25

2.7K 116 3
                                    

.
.
.
.
.
.
.

“Kita tidak jadi pulang besok.”
Di Lorong ruah sakit, terlihat Byan yang sedang menelpon seseorang di seberang sana. Ia melipat salah satu tangan nya di depan dada. Sesekali alis nya terlihat berkedut saat berbicara. Namun. Wajah sendu itu tidak bisa ia sembunyi kan di balik wajah stoic nya.

“Tidak perlu khawatir, aku akan segera pulang setelah Adel baikan.” Lanjutnya sambil memejaman mata serta memijat pangkal hidung mancung nya.

Sesekali ia terdiam mendengar pembicaraan dari lawan bicaranya. Sesekali juga ia hanya berdehem merespon pertanyaan dari lawan bicaranya.

“Hn, akan ku usahakan.”

Setelah merasa cukup, akhirnya Byan mengakhiri sambungan telponnya.

Saat hendak berbalik, Byan melihat Mauli yang baru saja datang setelah ijin pulang beberapa jam yang lalu. Wanita paruh baya itu terlihat membawa jinjingan berisi makanan dan satu tas besar di tangan kanan nya.

“I bring some food. You can eat it.” Ucap Mauli menghampiri Byan di depan pintu ruang rawat Adel.

“Thank you.” Respon Byan.

“And this. I bring your clothes. You must change your clothes.” Mauli menyerahkan tas besar itu pada Byan. Byan melihat Mauli tidak hanya membawa pakaiannya saja, tapi wanita paruh baya itu membawa pakaian ganti untuk Adel juga.

Mauli tau, Byan pasti butuh baju ganti sebab pergelangan kemejanya ada bekas darah milik Adel.

“Thank you, Mauli.” Lagi, Byan berterimakasih pada Mauli.

Entah sudah berapa kali Byan mengucapkan terimaksih pada Mauli yang sudah perhatian. Jika tidak ada Mauli, bisa saja Byan tidak memperhatikan penampilannya bahkan kesehatannya sendiri.

Setelah itu, Byan masuk berdua bersama Mauli menemui Adel yang masih belum sadarkan diri.

Byan menghampiri ranjang Adel dan mengusap lembut kening istri nya sebelum meninggalkan nya dengan Mauli ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

***

“Aku harus pulang sekarang juga!” Ucap Karisa dengan nada memerintah.

Perwakilan pihak pemotretan hanya mengehela napas menghadapi perubahan sikap Karisa yang meledak-ledak.

“Tapi kita masih memiliki banyak jadwal pemotretan untuk 3 hari kedepan. Mengertilah Karisa. Kau kan Model profesional.” Perwakilan pemotretan itu berusaha menjelaskan pada Karisa mengenai jadwal yang harus di penuhi Karisa selama di Hawaii.

“NO! I need to come back!” Balas Karisa sambil berdiri dari duduk nya.

“Tapi, kita sudah menandatangi kontrak. Jadi kau tidak bisa semena-mena.” Pihak pemotretan sudah tidak tau lagi apa yang bisa membuat Karisa tenang sekarang. Bahkan karena teriakan Karisa, lelaki itu menggelengkan kepala dan merasa bahwa kali ini Karisa sudah keterlaluan.

“Aku bilang AKU HARUS PULANG.” Ucap Karisa dengan memberi peekanan pada 3 kata terakhir yang ia ucapkan.

Merasa dirinya dianggap bukan orang yang harusnya di hormati. Lelaki dengan kacamata bulatnya itu ikut berdiri dan mulai berbicara dengan nada lantang sambil menunjuk nunjuk wajah Karisa.

“CUKUP! Kau bilang kau itu professional. Tapi mana? MANA? Ternyata sikap mu tidak secantik paras mu. Ingat, kau sudah menandatangani kontrak. Jika kau melanggar, pihak kami akan menuntut karena sudah merugikan perusahaan. Kau tau itu kan Karisa.”

Mendengar penuturan lelaki di depannya, Karisa sedikit terperanjat. Benar, ia sudah menandatangi kontrak dengan mereka. Dan itu tidak bisa di batalkan begitu saja.

Setelah memberikan penjelasan, lelaki itu pergi dari hotel dan meninggalkan Karisa sendirian.

‘Prang’

“Arrgh! Sialan!” Ucap Karisa sambil melempar gelas kelantai.

Wanita itu terlihat tidak tenang dan sangat kacau hingga tidak bisa berpikir jernih.

***
Byan melihat jam tangannya ketika waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Ia masih terduduk di kursi samping ranjang tempat Adel tertidur. Lelaki itu tidak bisa tidur dan terus memperhatikan kondisi Adel.

Baru kali ini Byan merasa begitu khawatir. Ia benar-benar tidak bisa barang sekali pun mengalihkan pandangnnya dari Adel. Ia tidak tau kapan Adel akan sadarkan diri. Ia bahkan sampai lupa makan jika saja Mauli tidak mengingatkan.

Malam ini Byan sendirian menjaga Adel. sebenarnya Mauli menawarkan diri untuk menamani kedua suami istri itu. Tapi Byan menolak, ia tidak enak jika harus merepotkan Mauli lagi.

Beberapa kali Byan meyakinkan bahwa ia bisa menjaga Adel sendirian. Akhirnya, Mauli menurut dan meninggalkan Byan jam 8 malam tadi.

Suara alat pengukur detak jantung mengisi seluruh ruangan itu, Byan sedari tadi hanya memegangi tangan Adel tanpa berkata apapun.

Ia hanya bisa berdoa semoga Adel bisa secepatnya sadarkan diri. Tapi semakin lama matanya semakin berat. Ia mengantuk, dan Byan akui ia juga merasa lelah karena kejadian tadi sore.

Tapi baru saja Byan hendak memejamkan mata, ia merasakan ada gerakan kecil dari jari Adel yang sedari tadi ia pegangi.

Menyadari hal itu, langsung saja Byan berdiri dan sebelah tangannya mengusap rambut Adel.

“Adel.” Panggilnya.

Terlihat Adel membuka perlahan matanya. Ada perasaan senang di hati Byan melihat Adel membuka matanya.

“Adel.” Panggilnya lagi sambil terus menngusap rambut Adel. Bahkan Byan sedikit membungkung untuk melihat lebih dekat pada Adel.

“Mas.”

Panggilan kecil dari Adel membuat Byan menarik ujung bibirnya sambil memanggil nama istrinya itu berkali kali.

Sedetik kemudian Byan tersadar ia harus memanggil dokter. Langsung saja ia menekan tombol panggilan darurat yang berada di samping ranjang.

“Apa kau bisa mendengar ku?” Tanya Byan pada Adel setelah menekan tombol itu berkali kali. Ia berharap dokter segera datang.

Beberapa menit kemudian dokter datang dan langsung memeriksa keadaan Adel.

Setelah selesai pemeriksaan, Byan kembali mendekati Adel yang terllihat masih lemas.

“Mas.” Panggil Adel saat Byan berdiri di samping ranjang nya.

“Apa masih ada yang sakit?” Tanya Byan sarat akan kepedulian.

“Engg… Aku tidak apa-apa.” Ucap Adel sambil menggelengkan kepala pelan.

Byan hanya tersenyum kecil mendengar itu. Tapi bukan Adel namanya jika ia tidak juga khawatir pada kondisi Byan.

“Apa mas sudah makan? Mas pasti belum makan.” Tanya Adel dengan wajah khawatirnya.

“Sudah. Aku sudah makan.” Ucap Byan sambil menenangkan Adel.

“Benarkah?” Tanya Adel lagi.

“Iya. Mauli membawakan makanan untuk ku.” Jelas Byan.

“Mauli? Dimaan dia?” Kembali, Adel bertanya sambil menoleh kesebelah kanan nya mencari keberadaan Mauli.

“Dia sudah pulang. Kasihan jika dia harus menginap di rumah sakit.” Seolah mengerti maksud Adel. Byan menjelaskan semua nya pada Adel.

“Sudah, sebaiknya segera tidur. Kondisi mu belum terlalu sehat.” Lanjut Byan sambil nemaikan sedikit selimut Adel.

“Tapi mas tidur dimana?”

“Aku bisa tidur dimana saja. Di sofa, di kursi, atau juga di ranjang mu.” Ucap Byan dengan nada jail.

“Maaass.” Adel yang mengerti kemana maksud Byan langsung memelintir sedikit perut Byan.

Keduanya tertawa renyah dengan kekonyolan masing-masing. Baru kali ini Byan bisa tersenyum selepas ini. Bahkan lelaki itu merasa sangat lega setelah melihat kondisi Adel yang semakin membaik.

***

Pagi harinya Adel sudah diperbolehkan pulang.

“Mas, jadi kita pulang kapan?” Adel menanyakan kapan mereka pulang ke Indoneisa. Karena rencana awal mereka seharusnya pulang kemarin. Tapi karena kejadian itu, hari ini mereka masih harus tinggal di Hawaii.

“Setelah kau benar-benar sehat.” Jawab Byan sambil memasukan baju kotor ke tas yang di bawa Mauli kemarin.

Mendengar hal itu, Adel merasa bersalah. Wanita yang baru saja merasa baikan itu mendekati Byan yang sibuk memasukan beberapa barang nya ke Tas.

‘Grep’

Dengan pelan Adel mengambil inisiatif memeluk Byan dari belakang. Byan yang tiba-tiba di peluk terkejut bukan main. Ia langsung menghentikan kegiatannya.

“Maaf.” Ucap Adel lirih.

Byan hanya tersenyum mendengar permintaan maaf Adel. lelaki itu mengerti, pasti Adel merasa bersalah karena tidak jadi pulang ke Indonesia hari ini.

Dengan pelan Byan meraih kedua tangan Adel yang melingkar di pinggangnya. Ia membalikkan badan sambil terus memegang tangan Adel dan kembali melingkarkan kan tangan Adel ke pinggangnya.

“Kita bisa menghabiskan waktu sehari lagi di sini. Bukankah itu ide yang bagus?” Jelas Byan pada Adel yang sedang mendongkakan kepalanya sembari memasang wajah cemberut nya. Lucu, itu yang terlintas di benak Byan ketika melihat ekspresi Adel.

“Tapi, bagaimana dengan tiket pesawatnya. Bukan kah Mas Byan sudah membayarnya? Itu pasti mahal. Bagaimana kalau kita kehabisan uang di tengah jalan?”

Doeeng

Byan benar-benar tidak menyangka mendengar penuturan Adel. Istrinya itu masih mengkhawatirkan bagaimana jika uangnya habis.

Apa selama ini Adel tidak sadar bahwa suami nya itu tajir melintir? Bahkan mungkin bagi Byan biaya penerbangan itu tidak lah ‘mahal’.

Byan tersenyum garing mengetahui alasan istrinya yang tiba-tiba memeluknya. Ternyata wanita ini mengkhawatirkan keuangannya.

“Dengar. Kau tidak perlu khawatir tentang hal itu. Yang lebih penting sekarang adalah kesehatan mu. Kau harus cepat sehat jika ingin pulang ke Indonesia.”

“Eng.” Gumam Adel sambil menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Byan.

Byan tersenyum dan berusaha mengangkat wajah Adel dengan kedua tangannya. Setelah berhasil menangkup wajah Adel, Byan mendekatkan wajahnya dan mengecup lembut bibir istrinya.

Begitupun Adel, ia menerima ciuman dari Byan. Keduanya menikmati keintiman yang mereka ciptakan. Byan semakin menekan kepala Adel agar ciuman nya semakin intens. Tak berapa lama mereka melepas ciuman itu dan tersenyum bersama sambil menempelkan kening masing-masing.

***

Sesampainya di Villa, Mauli menyambut mereka dengan hangat. Wanita itu bahkan sudah menyediakan makanan dan beberapa dessert kesukaan Adel.

Mereka memutuskan makan bersama dan mengabiskan sehari lagi disini memastikan keadaan Adel sudah benar-benar sehat.

“I need to go for tonight. If you have any problem just call me, Ok.” Ucap Mauli ramah.

“Alright, Thank you so much.” Jawab Byan.

Hari semakin petang, sepeninggal Mauli, Byan masuk kedalam Villa dan mengunci pintu depan. Lelaki itu memutuskan langsung menuju kamar.

Saat membuka pintu kamar, Byan melihat Adel sedang sibuk menata barang-barangnya ke dalam koper. Wanita itu terlihat asik melipat baju miliknya dan juga Byan kedalam koper.

Byan hanya memperhatikan sambil bersender pada kusen pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Apa semua nya sudah dimasukan?”

Mendengar suara itu Adel menoleh kearah pintu. Disana terlihat Byan sedang memperhatikannya sambil memasang senyum simpul.

“Emm.. sudah semuanya.” Jawab Adel sambil memasukan barang terakhir kedalam koper sebelum mengancingkan kopernya.

“Ayo makan malam dulu. Aku sudah lapar.” Ujar Byan dengan santai sambil berjalan meninggalkan kamar.

Malam ini mereka makan malam berdua saja tanpa kehadiran Mauli yang biasanya berdiri di depan kompor sambil mengaduk sup buatan nya.

Selesai makan malam, mereka memutuskan berbaring di kasur sambil berbincang ringan.

Adel dengan nyaman nya menyandarkan tubuhnya pada dada Byan yang juga sedang duduk berselonjor di atas kasur sembari bersandar ke sandaran kasur.

Keduanya terlihat sama-sama membaca buku. Sesekali Adel menyahut membuka pembicaraan.

“Mas?” Panggil Adel.

“Hn.” Dehem Byan menjawab panggilan Adel.

“Apa sebaiknya kita ke Bandung setelah pulang. Aku ingin memberikan oleh-oleh untuk Nayla.” Tanya Adel sambil terus membaca buku nya.

Mendengar penuturan Adel, Byan segera meletak kan buku nya ke atas nakas di samping kasur.

“Nyamuk nakal itu lagi.” Ucap Byan dengan nada malas.

Adel merasa tak terima jika Byan menyebut keponakan lucu nya itu ‘Nyamuk nakal’. Wanita dengan rambut panjang itu langsung terduduk dari posisi awalnya. Ia memasang wajah cemberutnya.

Menyadari hal itu, Byan meraih pundak Adel dan membawanya pada pelukan. Ia benar benar tidak tahan kalau istrinya sudah memasang muka seperti itu.

“Becanda.” Ujar Byan.

Ditengah pelukannya tiba-tiba terlintas di benak nya untuk menggoda Adel.

“Hei, aku ada permintaan.” Ucap Byan tiba-tiba.

“Hmm.” Jawab Adel.

“Bagaimana kalau kau mencium ku. Baru aku setuju untuk mengunjungi Nayla.”

Adel terkejut atas permintaan Byan. Bisa bisa nya lelaki itu menggodanya disaat seperti ini.

“Dasar mesum.” Ucap Adel dengan nada kesal.

“Ok. Aku tak akan pergi ke Bandung.” Lanjut Byan setelah mendengar respon kesal dari Adel.

“Maaass.” Adel segera melepas pelukan Byan. Wanita itu hanya menatap Byan yang sedang menyeringai.

Sambil memperhatikan Adel, Byan menyentuh bibirnya dengan telunjuk beberapa kali berusaha memberi kode pada Adel untuk mencium nya.

Merasa dipermainkan, akhirnya Adel mau tak mau mencium Byan. Namun hanya kecupan ringan.

Tapi bukan Byan namanya jika puas hanya dengan ciuman ringan itu. Merasa ciuman itu tidak cukup untuk membujuknya, Byan tiba-tiba menarik Adel dengan seringainya dan mengecup bibir ranum itu.

“Engh.”

Adel merancau ketika di cium paksa oleh Byan.

Semakin lama, Byan semakin menekan bibirnya. Bahkan lelaki itu masih sempat berkata ditengah ciumannya.

“Buka mulut mu.”

Tapi Adel tak juga menurut. Merasa tidak juga permintaannya dituruti. Byan menggigit pelan bibir bawah Adel, dan Bingo! Itu berhasil membuat Adel membuka mulutnya.

Langsung saja, Byan memainkan lidahnya. Mereka akhirnya berhasil melakukan French kiss. Ciuman itu semakin lama semakin intens. Byan sempat menarik ujung bibirnya kala Adel membalas permainannya.

“Engh.”

Mendengar desahan Adel, Byan merasa tidak cukup hanya dengan ciuman saja. Perlahan tangan nya menelusup masuk kedalam baju tidur istrinya. Disana ia mencoba mencari benda kenyal kesukaannya.

Ditengah ciumannya Adel merasa bahwa jika Byan berbuat semakin jauh maka mereka akan berakhir melakuakn sex malam ini.

“Mas.”

Tiba-tiba Adel melepas ciumannya, dan sedikit mendorong tubuh Byan. Adel bisa melihat mimik kekecewaan di wajah Byan.

“Besok aku tidak mau kesiangan. Dan aku tidak mau badan ku kelelahan.” Jelas Adel.

“Aku tidak akan bermain kasar. Karena aku pun tidak mau kelelahan. Jadi apa salahnya bermain 1 ronde?” Dengan wajah jahil nya Byan meremas payudara Adel.

“Kyaa.” Adel berteriak saat Byan meremas payudaranya tiba-tiba.

“Mas.” Lagi, Adel hanya menyebut panggilan Byan dengan frustrasi.

“Ayolah.” Kini Byan memohon dengan wajah seperti anak kecil di mata Adel.

Merasa kasihan, akhirnya Adel pasrah dan malam ini Adel pastikan ia tidak bisa tidur dengan cepat sesuai rencana.

[18+]

“Engh..” Adel mendesah kala Byan bermain dengan puting nya.

“Kau suka? Katakana kau lebih suka seperti ini atau ku Tarik?” Ucap Byan sambil meraba puting Adel dengan telunjuknya bahkan Byan sesekali menarik putting kemerahan itu.

“Ahh..”

Adel hanya bisa mendesah kala Byan dengan erotisnya bermain dengan kedua putingnya yang sudah ereksi.

Byan mulai menjilat bergantian puting Adel. Baginya mengulum kedua benda itu adalah kesenangan bagi nya.

Sambil melakukan kegiatan mengulum nya, tangan lainnya semakin meraba ke bagian selangkangan Adel.

Jari tengahnya meraba naik turun di depan liang istrinya. Byan bisa merasakan bagian sensitive itu sudah semakin basah sejak ia melakuakn foreplay.

Dengan pelan Byan memasukan satu jarinya dan mengocok dengan pelan.

“Ahh.. engh..”

Adel mendesah saat dirasa kedua area sensitifnya di mainkan secara bersamaan.

Semakin lama Byan menambah jari nya masuk kedalam area sensitive istrinya. Byan mengocok ketiga jarinya sambil terus mengulum dan menjilat putting Adel.

Ketika jari nya terasa di jepit oleh dinding ms.V istrinya, Byan semakin gencar mengocok jarinya.

“Aaaaahhhhhh….”

Dan beberapa detik kemudian Adel orgasme sambil melengkungkan pinggangnya.

Sambil menunggu istrinya melakukan pelepasan, Byan segera mempersiapkan diri untuk penetrasi.

Setelah merasa Adel sudah siap, Byan dengan perlahan memasukan batangnya.

“Engghh.”

Adel melengguh merasakan benda besar itu kembali memasukinya.

Byan yang sudah tidak tahan, akhirnya melakukan gerakan in-out nya dengan cukup cepat hingga Adel melengguh beberapa kali. Semakin lama, Byan semakin kencang menggerak kan pinggul nya hingga ia pun terkadang melengguh merasakan jepitan dinding ms.V istrinya.

“Ugh.”

Byan melengguh ketika akan mencapai batasnya. Namun, baru saja akan melakukan pelepasan, tiba-tiba Adel menggerak kan pinggul nya sendiri mengikuti gerakan Byan yang cukup intens.

“Ahh.. Lebih dalam…” Adel berbisik sambil memeluk Byan.

Byan hanya pasrah mendengar Adel menjadi sangat jujur jika sedang melakukan hubungan suami istri, berusaha memenuhi semua keinginan Adel.

Dengan senang hati, Byan sedikit melambatkan gerakan in-out nya. Setelah dirasa Adel semakin tidak sabar, dengan satu gerakan penuh, Byan mengganti posisi Adel menjadi menungging.

“Sabar, sayang.” Bisik Byan.

Adel yang sedang berada dalam kenikmatan hanya pasrah saja. Bahkan kini Adel bisa merasakan Byan perlahan akan melepaskan batangan nya. namun, dugaan Adel salah. Dalam satu gerakan cepat Byan memasukan seluruh batangnya hingga tenggelam sempurna mengenai dinding Rahim Adel.

“Aaaahhhhh…”

Adel melengguh kencang ketika benda besar itu memenuhi area sensitifnya. Begitupun Byan, lelaki itu melengguh ketika bersamaan dengan pelepasannya.

Dan yang terjadi selanjutnya adalah Byan mengingkari janjinya untuk melakukan satu kali saja menjadi beberapa ronde hingga Adel kelelahan.

Semoga saja pasangan ini tidak terlambat untuk penerbangannya besok kembali ke Indonesia.

.
.
.
.

Enjoy

Bittersweet MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang