18

3.2K 133 10
                                    

.
.
.
.

Dengan malas, Byan meraba kasur di sampingnya, berharap ia masih menemukan sang istri di sana. Tapi sepertinya, ia tak menemukan sosok itu di sampingnya. Byan hanya mengusap wajah bangun tidur nya dengan lembut saat mengetahui jika Adel sudah tak ada di kamar.

Beberapa menit setelah ia berhasil membuka matanya, Byan segera turun dari kasur dan membuka tirai kamar yang masih tertutup. Saat tirai kamar nya terbuka, Byan di sambut oleh pemandangan rintik hujan di luar sana.

Pantas saja ia tidak bangung karena sinar matahar yang biasanya tanpa permisi menyusup lewat celah-celah jendela kamarnya, Pikir Byan.

Masih dengan menggunakan piyama tidur nya, Byan memutuskan keluar kamar. Dan baru saja ia membuka pintu, aroma masakan yang begitu menggoda selera langsung masuk ke indera penciumannya.

Ia tau dari mana asal aroma yang menggugah selera ini. Dengan mata yang masih sayu khas orang bangun tidur, Byan berjalan menuju dapur dan benar saja, ia menemukan Adel yang sedang sibuk dengan kegiatannya di depan kompor.

"Hoaam."

Mendengar suara menguap, Adel yang sedang memasak menoleh kearah belakang.

"Mas sudah bangun?" Tanya Adel dengan suara lembutnya.

Ia hanya tersenyum melihat Byan yang masih terlihat mengantuk berjalan kearahnya.

'Puk'

Saat sampai di belakang tubuh Adel, Byan langsung menyandarkan keningnya di bahu Adel dengan nyaman. Tak ada rasa sungkan ataupun enggan seperti biasanya. Byan dengan santainya bersikap sedikit menggemaskan pagi ini.

"Jam berapa ini?" Tanya Byan dengan malasnya.

"Jam 7." Jawab Adel dengan senyum mengembang.

Adel hanya menggeleng kecil melihat kelakuan suami nya pagi ini. Baru saja bangun tapi sudah bersikap seperti ini.

"Aku ingin kopi." Lanjut Byan dengan suara serak khas bangun tidur seraya melingkarkan lengannya ke pinggang ramping milik Adel.

"Iya iya." Jawab Adel dengan mengusap puncak kepala Byan yang masih berada di pundak kiri nya.

"Tapi mas harus menunggu di meja makan. Sebentar lagi kita akan sarapan." Lanjut Adel sambil berusaha melepaskan pelukan Byan di pinggangnya dengan gerakan pelan.

"Hn." Jawab Byan Ambigu seraya melepaskan pelukannya.

Setelah itu Byan duduk di kursi makan menunggu sarapan pagi ini dengan tenang dan wajah mengantuk tentunya.

***

Selesai sarapan, Byan terlihat tengah sibuk memasangkan dasi di depan cermin lemari kamarnya.

Sebenarnya ia cukup malas untuk pergi ke kantor hari ini. Bagaimana tidak, hujan di luar sana malah semakin lebat sejak tadi pagi. Bahkan saat ia mengintip ke luar jendela jarak pandangnya hanya sekitar 100 meter akibat derasnya hujan yang menciptakan suasana seperti berkabut.

"Hah.." Merasa pagi nya cukup membuat malas bekerja, Byan hanya membuang napas panjang di depan cermin setelah selesai dengan setelan kemeja putih dan celana panjang hitam serta jas berwarna senada dengan celananya. Tak lupa dasi hitam nya menambah kesan formal padanya hari ini.

Saat Byan akan bergegas mengambil tas kerjanya di pinggiran kasur, Adel masuk dengan perlahan ke dalam kamar.

"Mas?" Panggil nya.

"Hn." Lagi-lagi Byan hanya menjawab dengan dua huruf yang bahkan tak membutuhkan bibir nya untuk mengatup.

"Willy sudah menunggu di ruang keluarga." Lanjut Adel sambil mendekat kearah Byan.

Bittersweet MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang