85

8.1K 248 3
                                    


Menyulam kain berwarna jingga dimalam ketiga, terkadang jarumnya akan tertusuk saat tak waspada.
Terkadang kita menanti suatu yang tak terduga, namun nyatanya hanya harapan yang hampa~

Ramelson POV

Kamar terasa sangat hening, dengkuran halus terdengar merdu di pendengaranku.
Berkali kali aku ragu bahwa semua ini nyata sebuah kehidupan panjangku, pahatan demi pahatan tercetak jelas sebagai sketsa abstrak di setiap sudut jalan yang kulalui. Tak pernah ada yang tau bagaimana bisa takdir mempertemukan,menyatukan,dan memisahkan satu dengan yang lainya.

Anak panah menyeret jauh pembatas yang dulu menghalangi kita. Saat ini kau tertidur pulas disampingku, pipi yang lembut serta bibir pink yang setiap kali berceloteh membuat senandung riang di hidupku.

Dering ponsel membuyarkan lamunanku, kulihat nama yang tertera disana membuatku buru buru menjawabnya.

"Jadi bagaimana?" kataku datar.

"Semua sudah kuatur tuan Ramel, sepertinya tuan cadis semakin malu mengetahui kenyataan yang ada" ucap bawahannya itu.

"Baiklah, kerjamu bagus" aku menutup telponnya dan menghela nafas lega.

Tepukan pundak membuatku menengok, dan kulihat reista sudah terbangun dan tersenyum padaku.

"Aku membangunkanmu?" Tanyaku lalu mengelus kepalanya pelan.

Ia memeluk ku erat, aku tersenyum dan balik memeluknya.

"Ada apa?" Kataku mencium keningnya.

"Aku hanya merindukan bau tubuhmu" katanya.

"Oh ya? Kau ini bisa saja" kataku tersenyum senang.

"Ya memang benar, aku terlalu khawatir saat kudengar dari paman dan bibimu tentang kenyataan yang sebenarnya"

"Memang mereka bercerita tentang apa?" Kataku penasaran.

"Mereka bilang, orang orang yang menyekap mu itu orang orang hebat" reista mengadahkan kepalanya dan menatap mataku tenang. "Kau baik saja?" Kata reista padaku.

"Aku baik"

"Kau tidak ingin menceritakan sesuatu?"

"Kau ingin aku menceritakan yang hal apa?" Kataku mencoba membuatnya tetap tenang.

"Tentang paman bibi dan adikmu,Tentang orang orang yang menyekap mu juga" katanya terus terang.

"Paman bibi dan adikku? Apa yang ingin kau tau?"

"Aku ingin tau, mengapa mereka bisa tinggal disana"

"Kau benar benar terlalu jujur saat ingin mengetahui sesuatu, baiklah akan kuceritakan. Paman bibi dan adikku memilih tinggal disana karena itu memang keinginan mereka. Mereka sudah lama tinggal di tanah itu jadi menurut mereka mengapa mereka harus lari dan pergi dari tempat itu. Jika tempat itu pun sudah mampu membuat mereka nyaman"

"Lalu, mengapa hanya mereka yang tinggal? Dimana yang lainya? Orang orang desa lainya maksudku"

"Dulu ada wabah penyakit yang menyerang tempat itu, banyak orang yang meninggal dunia secara massal. Dan itu yang menyebabkan tempat itu semakin sepi. Tidak ada orang luar yang mau tinggal ditempat itu. Dan orang orang tempat itu pun tidak ingin pergi. Dan mereka hanya bercocok tanam untuk hidup, soal paman dan bibiku. Aku sengaja memberikan mereka banyak fasilitas untuk hidup. Karena mereka mengurus adikku, adikku senang berada disana jadi aku ikut senang. Aku membiayainya untuk sekolah disana dan bermain disana, dia perempuan yang cerdas kau harus tau itu" kataku tersenyum bangga mengingat wajah adikku itu.

"Seperti itu? Lalu orang orang yang menyekap mu?"

"Cadis dan anak buahnya memang orang jahat, dulu dia adalah orang kepercayaan Daddy namun ia menyalahgunakan kepercayaan Daddy dan mulai mengkorupsi kan uang perusahaan. Namun Daddy mengetahui itu dan memecatnya. Mungkin itu yang membuatnya dendam kepadaku, dan mencari cara agar perusahaan dapat ia ambil.

"Maafkan aku, aku tau kau rela menukar perusahaan hanya demi aku dan anak anak" reista tertunduk lesu

"Tak apa, aku tidak sebodoh itu dalam melakukan sesuatu reista. Jauh sebelum dia membuat rencana aku sudah memikirkan banyak hal. Aku memberikan seluruh aset perusahaan ettrama atas namamu dan nama anak kita renandra. Jadi walaupun aku menandatangani berkas pemindahan saham. Itu tidak akan mengubah apa apa tanpa tanda tanganmu dan anak kita. Dan bodohnya cadis ia tidak mengetahui itu. Dan sekarang tidak akan terjadi apa apa, karena aku sudah mengurusnya " aku mengecup keningnya singkat sekali lagi.

"Benarkah?" Ia tersenyum dan memelukku erat. Aku tertawa karena merasa sangat senang melihatnya seperti ini.

"Aku senang mendengarnya" ucap reista setelah pelukannya terlepas.

"Jadi?" Kataku padanya.

"Jadi apa?" Tanyanya.

"Kau tidak ingin memberikanku hadiah atas kecerdasanku ini? Pintaku.

"Baiklah, aku akan memasakanmu makan malam yang sangat sangat enak" ucap reista mencium pipiku.

"Baiklah, buatlah makan malam yang sangat sangat enak dan aku akan menjaga anak anak kita" ia mengangguk dan berlalu pergi kegirangan.

Aku tertawa dan menggelengkan kepalaku. Ia benar benar wanita baik yang pernah aku temui. Dan aku menyukainya tapi mungkin bukan hanya rasa suka biasa. Tapi aku mencintainya. Ya aku mencintai wanita biasa yang mampu membuatku menjadi laki laki luar biasa.

Secret In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang