84

7.8K 244 16
                                    

"jadi bagaimana tuan Ramel? Tidak susah bukan untuk menyelamatkan anak dan istri mu?" Cadis berkata tenang di bangku nya tatapannya tak beralih dari arah depan. Dimana Ramel sedang duduk merenung terlihat luka luka lebam di sekujur tubuhnya sangat mengenaskan.

Ramel tetap diam tak berkata apapun.

"Harta bisa dicari lagi bukan? Mengapa kau terlalu gelisah seperti ini" ucapan cadis sudah seperti mengejek.

Ramel mengedahkan kepalanya dan menatap berkas pindah kuasa dan pulpen yang sudah berada di atas meja.

Tanganya bergerak memegang pulpen dan mulai menandatangani berkas itu, suara tawa menggema di ruangan itu. Cadis merasa kemenangan miliknya sekarang.

Ia mengisntrupsikan anak buahnya untuk melepaskan istri serta anak anak Ramel dan dibawa ke hadapannya.

Tak berselang lama, suara tangis perempuan kecil terdengar di ruangan itu. Ramel tersenyum, tetesan air mata membasahi pipi yang lebam membiru.

Ia berjalan tertatih menghampiri anak dan istrinya, tangis reista pecah saat dilihatnya luka luka yang ada di tubuh Ramel..

Reista membelai lembut pipi Ramel dan menciumnya, pelukan hangat diberikan oleh Ramel kepada istrinya itu.

"Kau baik?" Tanya Ramel pada reista. Reista hanya mengangguk dan mencoba memberikan anak perempuannya yang masih kecil itu ke gendongan Ramel.

Anak itu terdiam dan tertawa setelah tangisnya yang pecah.

"Daddy kenapa?" Tanya renandra yang sejak tadi hanya terdiam melihat hal itu.

"Daddy tak apa nak, bagaimana kabarmu? Kau menjaga anak dan mommy mu dengan sangat baik" Ramel mengelus kepala anak laki lakinya itu.

"Sudah momen romantis nya tuan Ramel?" Cadis berjalan perlahan ke arah mereka dan tertawa mengejek. " Aku sudah membebaskan anak dan istrimu, sekarang pergilah. Sebelum kau dan keluargamu itu aku jadikan santapan makan siang peliharaan ku", Ramel hanya diam. Ia tak menjawab apapun.

Reista menggendong kembali anak perempuannya dan menuntun tangan Ramel untuk berjalan keluar bersama.

Sesampainya di luar tempat itu, paman Ramel sudah menjemput mereka. Berkendara dengan tenang, suasana di dalam mobil terasa sangat hening karena. Tak ada pembicaraan yang terjadi di situ.

Jalanan panjang terasa hambar walaupun cahaya matahari seperti bersuara akan panas yang semakin menusuk.

Rumah yang beberapa hari tak terlihat, terasa lama tak berkunjung. Reista menghela napasnya panjang, setidaknya ia sudah sampai dirumah dengan selamat bersama keluarganya.

"Ayo kita turun" ucap ramel tersenyum, reista hanya mengangguk

"Kita tidak pergi ke dokter terlebih dahulu?" Tanya reista khawatir.

"Tidak aku baik saja, kau obati saja kurasa akan semakin baikan"ucap Ramel meledek.

"Baiklah jika itu yang kau mau" reista berserta keluarganya masuk ke dalam rumah dan menuju kamar mereka. Anak perempuan mereka tertidur nyenyak bahkan renandra pun langsung tertidur saat sampai ke kamar mereka.

Reista mengambil kotak obat dan mulai menuntun Ramel untuk duduk dengan baik

"Sini ku obati" reista mulai membuka kotak obat dan membersihkan luka luka yg ada di wajah Ramel. Ia membersihkan tanpa bertanya kenapa dan ada apa. Mereka hanya saling terdiam, reista tak ingin mempersulit Ramel saat ini. Ia tau jika Ramel memang akan bercerita ia pasti akan bercerita dengan sendirinya tanpa diminta.

"Luka dibadanmu, biar kubersihkan juga" reista berkata pelan dan mulai membuka perlahan baju Ramel, luka lembam terlihat jelas di beberapa badan Ramel. Reista juga mulai membersihkannya secara perlahan, ia meringis saat melihat luka yg lumayan sakit menurutnya. Namun Ramel tak mengaduh sakit ia tetap tenang.

"Tidak baikkah jika kita ke dokter saja setelah ini Ramel? Kurasa lukamu cukup parah" reista berkata sendu.

"Tak apa, kau obati saja sudah lebih baik reista"

"Baiklah, tapi jika sakitnya tak tahan. Beritahu aku. Jadi kita bisa cepat menghubungi dokter" reista membereskan kotak obat dan menaruhnya di tempat semula. Ia kemudian berjalan ke arah lemari dan mulai mengambil kaos untuk Ramel. Dipakaikan kaos itu secara perlahan.

"Istirahatlah" ucap reista mulai menuntun Ramel ke arah tempat tidur dan menidurkannya secara perlahan disamping anak anak mereka yang tertidur pulas.

Ramel benar benar tak banyak bicara, reista pun tak ingin bertanya. Namun dibenak reista tersimpan beribu pertanyaan. Dan ditahannya agar tak keluar.

Ia mengelus pelan rambut Ramel, ia tau bagaimana perasaan Ramel saat ini. Ia hanya mampu berada disampingnya dan tetap memberi semangat.
Karena apapun yg terjadi, ia harus menopang Ramel agar tak terjatuh.



Hari ini author ulang tahun loh 😭 gak ada yang mau ngucapin 😝
*Mintamaksanih😂

Secret In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang