70

10.8K 324 4
                                    

Reista pov

Kulangkahkan kakiku, berjalan melewati lorong lorong ruangan di perusahaan Ettrama.

Sejak perutku semakin membesar, Ramel tak mengizinkan aku untuk bekerja lagi.
Namun hari ini aku berfikir untuk membawakan makan siang untuknya.

Semua karyawan menyapaku dengan sebutan nyonya, aku hanya tersenyum singkat kepada mereka.

Aku sedikit bangga bahwa mereka tau bahwa Ramel sudah memiliki istri, aku sedikit terganggu dengan para perempuan centil yang sering menggoda suamiku dengan baju nya terlihat sangat sesak di tubuh mereka.

Aku saja di buat heran, apa mereka tidak punya baju lain selain memakai baju seperti itu.

Ah ya sudahlah aku tidak perlu memikirkan hal yang tidak penting, pintu ruangan Ramel sudah terlihat, aku melangkah maju untuk membuka pintu tersebut.

Tanpa ketukan pintu, menurutku aku mempunyai hak masuk dan keluar sesuka hatiku bukan?

Selain itu, Ramel juga tidak pernah mempermasalahkan itu.

Pintu terbuka, kulihat wajah Ramel sangat dingin saat ini. Ia menatap berkas di depannya.
Dan disampingnya berdiri seorang wanita.

Astaga lihat pakaian yang dipakai wanita itu, kancing kemejanya seperti ingin lepas saja.

Aku melangkah masuk, Ramel melirik ke arahku sekilas lalu membaca kembali berkas yang ada di tanganya itu.

Perempuan itu pun tersenyum kearahku, aku menatapnya datar.

Aku berdiri di depan Ramel dan perempuan itu.

"Maaf nona sebelumnya, sedang apa anda di samping suami saya?", Tekanku di kata suami saya.

"Saya sedang memberikan laporan keuangan tahun ini nyonya", katanya tersenyum

"Kamu sekertaris baru suami saya?", Tanyaku lagi, aku melirik ke arah Ramel. Ia tak merasa terusik dengan obrolan kami.

Sebut saja obrolan, sekalipun aku tak berniat basa basi dengan perempuan ini. Tapi tetap saja aku harus bertindak tegas dengan perempuan centil satu ini.

"Iya benar nyonya, saya sekertaris baru",

"Kamu tau siapa sekertaris lama suami saya?", Tanyaku padanya.

"Tidak nyonya, saya tidak tau. Lagipula tidak penting saya mengetahui siapa sekertaris lama Tuan Ramelson",

Berani sekali dia berkata seperti itu, batinku.

"Tentu kau harus tau siapa sekertaris lama Yang sudah bekerja dengan Tuan Ramelson, karena dari situ kau bisa belajar apa yang disukai dan tidak disukai oleh atasanmu saat sedang bekerja", aku menatapnya dan melanjutkan perkataanku lagi

"Sekertaris lama itu adalah saya, dan yang saya tau saat saya bekerja sebagai sekertaris suami saya. Saya bekerja profesional. Setiap saya memberikan berkas, apapun itu bentuknya. Tidak pernah berada di samping Tuan Ramelson. Kau tau kenapa?", Tanyaku menggantung.

Ia menggelengkan kepalanya.

"Karena tidak pantas seorang sekertaris berada di samping atasannya, dengan pakaiannya yang seperti ingin menjual dirinya", tekanku di akhir kalimat.

Perempuan itu diam tanpa menjawab perkataanku.

"Mengapa anda masih diam disana!? Pergi dan ganti pakaian yang Anda pakai itu. Saya tidak ingin melihat karyawan yang bekerja di perusahaan suami saya seperti wanita malam seperti itu", aku sedikit meninggikan suaraku.

"Baik nyonya", katanya pelan. Ia berjalan menunduk dan berlalu pergi dari ruangan ini.

Aku mengatur nafasku, apa aku bertidak berlebihan? Sepertinya tidak.

Aku harus bertindak tegas pada perempuan seperti itu.

Aku melihat ke arah Ramel, berjalan ke sofa yang berada di dekatnya.

Ramel menghentikan membaca berkas itu, dan berjalan ke arahku.

"Kau haus?", Tanyanya padaku.

"Ya, sedikit", kataku pelan.

Ia berjalan ke arah lemari pendingin  yang ada di ruangan sebelah.

Ia mengambil sebotol air mineral dan memberikannya padaku.

Aku mengambilnya dan meminumnya hingga tandas.

"Mau lagi?", Tanya Ramel

"Tidak sudah cukup", kataku.

Ramel duduk di sampingku, dia diam menatap ke arahku.

"Ada apa?", Tanyaku.

"Lain kali, jangan terlalu memakai emosi saat berbicara dengan mereka. Kau sedang hamil, aku tidak ingin emosimu membuat anak kita ini kenapa napa", kata Ramel. Ia berkata tanganya mengelus pelan perutku.

"Aku kesal melihat perempuan itu seperti ingin menggodamu Ramel", kataku

"Aku juga sedikit risih dengan pakaiannya, aku ingin menegurnya. Tapi ternyata kau sudah menegurnya terlebih dahulu",

"Tentu saja aku menegurnya, apa apaan dia itu. Dia hanya sekertaris baru. Tapi tingkahnya seperti dia nyonya disini", kataku menggebu.

"Kau cemburu padanya?", Tanya Ramel bibirnya melengkung membentuk senyuman.

"Apa?cemburu? Tidak", jawabku salah tingkah

"Benarkah? Lalu kenapa kau seperti marah sekali saat ia berada di sampingku tadi?", Tanya Ramel lagi.

"Kan aku sudah bilang, aku haanyaa ingin dia bersikap profesional sebagai sekertaris. Bukan berarti itu cemburu, lagipula Ramel. Mengapa kau mencari sekertaris seorang perempuan? Memang tidak ada sekertaris laki laki yang bisa kau cari?",

"Aku tidak tau, aku meminta bagian HRD untuk mengirim sekertaris berpengalaman dan juga profesional untukku. Dan itu dia", kata Ramel cuek.

"Apanya yang profesional? Profesional di bidang apa dia? Menggoda suami orang? Dengan pakaian seksinya itu, Atau dengan tubuhnya yang seperti gitar Spanyol?",

"Entahlah", Ramel retap berkata seakan akan ini bukan masalah serius.

"Astaga Ramel, aku mau kau menggantinya. Aku tidak suka denganya. Dan satu lagi, carilah sekertaris laki laki. Karena aku tidak ingin ada perempuan yang menggodamu lagi", aku meminta padanya.

"Ya ya baiklah Reista", kata Ramel pelan ia mengacak acak rambutku.

Aku tersenyum padanya, setidaknya ia mau mendengar keinginanku.

"Ya ngomong ngomong ada apa kau kemari?", Tanya Ramel.

"Astaga aku hampir lupa tujuanku kesini, ini aku membawakan makan siang untukmu", aku memberikan bekal yang sudah kupegang sedari tadi kepada Ramel.

"Makanya lain kali jangan marah marah, kau bahkan lupa memberikan makanan ini padaku. Yasudah kita makan bersama saja",

"Ya baiklah, tapi aku ingin kau menyuapiku",

",Ya apapun maumu", Ramel tersenyum tulus.

Aku pun membalas senyumannya, aku semakin senang dibuat olehnya. Semakin hari hubungan kami semakin intim.

Semoga saja akan tetap terus seperti ini.





Menepati janji author ~
Jangan lupa kasih komentar kalian 😁

Secret In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang