62

12.8K 388 4
                                    

Ramelson pov.

Terkadang banyak hal yang sederhana namun dapat membangkitkan rasa kebahagiaan terdalam.

Seperti pujian pujian dari para penjilat yang membuatku tersenyum senyum sendiri.

Atau sapa senyum dari para bawahanku, yang selalu membuatku merasa bahwa aku memang layak berada di atas.

Namun hari ini aku merasakan satu hal yang tak pernah membuat hatiku tersentuh sampai sehangat ini, di sampingku anak dan istriku berdebat panjang lebar hanya karena hal sepele.

Namun mampu membuatku tersenyum senyum jika mengingat raut wajah dan celoteh celoteh mereka.

Tak ada harga yang pantas yang bisa kubayaar, untuk menggantikan waktu yang sedang berputar saat ini.

Dulu aku selalu merasa bahagiaku adalah saat andine ada disampingku, saat ia pergi aku merasa setengah jiwaku ikut pergi.

Namun saat ini, disini, didetik ini, aku merasa seluruh jiwaku merasa bahagia serta takut secara bersamaan.
Aku bahagia bahwa setengah jiwa yang dulu pergi kini terganti lebih dan mungkin sangat berlebih.

Namun aku juga takut, kejadian dulu terulang kembali. Bahkan aku tidak akan bisa membayangkan jika Reista dan anakku ini pergi tanpa pamit.

Mungkin bukan hanya setengah jiwa yang hilang namun seluruh jiwaku akan terbawa bersama mereka.

Katakan ini terlalu berlebihan, namun inilah yang sedang kurasakan.

Tuhan, jika aku boleh meminta satu hal lagi dalam hidupku.

Aku rela menggantikan seluruh hartaku demi detik detik kebahagiaan ini.

Dulu yang aku tau, saat seseorang memiliki harta dan tahta maka dia akan memiliki apapun yang ada dunia ini.

Namun sepertinya sekarang aku tau apa yang tak bisa aku beli dari uangku yang telah menggunung saat ini.

Cinta dan kasih sayang mereka, kebahagiaan kecil yang dilakukan mereka. Lelucon dan celoteh singkat yang membuatku ingin tertawa terbahak bahak.

Semua itu tak bisa kubeli dengan uangku, jabatan ku, aset sahamku yang berlimpah, dan juga nama baik yang kujaga.
Tak bisa kubeli.

"Ramel, hey.. Ramel?", Suara perempuan membuyarkan lamunanku.

Aku menengok ke arah suara itu dan menyadari bahwa itu Reista, ia melihatku cemas.

"Ya", kataku singkat memandang ke arahnya.

"Kau menangis Ramel? Ada apa?", Aku memegang pipiku, dan kurasakan dingin air mata di telapak tanganku.

Aku menangis? Apa yang membuatku bisa menangis seperti ini?

"Tidak", jawabku singkat

"Ada yang sedang kau pikirkan?", Reista berkata dengan raut wajah yang semakin cemas.

"Sedikit" kataku.

Kulihat sekeliling aku masih berada didalam mobil yang kuparkirkan di pekarangan rumah lama kami.

Aku baru sadar aku terlamun sedari tadi, dan tak mengingat sekitarku.

"Ceritakanlah Ramel apa yang membuatmu sampai meneteskan air mata? Apa ada yang menghinamu?"

"Tidak ada yang berani menghinaku Reista" kataku dingin.

"Lalu mengapa kau menangis? Kau ini cengeng sekali", kata reista mengejek ku.

"Aku memikirkan satu hal saat ini", kataku

"Apa itu?",

"Aku memikirkan kau dan anakku",

"Ada apa denganku dan Renandra? Kami baik baik saja, kau tak perlu memikirkanku sampai seperti itu",

"Aku takut, aku takut kalian akan meninggalkanku seperti andine", jawabku pelan, mataku menatap ke arah depan

Kurasakan tangan kecil yang memegang pundakku dan itu terasa sangat hangat.

"Saat pikiranmu memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi, itu akan membuatmu merasa resah dan tidak nyaman. Hanya pemikiran namun terkadang pemikiran pemikiran itu yang akan membuat jiwa seseorang tidak merasa bersyukur dan tidak  bahagia",

Aku meliriknya sekilas

"Tapi hati yang pernah merasa kehilangan, pemikiran dan jiwanya selalu merasa tak nyaman",

"Itu karena kau tak pernah mengikhlaskan tentang apa yang sudah terjadi, iklaskanlah.. jadikan ini pelajaran bagi hidupmu Ramel. Saat kau sudah belajar untuk ikhlas maka dengan sendirinya hatimu akan merasa tenang dan nyaman. Semua yang kau lakukan akan terasa lebih ringan, kau tak akan pernah merasa khawatir terlalu berlebihan. Memang aku tau ini terasa berat bagimu tapi yakinlah semua kejadian yang terjadi adalah suatu ujian yang Tuhan berikan kepada kita", Reista memelukku dari samping aku pun mengelus pelan kepalanya.

"Bantu aku mengikhlaskan semua yang sudah terjadi, aku tau ini akan terasa sulit bagi kita berdua. Tapi aku ingin mencoba untuk menjadi lebih baik Reista, aku merasa bahagia saat melihat kau dan Renandra tertawa. Aku merasa bahagia namun aku juga merasa takut jika Tuhan akan mengujiku dengan mengambil kalian dari hidupku", kataku lagi.
Reista tetap berbicara sambil memeluk lenganku.

"Kau tau Ramel? Dulu saat aku kecil nenekku selalu berkata bahwa. Saat Tuhan mengambil satu hal kebahagiaan dalam hidupmu maka Tuhan akan menggantikannya dengan banyak hal yang akan membuatmu bahagia. Aku sudah sering berkata bahwa aku disini Ramel. Aku adalah Rumah yang akan menjadi tempatmu pulang walau sejauh apapun kamu pergi dan berlari. Kamu akan tetap pulang kerumah mu ini. Tak usah sungkan saat ada banyak beban di pundakmu, berbagilah denganku.. karena aku akan selalu siap menjadi penampung bagi cerita dan keluh kesahmu",

Aku menatapnya lalu menarik bibirnya dan mulai menciumnya lembut, tak ada hasrat di ciuman kami.aku hanya ingin meluapkan rasa takutku.

Kami melepaskan ciuman kami lalu menatap satu sama lain.

Tuhan memang baik, ia kirimkan satu bidadarinya untukku.

Aku menyelipkan rambutnya kebelakang telinganya, lalu aku tersenyum.

"Tetaplah bersamaku, disini bersama aku dan anak anak kita. Saat ini,esok,dan sampai maut yang akan memisahkan kita. Tetaplah bersamaku Reista, aku memang tidak tau apa yang akan terjadi esok hari namun tetaplah berada disampingku agar aku tau bahwa ada kau yang selalu mendukungku", aku mencium keningnya lama.

Ini terdengar berlebihan, rasa takut yang terlalu berlebihan. Namun ini yang kurasakan, perasaan aneh yang membuatku terlalu khawatir.

"Tentu Ramel, genggam erat tanganku maka akan ku genggam lebih erat tanganmu", jawab Reista mantap.

Kami berpelukan, melepaskan rasa yang telah lama terpendam. Aku tidak tau apa aku mencintainya atau tidak? Tapi aku berjanji pada diriku saat ini. Bahwa aku akan menjaganya dan berusaha untuk mencintainya..

Seperti dia yang selalu ada disampingku, maka aku juga akan selalu berada disampingnya.











Agak lebay ya Ramel?😂
Tapi jika pembaca pernah mengalami kehilangan pasti bakal ngerasa bahwa ini hal yang wajar😁
Dan kemarin aku sempet dapet komentar kalau cerita author itu kurang dapet geregetnya.

Ewwwww 😂 aku penulis amatir dan ini tulisan pertamaku, masih perlu banyak saran dan masukan hehehe..
Tapi author seneng kalau kalian mau kasih saran dan motivasi, semakin semangat nulis hehe😋

Dan maaf juga dua hari Minggu dan Senin author gak nulis😭 karena tugas kuliah numpuk eyyyy
Jadi curhat 😧

Secret In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang