87

8.1K 203 0
                                    

"renandra, apa kau sudah siap nak?" Teriakku dari bawah, Anak itu lama sekali hanya disuruh untuk siap siap saja.

"Sebentar dad, aku segera turun"  aku mendengus dan melanjutkan bermain dengan anak perempuanku.

Ia hanya melihatku sesekali tersenyum padaku, astaga dia masih kecil saja sangat cantik. Bagaimana nanti saat dia besar?pasti banyak laki laki yang akan mendekatinya. Pikirku.

"Kau sudah masukan koper ku ke bagasi Ramel?" Tanya reista tiba tiba, ia memegang sebotol susu dan memberikannya pada anak perempuan kami.

"Sudah sayang, sudah kumasukkan semuanya. Kita tinggal berangkat saja, tapi anak laki laki mu itu lama sekali astaga"

"Kau berlebihan Ramel, mungkin dia sedang berdandan. Bukankah kemarin dia bercerita padamu sedang tertarik dengan seorang wanita? Dia sama seperti Daddynya menurutku"  istriku itu berkata sembari meledekku senang.

"Heh, kami berdua sama sama tampan jadi wajar saja jika kami menarik perhatian banyak lawan jenis" ucapku bangga.

"Ya ya, seterah kau saja Ramel"

"Aku sudah siap mom dad" renandra turun mengahampiri kami dan mencium pipi adik perempuannya itu.

"Baiklah, ayo kita berangkat" kami ber empat berjalan ke arah mobil yang sudah terparkir. Hari ini kami akan berlibur ke beberapa pulau di Belanda. Karena menurutku kami lama tak pernah berlibur. Kebersamaan yang sudah merekat ini tak ada salahnya bukan jika semakin kurekatkan?.

Duduk di dalam satu mobil yang sama, bercengkrama dan sedikit melantunkan syair dari lagu yang kami dengarkan bersama.

Sesekali aku terasa haus dan dengan sigapnya istriku memberikanku minum sambil tersenyum.
Suara tangis anak perempuan kami yang terkadang membuatku bingung tak menentu. Apa inginya? Dia sepertinya tak sabar agar dapat sampai dengan cepat.

Kami berhenti di stasiun, lalu berjalan menyeret koper untuk memasuki tempat pengecekan tiket. Suara suara bising memasuki pendengaranku. Cuaca yang dingin membuatku menengok ke arah istriku itu dan mencoba membantunya untuk merekatkan mantel yang ia pakai.

Ia tersenyum dan berkata seolah,'aku sudah merasa hangat' aku mengelus kepalanya lalu mencium keningnya singkat.

Pengecekkan tiket sudah selesai, kami berjalan ke arah gerbong dimana tempat duduk kami berada. Pramugari kereta menuntun kami dan mencoba membantu koper yang kami bawa.

Aku memberikan beberapa lembar uang  padanya dan ia tersenyum sopan lalu berlalu pergi.

Kelas VIP yang kubeli, perjalanan bersama dengan menggunakan transportasi ini tak pernah kurasa. Namun menurutku perjalanan ini akan terasa menarik.

Suara mesin terdengar, bunyi peluit menandakan pesan non verbal bagi masinis kereta.
Roda berputar perlahan, reista merebahkan tubuhnya bersama anak perempuan kami.

Aku menatap ke arah luar jendela, awan terang berwarna biru sepanjang jalan yang terlewati.
Burung terbang bersama dengan kelompoknya, sayapnya terbentang bebas. Matanya memandang setiap penjuru yang ia lewati.
Raut wajah wajah burung yang tak berekspresi, matanya membulat tajam. Saat mangsa dilihatnya.

Mereka pemakan apa? Sesama? Sepertinya satu dari banyak burung yang akan memakan saudaranya sendiri.
Hidupnya melahirkan sebuah keturunan,dan membuat keturunan.

"Daddy?" Renandra menepuk pundak ku.

"Ya" jawabku lalu menatapnya.

"Kita ingin pergi berlibur kemana?"

"Kau penasaran ya?" Aku mengacak rambutnya dan mengajaknya duduk disampingku.

"Ya tentu saja Daddy"

"Ini rahasia, kau nikmati saja. Daddy janji bahwa liburan ini akan menyenangkan"

"Ya baiklah dad, aku senang kita bisa berlibur seperti ini. Mommy juga pasti senang" katanya polos.

"Ya mommy memang butuh liburan agar ia tidak bosan berada dirumah sepanjang hari mengurusmu dan adikmu"

"Berjanjilah satu hal dad" katanya menatapku serius.

"Apa itu?"

"Berjanjilah untuk selalu menjaga mommy dan adikku. Jangan tinggalkan kami, karena menurutku aku sangat bahagia dengan kita yang seperti ini" tiba tiba ia memelukku dan menangis terisak. Aku mengelus punggungnya

"Ya Daddy aku berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi janji itu" semoga saja semoga saja aku bisa memenuhi janjiku. Sudah cukup tujuh tahun terakhir aku menelantarkannya. Sekarang aku harus  lebih banyak bersyukur dengan apa yang aku dapatkan saat ini.

Aku mencium keningnya.

"Dan berjanjilah saat kau besar nanti kau akan jaga adikmu Dan juga mommy mu jika suatu hari nanti Daddy tiba tiba tak dapat menjaga kalian lagi" ia hanya diam dan tetap memelukku erat.
Entah mengapa aku merasa sedih dan meneteskan air mata.

Apa yang akan terjadi esok hari, aku tak akan memikirkannya. Aku hanya akan menjalankan hari ini dan menikmati setiap momen yang kudapat.

Mereka keluargaku, dan selamanya akan seperti itu





Typo bertebaran 😂

Secret In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang