3

49.6K 692 4
                                    

Pov Ramelson

Seperti hari hari sebelumnya, aku tetap disini menatap langit mengenang senja menjalani setiap hari. mengharapkan kau kembali bersama janji yang telah kau ucapkan sebelum kau pergi.
Kududukan bongkongku diatas pasir putih, kutatap langit langit yang berubah warna kecoklatan bergradasi orange dengan campuran sedikit merah semilir angin menyejukkan tubuhku. hari ini aku kembali lagi di sini tempat dimana terakhir kali janji itu diucapkan.
"Apa kabarmu disana? Apa kau baik baik saja? Apa kau bahagia? Seberapa bahagia kau disana meninggalkan aku sendiri disini?" Ucapku pada langit langit diatas sana. Tak terasa setetes air mata turun perlahan di area pipiku kututup mataku kurapatkan mulutku agar tangisku tak terdera.

"Mengapa? Mengapa takdir begitu kejam mempermainkanku!"

Senyum getir terpancar di wajahku, sudah 5 tahun berlalu tapi sedetikpun aku tak mampu untuk tidak  memikirkanmu. terlalu banyak kenangan yang tergores terlalu banyak kenangan yang membuat luka di setiap sudut hatiku.  kau pergi terlalu jauh bahkan aku tak mampu menggapainya, kau tenggelamkan aku hingga ke dasar. kau tinggalkan aku saat nafasku selalu berseteru mengucap namamu
Kau menyesatkan aku tanpa tau arah untuk pulang, dan kau menghilang seperti angin tak terasa.

"Aarrrkkkkkkkkkhhhhh!!!" Teriakku dengan air mata yang telah berhenti disudut mata. Ini terlalu sakit

"Hei? Ada apa denganmu? Mengapa kau berteriak seperti anak kuda kehilangan ibunya" tanya seorang wanita disampingku.

Aku menoleh ke sumber suara itu, dan betapa terkejutnya aku melihat wanita tersebut. dia bukankah dia sekertarisku? bagaimana bisa dia disini dan mengapa dari banyak orang aku harus bertemu dengannya dalam keadaanku yg menyedihkan seperti ini. Dia nampak terdiam bingung memperhatikanku, sepertinya dia tidak menyadari bahwa ini aku Bos nya ya mungkin dia tak akan menyadarinya penampilanku sekarang berbeda aku memakai rambut palsu pendek berwarna coklat tua dan aku melepaskan kacamataku memperlihatkan mata coklatku dan sekarang setelan ku aku memakai baju puting polos dengan celana putih pendek.

"Hei? Apa kau mendengarkan?" Tanyanya sambil mengibas ngibaskan tanganya di depan wajahku dan seketika menyadarkanku dari lamunanku.

" Ya aku baik baik saja" jawabku sekenanya dan berbalik menghadap ke arah lain.

"Ini" ucapnya dan aku pun otomatis menoleh padanya aku mengerutkan keningku heran apa maksudnya.

"Pakailah ini" dia menyodorkan sapu tangan berwarna putih kepadaku.  "Hapuslah air matamu itu,kau terlihat menyedihkan dengan muka seperti itu." Ucapnya padaku dengan tersenyum sungguh senyumnya itu mengapa bisa segera tenang itu.

" Ya terimakasih"  timpal ku dan mengambil sapu tangan itu dengan segera aku menghapus air mataku sungguh aku merasa malu saat dia melihatku seperti ini.

"Apa yang kau lakukan disini saat senja sambil menangis dan berteriak seperti tadi?" Tanyanya penasaran padaku.

"Tidak ada" jawabku berbohong lagipula apa urusannya juga untuk dia jika aku berkata jujur.

" Emmm benarkah? Kau sungguh lucu saat berusaha berbohong seperti itu" timpalnya padaku sambil tertawa kecil aku jadi serba salah harus bagaimana menanggapi ucapanya akhirnya ku edarkan pandanganku ke arah pantai dan melihat air yang menerpa kakiku dengan tenang aku tak menjawab pernyataannya ku fikir biarkan saja dia menganggap ku bagaimana toh aku juga tidak peduli pemikiran orang tentangku.

"Bukankah indah senja di pesisir pantai? Tanyanya padaku sambil melihat ke arah yang sama denganku.

"Eemmmm" gumamku kecil membenarkan ucapanya yg menurutku masih bisa didengar olehnya.

"Apakah kau suka air di pantai seperti ini?" Tanyanya padaku.

"Tidak" jawabku singkat.

"Mengapa?" Tanyanya lagi padaku aku mulai jengah dengan pertanyaannya sepertinya dia terlalu ingin tau tentang hidup orang lain.

"Air itu selalu menenggelamkan" ucapku padanya .

"Sungguh? Kau membenci Air karena dia menenggelamkan? Kau lucu sekali hahahaha" timpalnya dan tertawa mengahadap ke arah ku, apanya yg lucu batinku apakah kata kata itu bagai lelucon? Sepertinya wanita ini sedikit tidak waras.

"Kau tau? Air memang mampu menenggelamkan wujudnya yang cair hampir tak tersentuh, sekalipun bisa dia hanya mampu ditampung bukan di genggam
Tapi Air tak pernah mengkhianati Alam. Air mengalir sesuai kodratnya dari tempat tertinggi ketempat yg rendah. Jika manusia memakai prinsip air dia tak kan mengkhianati Bumi yang telah rela menampungnya karena menurutnya saat seseorang telah percaya kepada kita kita harus menjaga kepercayaan itu" ucapnya sambil tersenyum kepadaku.

"Well? Lalu? Mengapa Air mampu membuat tsunami dan banjir dimana mana?" Tanyaku sarkartis.

"Karena tsunami adalah rencana alam sendiri dimana bumi bergeser karena perubahan yang tak menentu, Air hanya ikut adil dalam perubahan itu dan banjir? Bukankah kau tau penyebab banjir adalah ulah manusia yang menebang pohon dan membuang sampah sembarangan? Air hanya tak rela Alam yang telah menjaganya di kotori oleh tangan tangan mereka maka dari itu Air hanya membersihkannya. Percayalah semua yang telah terjadi di dunia ini adalah takdir alam. yang hilang, yang tumbuh, yang berkembang semua sudah di tulis dalam takdir yang alam buat jangan disesali dan dipertanyakan jalani yang ada saat ini karena apa yang kita tentukan hari ini itu yang akan mengubah hari esok" katanya padaku dia menatap mataku sambil tersenyum aku terpaku karena cerita yang dia sampaikan baru saja.

mengapa dia seperti tau bahwa aku menyalahkan takdir? Tak ku sadar bibirku tertarik keatas dan melengkung aku tersenyum saat dia menunjukkan senyumnya itu padaku.

"Terimakasih"kataku.

"Untuk apa?" Tanyanya heran

"Untuk ceritamu itu" ucapku dan mengalihkan tatapan ku ke arah lain.
Dia hanya Ber Oh- ria aku kembali menatap ke arahnya dia tulus mengucapkan cerita itu tanpa beban.

Pov Reista

Aku tersenyum saat laki laki disebelah ku mengucapkan terimakasihnya atas ceritaku, aku tak tau mengapa aku menceritakan cerita yang pernah ibuku katakan saat kami liburan di pantai saat aku kecil dulu.  tapi hatiku berkata bahwa dia laki laki yang baik tapi sepertinya dia sangat rapuh terbukti saat di menangis tadi. Tapi jika diperhatikan aku seperti pernah melihatnya tapi aku lupa dimana tapi yasudahlah biarkan saja.

" Emmm oh ya kita sudah banyak berbicara tapi aku tak tau siapa namamu?" Tanyaku padanya.

"Eh... Itu.. na..maku?" Jawabnya sedikit gugup, ada apa dengannya aku hanya bertanya nama tapi gelagatnya seperti sedang ketahuan mencuri.

"Iya namamu? bagaimana jika aku perkenalkan namaku terlebih dahulu, aku Reista Anyelir Wiltson" ucapku bangga ku ulurkan tanganku padanya dia membalas uluran tanganku.

" Aku? namaku Gerarld, ya Gerarld" jawabnya padaku.

"Oh nama yang bagus" sahutku padanya sambil tersenyum entahlah saat melihat wajahnya aku selalu tersenyum dia menyenangkan menurutku ya walaupun dia sedikit irit bicara tapi tak apalah.

"Iya terimakasih" dia membalas senyumanku dan melihat jam dipergelangan tangannya,"sepertinya aku harus pergi" ucapnya sambil melirikku.

"Ya pergilah, aku juga sudah mau pulang" jawabku dia membalikkan badannya dan perlahan mulai menjauh aku hanya melihat punggungnya ditelan kegelapan karena dia semakin jauh.








Heiii terimakasih maaf gak jelas ya 😂 di bagian ini maklum masih sedikit khayalannya hehehe

Secret In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang