39

13.9K 381 6
                                    

Author POV

"Andine"

Perempuan yang di sebut namanya itu seketika mematung ia mencoba menengok ke arah sumber suara ia memaksakan mencoba tersenyum seramah mungkin.

"Maaf sepertinya anda salah orang saya bukan andine", jawab perempuan itu.

"Tidak kamu andine, bagaimana.. bagaimana keadaanmu nak", wanita yang datang bersama suaminya itu memeluk andine dengan sangat erat.

Namun andine langsung melepaskannya secara perlahan.

"Maaf nyonya saya bukan andine, mungkin anda salah dan perkenalkan saya Dian wiliam bukan andine atau siapapun yang nyonya sebutkan tadi", andine berusaha berbicara se tenang mungkin raut wajahnya yang datar tanpa memperlihatkan ekspresi apapun ia berusaha berdrama sebaik mungkin di depan kedua orang itu

"Tapi nak wajahmu bahkan tubuhmu sangat mirip dengan andine", timpal wanita itu lagi.

"Sudahlah sayang dia berkata dia bukan andine maka bukan, lagipula andine sudah lama tiada ayo kita pulang", bujuk suami yang sedari tadi hanya melihat saja.

"Tidak suamiku ia pasti andine, ayo kita beritahu Ramel bahwa andine masih hidup" ucap sang istri kepada suami yang berada di sampingnya itu.

"Sayang sayang dengarkan aku, banyak orang di dunia ini yang terlahir dengan wajah yang sama mungkin dia salah satu orang yang mirip dengan andine dan tadi juga dia sudah memperkenalkan dirinya bukan? Bahwa Namanya saja berbeda", bujuk sang suami kepada istrinya itu.

Saat sang suami ingin mengajak istrinya itu pergi dering ponsel di sakunya berbunyi dan diangkatlah ponsel itu pada dering pertama.

"Hallo, ada apa?",

"....."

"Apa! Bagaimana bisa! Mengapa kau baru memberitahuku sekarang? Dimanaa Ramelson saat ini?

"....."

"Dirumah sakit? Memang apa yang terjadi denganya?",

"........"

"Baiklah saat ini kau urus terlebih dahulu perusahaan aku akan kerumah sakit untuk melihat anak dan menantuku setelah itu aku akan ke kantor untuk mengurus masalah ini", klik telpon itu di matikan secara sepihak

"Ada apa suamiku? Mengapa wajahmu terlihat tegang seperti itu?",

"Reista masuk rumah sakit lagi dan perusahaan kita..",

"Perusahaan kita kenapa!?", Tanya sang istri

"Tak ada waktu untuk menjelaskan apa yang terjadi saat ini kita harus kerumah sakit terlebih dahulu melihat keadaan reista dan barulah kita urus perusahaan kita itu ", sang suami menarik tangan sang istri mereka berlalu meninggalkan restaurant itu.

"Ckckck bahkan saat mendengar keadaan reista saja kau yang katanya mirip dengan andine langsung tiba tiba terlupakan", Tom menyindir andine yang sekarang sedang melihat kepergian mertuanya itu.

"Diamlah Tom, aku bosan mendengar celotehmu itu", andine kembali duduk dan memakan makanannya dengan tenang.

"Berhentilah dengan dramamu dan kembalilah ke keluarga Ramelson sebelum semuanya terlambat", ucap Tom

"Kau terus mengatakan kalimat itu Tom apa kau tidak bosan mengatakannya? Bahkan aku saja bosan mendengarkanya", timpal andine sambil menuang cairan merah ke dalam gelasnya dan meminumnya perlahan.

"Untuk kebaikanya aku tidak akan pernah bisa mengatakan seribu kalimat pun ",

"Lupakanlah tentang hal itu, apa perusahaan Ettrama sudah benar benar hancur saat ini?",

"Seperti yang kau tau, besok pagi saat matahari muncul perusahaan Ettrama akan benar benar jatuh ke tanganmu", ucap Tom.

"Ya baguslah jika begitu, bagaimana ke adaan ibumu Tom?",

"Dia sudah lebih baik saat ini, dan tadi dia juga menelponmu untuk berkunjung kesana ia ingin makan bersamamu katanya",

"Ya setelah urusanku selesai aku akan berkunjung kesana sampaikan salamku padanya dan maaf karena belum bisa menghubunginya",

"Ya aku tau kau terlalu sibuk dengan duniamu andine",
Andine tidak menjawab dia hanya tetap makan dan sesekali melirik ke arah Tom yang tiada henti hentinya memandangnya sedari tadi.

                               ~~~~~
Pukul 10.00
Waktu Amsterdam.
Rumah sakit.

Ramelson terus memenggangi tangan reista dan tidak meninggalkannya sedari tadi.

Sudah beberapa jam yang lalu namun reista masih tak sadarkan diri dokter berkata Reista mengalami trauma atau ketakutan berlebih dalam kegelapan dan ruangan yang sempit maka dari itu ia tak bisa bertahan saat terkurung dalam lift yang mati di kantor.

Terdengar suara pintu terbuka dan terlihat disana kedua orang tua Ramelson

Ibu Ramelson langsung mengelus pundak anaknya seakan akan memberikan semangat

"Mengapa bisa begini nak?", Tanya nyonya Ettrama.

"Dia terjebak di dalam lift kantor Mom", jawab Ramel lemah.

",Tak apa dia akan baik baik saja,", ucap nyonya Ettrama lagi.

"Daddy ingin berbicara denganmu Ramel", ucap Tuan Ettrama itu kepada anak laki lakinya.

Ramelson menatap mata tuan Ettrama itu dan berjalan keluar secara perlahan dia tau apa yang akan dikatakan oleh Daddy nya saat ini.

Setelah diluar tuan Gornio Ettrama  tidak berbasa basi lagi.

"Bagaimana ini bisa terjadi Ramelson", tuan Gornio berkata pelan namun tersirat akan kemarahan dan kekecewaan.

"Aku juga tak tau Dad tidak ada yang mengetahui kode rahasia itu dan bahkan tanda tanganku tertera jelas di surat itu", kata Ramelson frustasi dan duduk di bangku yang ada disitu.

"Ada orang yang sudah merencanakan hal ini secara matang", ucap tuan Gornio.

"Menurutku juga seperti itu Dad, tapi siapa? Sejauh ini hanya aku Daddy dan Mommy yang mengetahuinya. Tidak ada lagi",

"Kau yakin nak?",

"Ya.. dan satu orang lagi Dad", Ramelson baru ingat satu orang lagi yang mengetahui kode rahasia perusahaanya.

"Siapa?",

"Andine", ucap Ramelson perlahan.

Mereka berdua sama sama saling memandang dan terdiam entah apa yang ada di pikiran  kepala mereka

"Tadi aku bertemu seseorang yang mirip dengan andine", kata tuan Gornio.

"Dan orang yang mirip dengan andine pula sudah beberapa Minggu ini bekerja di kantorku",

Mereka tetap menatap dalam diam dan menghela nafas panjang secara bersamaan.

"Telpon orang kepercayaanmu malam ini kita akan adakan rapat", tuan Gornio meninggalkan Ramelson setelah mengatakan hal itu.










Masih mikirin ini mau ending yang bagaimana ya?😪
Saran dong teman teman heheh

Secret In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang