74

10.5K 310 2
                                    

"aku tak menyangka kau bisa terlihat menawan dengan kata kata bijak mu itu Ramel", kata reista, ia meminum susu yang sudah di berikan Ramel.

Mereka sudah berada di dalam kamar, karena pestanya pun telah usai.

"Aku memang bijak", jawab Ramel angkuh.
Ramel telah selesai mandi dan sekarang ia sedang memakai kaos oblong dan celana pendek.
Ia naik ke atas tempat tidur dan mulai bersandar di kepala tempat tidur.

"Kau benar benar sombong", kata reista lagi, susunya telah habis.

"Aku berkata apa adanya, kau saja yang tak mengenal diriku. Kau sudah selesai minum susumu?", Tanya Ramel. Reista mengangguk dan memberikan isyarat mengangkat gelas nya yang sudah kosong.

"Tidurlah, kau terlihat lelah. Sedari tadi kau berdiri terus menerus karena berbincang dengan para tamuku",

"Ya, tapi aku ingin mengetahui sesuatu sebelum aku tidur Ramel", pinta Reista.

"Ya apa itu?", Tanya Ramel menanggapi permintaan Reista.

"Mengapa mommy dan Daddy mu tidak hadir di acara ini?", Tanya reista.

"Mereka? Mereka ada acara bisnis di tempat lain. Lagipula ini hanya acara ulang tahun perusahaan. Tahun depan mereka masih bisa hadir bukan", kata Ramel

"Tapi aku sedikit bertanya tanya Ramel, tentang kejadian andine waktu itu? Apa Daddy benar benar terlibat?. Karena semenjak kejadian itu aku tak pernah bertemu dengan Daddy ataupun mommy. Bahkan mereka tak pernah mengunjungi kita", Reista berkata dengan sedikit gelisah.

"Ada sesuatu yang mereka sembunyikan sepertinya, aku juga tak tau apa itu. Namun aku sedikit curiga dengan orang tuaku Reista. Aku juga sedang berfikir apa benar mereka yang membuat orang tua andine meninggal? Atau memang hanya kesalahpahaman? Aku tak tau pasti Reista. Saat ku tanya kepada Daddy ia tak memberikan jawaban yang pasti", Ramel berkata sambil memandang langit langit kamarnya.

"Aku takut Ramel, aku takut jika itu memang benar. Aku kasian kepada andine, ia pasti merasakan penderitaan selama ini", Reista memandang Ramel sejenak lalu melanjutkan kata katanya.", Ia mencintaimu dan sangat mencintaimu, namun keadaan yang memaksanya untuk melakukan hal seperti itu. Dia terlalu rapuh untuk bertingkah seolah semua baik baik saja. Dia perempuan yang baik pada dasarnya, namun dendam dan rasa kasih sayang kepada orang tuanya yang membuatnya seperti itu", Reista melihat Ramel yang diam saja mendengar perkataan Reista.

"Ya kau benar, dia memang perempuan baik. Aku mencintainya dulu karena dia seperti malaikat bagiku. Dia menjagaku saat aku sakit, dia yang ada di sampingku saat pertama kali aku memulai pekerjaan di dunia bisnis. Dia lah orang yang selalu menungguku pulang kerja. Namun mungkin itu dulu, sebelum dia mengambil langkah yang salah. Aku mencintainya dan dia tau betul tentang itu, mengapa dia tak tanyakan saja padaku tentang kebenaran itu? Tentang kaset yang ia temukan katanya! Tentang Daddy yang membuat orang tuanya meninggal! Aku mencintainya, aku akan selalu disampingnya jika memang itu benar terjadi. Aku mencintainya harusnya ia percaya bahwa aku tak akan meninggalkanya jika ia berkata yang sejujurnya", Ramel tetap memandang langit langit kamarnya.

Terlihat Reista menahan air mata di pelupuk matanya, wajah Reista menggambarkan banyak hal. Kesedihan, kekecewaan, sakit hati. Namun ia tetap bungkam saat dilihatnya Ramel serapuh ini.
Kata kata Ramel terucap bahwa ia benar benar mencintai andine. Bahkan sepertinya sampai saat ini andine tak pernah hilang dari pikirannya.

"Kau masih mencintainya?", Reista berkata dengan pelan. Ia berusaha agar air matanya tak mengalir dan suaranya tak bergetar.

"Dia cinta pertamaku, tentu aku blum bisa melupakanya. Kebencian dan cinta menjadi satu saat ini, akupun tak bisa membedakannya",

Secret In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang