12

4.3K 206 10
                                    

Sesuai janji update 2 chapter. Ini dia chapter 12 nya

Happy reading
Semoga suka
.
.
.
.

Byan POV

10 hari terakhir aku terbaring di tempat tidur karena typus. Karena hal ini pula, aku tak bisa mengantarkan kepergian Rama kembali ke Jerman saat itu.

Jika mengingat kejadian itu, membuat ku kembali mengulang memori tentang Karisa dan Ian yang tengah berciuman di club malam yang sedang ku datangi juga malam itu.

[Flashback]

"Hooyy, Boss. Tumben jam segini kau sudah mau pulang. Biasanya kau akan pulang tengah malam. Dan ini masih jam 5 sore?" Reno menyelonong masuk ke dalam ruangan ku sambil membawa beberapa berkas.

"Hn."

"Hah... Mulai. Kalau kau hanya berdehem seperti itu, aku yakin semua pekerja di sini akan jengkel pada mu, Bro." Reno meletakan berkas yang ia bawa di depan meja ku dengan wajah pasrah melihat ku yang hanya menanggapi nya dengan deheman.

"Apa kau mau menemani ku minum?" Tanya ku tiba-tiba pada Reno.

"Hah? Apa aku tidak salah dengar?" Reno terlihat sangat terkejut mendengar ajakan ku.

"Kau temani aku minum. Sekarang!" Tak mau membuang waktu. Akhirnya aku melenggang begitu saja meninggalkan Reno yang masih terbengong di tempatnya. Tak berselang lama, ternyata si kecil Reno ini menyusul ku yang sudah berada di depan lift.

"Kau yakin ingin minum? Memangnya kau akan pergi minum ke mana? Bukan kah hari ini kau akan menemani kepergian kakak mu kembali ke Jerman?" tanya Reno saat sudah berada di dalam lift.

Hah, pertanyaan konyol macam apa itu? Apa si cunguk satu ini begitu bodoh sampai menanyakan di mana tempat untuk minum. Tentu saja aku akan minum di bar. Dan untuk masalah Rama, ku rasa minum sebentar tak akan membuat ku terlambat datang kebandara nanti malam. Tanpa menjawab satu pun pertanyaan dari Reno, aku kembali melangkah kan kaki keluar dari lift menuju parkiran.

Sesampainya di basement Aku menyerahkan paper bag berisi pakaian kasual pada Reno. "Pakai ini. Aku tak mau kau ke bar dengan jas mu."
Reno menerimanya dengan wajah bingung sambil melihat isi paper bag itu.

Jangan kaget jika aku selalu menyediakan beberapa pakaian santai di mobil untuk keperluan mendadak seperti sekarang.

***

Bar memang tempat yang tepat untuk menghilangkan stress. Sesampainya di sana, langsung saja aku memesan bir dengan kadar alkohol cukup tinggi. Dentuman musik yang keras menyambut kami sejak masuk ke dalam sini. Terlihat juga beberapa wanita dan pria yang sedang bergoyang mengikuti irama musik. Ada yang bergoyang seperti orang gila, saling bercumbu, ada juga mereka yang hampir telanjang di lantai dansa dengan pasangan yang mulai merabai tubuh masing-masing.

"Hey hey. Apa kau yakin minum ini? Kau bisa mabuk, Boss." Reno mengambil gelas bir yang hendak ku teguk.

"Ck, aku sedang butuh ini dan jangan menasihati ku seperti ibu-ibu." Aku mengambil kembali gelas itu dari tangan Reno dan menenggak nya sekali teguk.

Pikiran ku sedang kacau sekarang. Bagaimana tidak? Sejak peremuan ku dengan Karisa di restauran itu membuat ku terus bertanya apa hubungan Karisa dengan Ian. Karena aku tak mungkin salah duga jika Ian memang berjanji bertemu Karisa di sana. Apa mereka sedang menjalin hubungan? Itu lah yang ku pikirkan beberapa hari ini.

Mengetahui bagaimana Ian, tak mustahil juga jika Karisa terjerat oleh pesona kakak ku itu. Karena memang Ian adalah penjerat dan penikmat wanita ulung. Dari mendekati, memacari sampai berhubungan badan adalah salah satu keahlian seorang Bastian Nicholas. Dan tentu saja, dengan bukti bahwa seseorang yang di tunggu oleh Ian saat itu adalah Karisa membuat emosi ku tak stabil hingga sekarang. Aku bahkan sampai memperkosa Adel malam itu. Ya katakan lah memperkosa, karena malam itu aku memaksa Adel untuk memuaskan ku hingga ia tak bisa berjalan keesokan harinya.

Bittersweet MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang