11

4.1K 200 4
                                    

Good Afternoon good reader
Minnal Aidin Walfaidzin ya 😁😁
Maaf bila selama berada di sini saya sering berlaku salah atau kurang berkenan dihati pada reader 😀😀😀😀
Ok langsung saja, ini kelanjutan ceritanya
.
.
.
.
.



Author POV

"Byan."

Lagi lagi, Adel melihat Karisa meneriaki nama suaminya. Ia berlari menghampiri Byan yang sedang terbaring lemah di atas ranjang.

"Kenapa dia Ian?" Karisa bertanya pada Ian yang masih berdiri di dekat pintu tanpa mempedulikan kehadiran Adel di sana.

"Dia sudah begini saat aku menjemputnya untuk mengantar keberangkatan Rama." Ian mengendikan bahu menajawab pertanyaan Karisa.

Merasa tidak dipedulikan, dengan berat hati, Adel meninggal kan Ian dan Karisa di dalam kamar.

Sudah 15 menit sejak Byan di antar pulang. Karisa dan Ian masih menunggui nya di kamar. Pakaian Byan sudah di ganti oleh Adel sebelum nya.

"Aku akan menginap." Ucap Karisa sambil mengelap sisa keringat di kening Byan.

Adel maupun Ian sama sama terkejut mendengar penuturan Karisa. Bagaimana mungkin wanita itu dengan santai mengatakan akan menginap, sedangkan istri dari lelaki yang ia cintai berada di sana juga.

Tak mau menambah masalah, Ian segera memaksa tubuh Karisa menjauh dari Byan.

"Sebaiknya kita pulang. Biar istrinya yang mengurus." Ian berusaha berkata lembut sambil memegang lengan Karisa yang bebas.

"Tidak!!!" Teriakan Karisa kencang sampai membuat Adel yang berdiri disisi ranjang lainnya terperenjat kaget.

"Aku akan tetap di sini. Dia membutuhkan ku Ian. Lihat! Adik mu sedang sakit." Dengan berlinang air mata Karisa memandang Ian yang sedikit terlihat sendu.

"Ada Adel yang akan merawatnya. Kau tidak lagi memiliki hak untuk itu." Dengan lembut, Ian menarik lengan Karisa menjauh dari ranjang.

"Tidak!!!" Lagi, Karisa membantah Ian dengan terikan cukup keras.

Tak terima dengan bantahan Karisa, akhirnya Adel angkat bicara.

"Ku mohon. Pergi dari sini. Biarkan suami ku istirahat dan jangan mengganggu nya" Dengan nada sedikit tinggi Adel memberanikan diri membuka suara.

Ian maupun Karisa menoleh setelah mendengar penuturan Adel. Dari sudut pandangnya, Ian bisa melihat sedikit getaran pada tubuh adik iparnya saat memberi peringatan. Ternyata, wanita itu tak bisa marah ya? Hanya memberi gertakan segitu saja tubuhnya sudah bergetar, pikir Ian.

"Kau dengar. Istrinya mengusir kita. Lebih baik kau dengarkan dia dan pulang sebelum kita benar-benar di paksa pergi." Ian menatap dan sedikit tersenyum miring pada Adel yang juga sedang menatapnya.

"Aku akan tetap di sini. Byan pasti membutuhkan ku." Karisa tetap ngotot ingin berada di sana.

Ian sampai kewalahan dengan sikap keras kepala Karisa. Baru saja ia hendak meninggikan intonasinya, sebuah tamparan sudah terlebih dahulu mendarat di pipi kanan Karisa.

"Jangan membuat ku menampar mu lagi Karisa. Sebaiknya kau pulang." Ujar Adel sedikit membentak.

Ian cukup terkejut dengan hal tersebut. Hebat juga Adik iparnya bisa menampar wanita secantik Karisa.

Bittersweet MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang