”

Byan mendengus sambil tersenyum pahit mendengar pertanyaan Ian yang ikut bergabung berdiri di sandaran balkon,

“Jangan terlalu di pikirkan. Bukan kah kau juga tidak ingin membuat anak?”

Ucapan Ian sedikit menusuk kala mengatakan bahwa Byan tidak ingin anak.

“Hn.” Byan hanya mendengus.

Ya mungkin benar, untuk saat ini Byan belum memikirkan kemungkinan untuk memiliki anak,

Ian hanya tersenyum nakal melihat respon adik nya. lelaki yang sama-sama memakai kaos hitam panjang itu mulai membalikan badan dan menyandarkan punggungnya dengan nyaman ke pagar penghalang balkon.

“Katakan apa yang sebenarnya terjadi.” Byan terkejut mendengar pertanyaan Ian kali ini.

“Tidak usah terkejut. Kau sudah hafal bagaimana aku ini.” Lanjut Ian setelah melihat wajah terkejut Byan. Adik nya itu bahkan terlihat kesulitan menjawab pertanyaannya.

“Aku tidak akan percaya begitu saja tentang luka yang ada di dahi Adel. Dilihat dari ukuran nya saja tentu itu bukan luka yang kecil.” Lagi, Byan pasrah mendengar penuturan Ian. Kakak tengah nya ini memang pintar dalam hal seperti ini. Ia bahkan sudah mencurigai nya sejak ia datang ke rumah ini.

“Bertingkah lah seolah semua yang ku katakan tadi memang hal yang bernar.” Ucap Byan mencoba menjawab pertanyaan Ian.

Ian hanya mendengus sambil menyeringai mendengar jawaban Byan.

“Biar ku tebak,”

Kali ini Byan sepertinya sedikit tertarik pada pembahasan Ian. Terbukti dari gelagatnya yang mulai menoleh pada Ian.

“Ini ada hubungannya dengan Karisa.”

‘Deg’

Byan terkejut bukan main. Dari mana Ian tau kalau ini ada hubungannya dengan Karisa. Tapi jauh dalam hati Byan, ia merasa curiga bahwa Ian memiliki hubungan dengan Karisa. Apalagi kejadian di Bar beberapa waktu sebelumnya semakin menambah kecurigaan Byan.

Ian hanya memasang senyum miring melihat reaksi Byan yang menurutnya sangat lucu.

“Dari mana kau tau?” Tanya Byan yang berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

“Byan, kau tidak perlu pura-pura polos. Kau tau kan aku banyak menyebar anak buah ku sebagai informan.” Alih-alih menjawab pertanyaan Byan, Ian malah meledek adiknya yang sekarang bersikap sok tidak tau.

“Hn.” Byan hanya berdehem. Tentu ia tidak bodoh dari mana Ian tau. Tapi yang ia pertanyakan, mengapa seolah kakak nya itu seakan tertarik jika sudah berkaitan dengan Karisa.

“Katakan. Apa yang kau ingin tanyakan pada ku? Bukan kah kau penasaran mengapa aku tau kalau Karisa ada hubungannya dengan luka Adel.” Seakan bisa membaca pikiran Byan, Ian kembali menanyakan pertanyaan yang membuat si anak bungsu itu terperanjat kaget.

Tapi Byan hanya diam saja. Ia tidak ingin menanyakan apa pun. Lebih tepatnya Byan terlalu gengsi menanyakan soal Karisa.

“Hahaha.”

Ian tertawa melihat adiknya kesulitan seperti ini. Akhirnya Ian berinisiatif menceritakan hal yang sudah pasti Byan tidak tau tentang dirinya dan Karisa.

“Aku tidak tahan. Haaah.” Ucap Ian di sela tawa nya.

“Ok. Dengarkan baik-baik. Aku sedang menyelidiki Karisa.”

Byan tidak percaya apa yang kakak nya kata kan. Lelaki tampan itu kini terlihat memasang wajah serius nya.

“Aku sengaja membuat Karisa dekat dengan ku. Kami juga pernah menjalan kan satu rencana untuk memisahkan mu dengan Adel. Tapi sepertinya aku gagal.” Ucap Ian sambil menerawang jauh kea rah langit malam yang hitam pekat.

Byan berusaha mendengar cerita kakak nya sambil menahan emosi yang bisa kapan saja meledak. Byan tidak menyangka, kakak nya ini berusaha menjalankan rencana bodoh pada nya.

“Karisa memberi tau ku tentang perjanjian pernikahan mu. Aku tak percaya awalnya, tapi aku sadar kau bisa saja melakukan apapun dengan semua kemampuan dan kekuasaan mu.” Lanjut Ian.

“Aku sempat terbawa suasana sampai berencana untuk benar-benar memisahkan mu dengan Adel. Tapi ku lihat sepertinya kau malah jatuh terlebih dahulu pada permainan mu.”

Pupil mata Byan terlihat mengecil kala Ian mengatakan kalimat terakhirnya. Ian yang menangkap keterkejutan itu hanya tersenyum miring sambil melanjutkan ceritanya.

“Ya, semua hal bisa saja berjalan tidak sesuai ekspektasi mu. Jadi terima saja konsekuensi dari pernikahan ini. Tapi yang ku takutkan adalah Karisa melakukan sesuatu yang lebih buruk dari ini. Kau tau, tujuan utama nya mendekati mu tak lain adalah ingin menguasai kekayaan.”

Lagi, Byan tak tau apa-apa tentang ini. Mana mungkin Karisa melakuakn semua itu? Seingat Byan, Karisa tidak pernah ingin menguasai kekayaan keluarganya. Untuk apa ia melakukan itu? Bukan kah Karisa sudah tercukupi dengan semua kesuksesan yang ia capai?

“Tapi itu awal nya. semakin wanita itu berhubungan dengan mu. Semakin juga ia jatuh pada mu sampai akhirnya Karisa memutuskan untuk tidak lagi memikirkan harta. Tapi ia ingin menguasai ini dari mu.” Ian menyentuh dada kanan Byan dengan telunjuk jari nya menjelaskan bahwa Karisa menginginkan hati nya.

“Wanita itu memang makhluk yang sulit di mengerti. Bahkan dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan yang dulu menjadi miliknya kembali. Ia terlalu terobsesi pada mu. Dan kau, kau harus menjelaskan semua nya pada Karisa. Jujurlah pada hati mu sendiri. Jangan kau campur aduk kan masalah hati mu pada karisa dengan kehidupan rumah tangga mu. Ingat, Adel hanya orang luar. Dia bukan wanita yang pantas kau libatkan dalam masalah ini. Selesaikan masalah mu dengan Karisa dan mulai lah kehidupan baru mu.”

Byan mendengarkan dengan hati-hati semua yang di katakana Ian. Bahkan ia masih tidak percaya bahwa Karisa akan melakukan segala cara untuk memisahkan nya dengan Adel.

Ian, lelaki yang sedang menatap lurus adiknya yang tengah termenung sambil melihat lurus ke arah lain hanya bisa berharap Byan paham dengan semua yang ia kata kan tadi.

Jujur saja, Ian tidak terima jika rumah tangga Adik nya hancur karena orang lain. Mana ada seorang kakak yang tega melihat adik nye terluka. Selama ini, diam-diam Ian memperhatikan semua gerak gerik Byan. Ia hanya tidak ingin adik nya jatuh ke lubang yang sama seperti diri nya dulu. Ia hanya berharap Byan bisa melakukan hal yang lebih baik dari diri nya. meskipun secara sadar, jauh di lubuk hati nya Ian ingin Byan mengakui nya sebagai sosok kakak yang bisa ia andalkan. Meskipun, Ian tidak ada hubungan darah dengan Byan maupun Rama.

“Pikirkan jalan terbaik. Kau cerdas. Jangan sampai mengecewakan papa dan mama. Terlebih Adel.” Ucap Ian sambil menepuk pucuk kepala Byan sambil melenggang pergi meinggalkan Byan sendiri.

Byan hanya termenung sibuk dengan pemikiran nya. lelaki dengan manik sehitam jelaga itu mengusap wajahnya sambil menghembuskan napas panjang ketika kepalanya sudah terasa penuh dengan semua hal yang di katakana Ian.

Lalu, apa yang harus ia lakukan sekarang?

***

Di sebuah rumah mewah denga pekarangan besar, terlihat sebuah mobil terparkir di depan nya.

Sosok tinggi yang baru saja tiba di kediamannya terlihat kebingungan siapa malam-malam begini yang berkunjung ke rumahnya. Kala kaki-kaki panjang itu melangkah memasuki ruang tamu, ia terkejut melihat sosok cantik dengan rambut berombaknya duduk sambil menatap tajam ke arahnya.

“Oww.. lihat siapa yang datang.” Andrew, lelaki itu segera memasang wajah sok manisnya melihat Karisa sedang menatap tajam diri nya.

“Kita perlu bicara.” Ucap Karisa dingin.

“Ho.. Santai cantik. Kita bisa bicara santai sambil meminum anggur. Deal?” Ucap Andrew sambil menawarkan minum pada Karisa.

Merasa itu ide yang bagus. Karisa menyetujui tawaran si tuan rumah. Akhirnya mereka pergi masuk menuju mini bar yang berada di rumah Andrew.

“Kata kan. Apa yang ingin kau diskusikan dengan ku?” Tanya Andrew saat ia tiba di Mini bar sambil menungkan anggur ke dalam gelas di hadapan Karisa.

“Aku setuju untuk menjatuhkan keluarga Nicholas.”

Andrew tersedak anggurnya sendiri kala wanita di sampingnya mengatakan hal yang tidak dia percaya.

“Ohok… Waw… kau tidak sedang mabuk kan?” Tanya Andreew berusaha meyakinkan apa yang ia dengar bukan bohong.

“Aku akan melakukannya, dengan satu syarat.” Karisa tidak ingin membuang waktu menjawab pertanyaan konyol Andrew. Yang diinginkan perempuan itu saat ini adalah bekerja sama dengan Andrew.

“Syarat?” Tanya Andrew sambil tersenyum lebar.

“Aku akan membantu mu menjatuhkan perusahaan Nicholas dan kau harus bisa menyingkirkan wanita kampungan itu. Buat ia menyesal sudah berani melawan ku.”

Dengan nada tajam Karisa menatap Andrew dengan tatapan tak kalah tajam dari perkataannya.

Dengan raut wajah tegas, wanita itu seolah mengulang kembali ingatan pada kejadian dimana Byan berteriak pada nya untuk membela wanita kampungan itu.

“Woaaahhh…. Apa aku tidak salah dengar? Tunggu, ceritakan apa yang membuat mu seperti ini?” Andrew tidak bisa menyembunyikan kegirangannya karena Karisa mau membantunya melumpuhkan perusahaan besar incarannya itu.

“Kau tak perlu tau. Kau hanya perlu membuat wanita murahan itu menderita atau…” Karisa memotong kalimatnya saat Andrew sedang memperhatikan dengan seksama.

“Atau?” Lagi, Andrew bertanya. Hanya saja kali ini dengan alis berkerut.

“Atau kau lenyapkan saja wanita itu. Kau boleh melakukan apapun pada nya.”

Andrew terlihat terkejut ketika Karisa mengatakan ia boleh melenyapkan Adel.

“Tunggu. Kau tidak serius kan?” Tanya Andrew. Lelaki itu sedikit terlihat keberatan kala Karisa memintanya untuk membunuh Adel.

“Kenapa? Kau tidak sanggup?” Tanya Karisa masih dengan nada tajam nya.

Andrew tak menjawab apa pun. Lelaki itu terlihat sedikit berpikir.

“Oh atau kau tidak tega melenyapkan wanita yang dulu pernah menemani malam-malam mu? Iya?”

Kali ini Andrew sampai harus mendongkak pada Karisa dengan wajah terkejutnya. Apa maksud Karisa? Mengapa wanita itu bisa berkata seperti itu seolah tau tentang masa lalu nya dengan Adel?

“Kenapa? Kau terkejut dari mana aku tau tentang itu? Sudah lah, aku tidak mau basa basi. Aku datang kesini karena ingin menyetujui kesepakatan yang kau buat dulu. Dan sekarang, jangan buat ku berubah pikiran Andrew.” Lanjut Karisa sambil memasang wajah marah nya.

Andrew, lelaki itu hanya mendengus kesal mendengar penuturan Karisa. Ia tidak mungkin kalah dengan wanita seperti Karisa.

“Dari mana kau tau?” Andrew malah bertanya ketimbang menanggapi penuturan Karisa.

Tapi Karisa tidak menjawab pertanyaan Andrew. Ia lebih memilih merogoh tasnya dan mengeluarkan benda kecil yang mampu membuat Andrew terkejut kesekian kalinya.

“Ini. Semuanya ada dalam flashdisk ini. aku sudah melihat semuanya. Perbuatan bejat mu pada wanita murahan itu. Dan jangan pikir aku akan membiarkan mu menekan ku terus menerus. Kini giliran ku yang menekan mu.” Ucapan Karisa syarat akan ancaman.

Andrew tak percaya, dari mana Karisa bisa mendapatkan flashdisk yang beberapa kali ingin ia lenyapkan. Bahkan seingatnya flashdisk itu sempat hilang entah kemana. Jadi, selama ini benda itu ada di tangan Karisa.

Melihat Karisa memegang flashdisk itu dengan ujung telunjuk dan ibu jari nya seolah jijik. Andrew berusaha merebut benda itu. Namun, kelihatannya lelaki itu kurang cepat. Karisa sudah terlebih dahulu menggenggam erat benda itu.

“Eit, mau apa? Mau benda ini kembali pada mu? Lakukan dulu tugas mu.” Ucap Karisa sambil tersenyum miring seolah mengejek Andrew yang terlihat masih dengan keterkejutannya.
.
.
.
.
.
.


Enjoy
.
.

Bittersweet MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang