73

10.5K 311 4
                                    

Author POV.

Sepasang insan itu tetap berdansa, lihatlah pancaran kebahagiaan dari mata mereka berdua.

Setiap orang yang melihat akan merasa bahwa mereka adalah dua manusia yang saling mencintai, tapi ketahuilah cinta itu datang saat Tuhan mentakdirkan bahwa kau memang layak untuk jatuh cinta.

Tapi! Jika cintamu terbalas itu adalah sebuah keberuntungan.  Jika tidak, maka bersyukurlah! Karena memang kau orang yang lebih beruntung. Mengapa?. Karena Tuhan terlalu mencintaimu.

Sebuah perasaan yang murni itu mampu meruntuhkan ego, mampu menghancurkan rasa keangkuhan, bahkan mampu memporak porandakan sebuah kebencian.

Kalian sering mendengar pepatah berkata bahwa, batu karang yang keras di tepi laut. Perlahan akan terkikis dengan deru ombak.

Percaya atau tidak, bumi dan langit saling membutuhkan. Tak penting dengan siapa kau hari ini, namun pada akhirnya Kau akan bertemu juga pada seseorang yang sudah ditakdirkan untukmu.

Kata ikhlas adalah kata terberat jika harus dijalani.

Namun mungkin bersyukurlah terlebih dahulu, maka kau akan ikhlas

Bukankah banyak pribahasa dan pepatah yang kau temui di setiap kehidupanmu? Tak adakah satu kalimat itu yang mampu menggetarkan hatimu?.

Kita manusia diciptakan mempunyai hati, maka gunakanlah hatimu untuk kebaikan. Kebaikan yang akan menuntunmu pada cinta yang kau butuhkan sendiri.

Bukan tentang siapa yang salah saat jatuh cinta! Tapi siapa yang berusaha ikhlas saat cintanya hanya dia yang mampu rasa.

"Kau lelah Reista?", Tanya Ramel.

"Ya, bisahkah kita beristirahat sebentar?" Jawab Reista.

"Baiklah", jawab Ramel, ia menuntun Reista ke arah kursi di pinggir ruangan yang tidak terlalu ramai orang berlalu lalang.

Di tuntun Reista untuk duduk lalu, Ramel mengambil segelas air putih yang sudah di sediakan di sana. Dan memberikannya pada reista.

Reista mengambil nya dan meminumnya hingga tandas.

"Kau mau lagi?", Tanya Ramel.

"Tidak, kau tidak minum?", Tanya reista balik.

"Aku tidak haus", jawab Ramel singkat.

"Minumlah, air putih bagus untuk kesehatanmu", Reista menatap Ramel dan memberikannya sedikit nasihat.

"Aku akan minum wine saja", Ramel ingin melangkah pergi untuk mengambil wine. Namun reista menahan tangannya.

"Tidak, kau minum air putih saja", tegas Reista.

"Mengapa?", Ramel menatap reista.

"Karena aku tidak ingin kau terlalu sering meminum minuman seperti itu Ramel", jawab Reista pelan.

"Hanya sedikit,", pinta Ramel.

"Tidak!", Tekan Reista.

"Kau pelit sekali", jawab Ramel. Ia pura pura memasang tampang sedih.

"Tak usah pasang tampang konyol mu itu Ramel, kau sudah besar dan tidak usah berlaga sedih", jawab Reista sewot.

"Seterah kau saja Reista", jawab Ramel acuh.

"Kau sedang merajuk,heh?",

"Kau pikir saja sendiri", Ramel memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Sudah kukatakan kau tidak pantas seperti itu Ramel, ingatlah umurmu saat ini",

"Ehmmmmm", Ramel hanya berdehem menjawab perkataan Reista.

Reista bangkit dari duduknya sembari memegang perutnya yang sudah sangat berat itu.

Ia mensejajarkan berdirinya dengan ramel, lalu memegang dagu Ramel perlahan.

Ramel tetap tak menatapnya.
Reista terlihat kesal, ia menarik dagu Ramel lalu mencium bibir Ramel.

Ramel terlihat kaget, ia ingin melepaskan ciuman itu namun reista tak membiarkan ya begitu saja.

Setelah beberapa detik Reista melumat bibir Ramel, ia melepaskannya.

Ia menatap mata Ramel lalu menghapus sedikit noda lipstik di bibir Ramel akibat ulahnya.

"Kau masih marah padaku?", Tanya reista.

Ramel tetap diam, beberapa orang di sekitar mereka tersenyum senyum melihat tingkah mereka berdua yang sangat romantis itu.

"Hei Ramel", Reista menepuk nepuk pipi Ramel pelan.

Ramel tersadar, mukanya merah seperti menahan malu.

"Kau benar benar memalukan, hanya ku cium seperti itu saja. Kau sudah seperti anak perawan Yang baru pertama kali dicium", ledek Reista.

"Mengapa kau tiba tiba menyerang ku", tanya Ramel.

"Karena aku kesal dengan tingkahmu yang membuatku sedikit kesal", jawab Reista acuh.

"Kau membuatku malu reista", Ramel berkata pelan dan melihat sekeliling. Dimana banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka.

"Aku tidak peduli, lagipula aku hanya menciummu. Itu hak Yaang wajar bagi sepasang suami istri bukan?",

"Ya seterah kau saja",

"Kau masih marah padaku? Hanya karena kau tidak kupersiapkan minum wine?", Tanya reista.

" Tidak, aku tidak marah padamu",

"Ya baiklah jika kau tidak marah",

"Yasudah, ini sudah hampir malam. Kita harus memotong kue ulang tahunnya", Ramel menggandeng tangan reista dan berjalan ke tengah tempat acara dimanaa disana sudah ada kue ulang tahun dengan nama perusahaan Ettrama.

Semua pasang mata melihat ke arah mereka.

"Tadi kau merajuk, sekarang kau menggandeng tanganku dengan manis. Kau benar benar aneh", Reista berkata sambil berbisik.

Ramel hanya menatapnya sebentar lalu memberi isyarat ke pada pembawa acara bahwa ini saatnya pemotongan kue.

Pembawa acara memberikan arahan kepada semua tamu untuk melihat proses pemotongan kue.

Lalu pembawa acara mempersilahkan kepada Ramel untuk memberi sambutan terlebih dahulu.

Ramel tersenyum kepada semua pasang mata yang melihat ke arah mereka.

Hening.

"Terimakasih saya ucapkan kepada semua tamu yang sudah berkenan hadir dalam ulang tahun perusahaan Ettrama. Hari ini seperti biasa di setiap tahun nya. Perusahaan Ettrama merayakan momen bahagia ini.

Selain itu saya juga sangat sangat berterimakasih kepada semua karyawan saya yang sudah memberikan waktu,tenaga,dan juga pikiran kalian. Untuk membangun dan bekerja bersama di perusahaan Ettrama.
Kepada para pemegang saham, yang sampai sekarang tetap mempercayakan sahamnya di perusahaan Ettrama.

Dan juga terimakasih kepada keluarga saya, anak dan khususnya istri saya tercinta. Yang selalu ada di samping saya sampai saat ini", Ramel menjeda sebentar sambutanya dan merangkul Reista dengan erat.

"Mari kita bersama sama merayakan hari ini, dan berdoa agar perusahaan Ettrama lebih maju lagi kedepannya.", Semua orang bertepuk tangan setelah mendengar sambutan dari Ramel.

Ramel memotong kue tersebut dan tepukan tangan terdengar lagi di ruangan itu.

Reista tersenyum melihat kebahagiaan Ramel hari ini, begitupula dengan ramel. Ia membalas senyuman Reista.

Mereka berdua bersama sama ikhlas menjalani takdir yang telah membawa mereka sampai sejauh ini.

Keyakinan adalah hal utama pada hidup mereka.





Komentarnya dong 😘
Lama gak baca kritik dan saran kalian pembacaku 😘

Secret In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang