Ternyata gue sama vincent kelasnya sebelahan lagi..
Sesampainya di kantin, gue ngelirik ke kiri dan ke kanan bermaksud mencari tempat yang kosong.
"Eh, itu tu ada yang kosong.. Kesana yuk" Kata gue sambil nunjuk tempat yang gue maksud..
"Kuy kitaaa" kami bertiga serentak menuju ke tempat itu.
Tinggal beberapa langkah lagi, kami sampai ditempat duduk yang kami incar tadi. Tapi, tiba-tiba ada yang nyenggol gue sampe-sampe gue hampir jatuh. Setelah gue liat, ternyata randhika yang nyenggol. Si sableng mulai lagi.
"Weii gaesss, ada tempat kosong nii. Duduk sini aja woiii" cowok tak tau malu ini teriak memanggil teman-temannya itu, lalu duduk.
"Ada kalian ternyata, gak nyari tempat duduk?" Tanya vincet ramah lalu duduk disamping randhi disusul valent.
"Emm, ituu.."
Kata-kata gue dipotong sama pida.
"Ehh, Lo tu apa-apaan siih. Ini tempat kita deluan yang nemu. Lo malah seenak jidat duduk disini. Lo kira ni halte umum. Minggirr!! Kalau ga pindah gue tampol ni" Bentak pida sambil mengarahkan kepalan tangannya kearah randikha, dia tidak bisa mengontrol emosinya lagii.
"Wesshh... sadeesshhh" randhika berniat untuk memancing emosinya pida lebih dalam lagi.
"Selow pid selow. Lo kek penyihir blak-blakan kalo begituu, padahal lo cantik loo... sayang aja kalo sifat lo kek gitu.." timpal valent.
"Sifat gimanaaa maksud lo haa?! Sifat temen lo tu yang perlu diurus. Ga punya sopan santun banget jadi orang gak pernah diajar lo pada yak??. Beraninya sama cewek.... Banci." tepat dikata "banci" pida menekan suaranya sambil menatap randhi.
"Ehhh.. kok jadi perang siih. Lo tu bener-bener ya rand. Ga bosan-bosannya gangguin mereka. Udah ah. Sorry ya, gue ga tau kalo kalian yang nemuin deluan. Kita cari tempat yang lain aja. Rand, Val ayook" relai vincent dan mengajak teman-temannya itu pindah.
"Kaga mau gue. Kenapa gue yang harus pindah. Ini gue deluan yang duduk. Kalo mereka mau, mereka aja yang pergi." Lawan randhi sambil melihat ke arah yang lain.
"Ihhh. Ni cowok yaaa. Bener-bener nge..." gue terdiam karna tiba-tiba randhi udah ada didepan gue sambil natap mata gue. Tubuhnya yang tinggi bikin gue harus mendongak ke atas.
"Seliinn." Sambungnya lalu pergi mendahului gue. VincentValent juga mengikutinya dari belakang.
Gue, Triska, Pida pun langsung duduk.
"Duhhhh, lo kok bisa naksir sama cowok yang bentuknya kayak begituan sih triss" kata pida sambil memandang wajah triska.
"Yeee, mana gue tau. Emang suka butuh alasan??" Jawabnya sambil liat muka gue. Dia natap gue lama.
"Lahh, lu kenapa jadi mandang gue begituu?" Tanya gue karna merasa diliatin sama triska.
"Gapapa" jawabnya menyembunyikan sesuatu.
"Yaudah pesen makan yookk, laper niih. Biar gue yang mesenin deh. Lo mau apa pid?" Tawar gue sambil berdiri dari kursi.
"Gue mie ayam, minumnya teh pucuk. Eh lupa yang pedesyah mie ayamnya trus gak pakek lama " jawab pida.
"Lo tris?" Tanya gue sambil mandang triska.
"Gue ga makan deh." Jawabnya dengan mata memandang ke arah lain.
"Yee, yaudah deh. Gue pesen dulu." Gue beranjak pergi dari sana menuju tempat mie ayam.
●●●
"Pesanan datang gaeesss" kata gue sambil berteriak kecil lalu meletakkannya di atas meja.
"Nih, gue beliin lu siomay aja." Gue nyodorin siomay itu ke triska.
"Kan gue bilang, gua ga mau makan." Sahut Triska dengan nada yang sedikit agak kesal.
"Lah lo napa jadi sensi gini sih tris?lagi ada tamu yak lo??" Tanya pida sambil melihat triska.
Triska tidak menjawab, dia tetap diam dan sedikit kezell.
"Sekarang lo makan itu siomay, ato lo gue cium" seru gue ke triska sambil mendekatkan wajah gue ke wajah dia.
"Yeee, modus lo triss!masak jeruk makan jeruk kan aneh dilihat orang" Ledek pida sambil narik tangan gue agar wajah gue dan wajah triska menjauh.
"Iyaiya gue makan." Jawab triska dengan muka datar.
Setelah selesai makan, kami memutuskan untuk kembali ke kelas masing-masing. Sampainya dikelas, gue mendapati randhi sama valent sudah ada dikelas. Gue jalan menuju tempat duduk gue. Dan pas ketika gue duduk, randhi berdiri dan berlalu ke luar kelas. Meninggal kan valent.
"Woi lu mau kemanaaa?? Udah mau masuk ogeb!!" Valent teriak menanyainya.
Randhika tetap berjalan dan hanya melambaikan tangan ke valent untuk menyuruhnya diam. Sampai guru masuk pun randhika belum datang juga.
Itu anak ngebolos? Kok gak datang-datang.. Itu anak yaa, masih hari pertama juga udah bolos aja. Dia anak broken home yaa, kok sifat sama kelakuannya gitu amat dah.. Heran gue.
Karna keasikan melamun, gue ga sadar kalo guru nanyain gue.
"Trisna Adera Fadella!!" Panggil guru itu denggam nada yang sedikit membentak.
"Eh eh.. iya buk. Kenapa buk?" Jawabku gelagapan karna tidak tahu apa-apa.
"Malah nanya kenapa lagii. Ngelamunin apa kamu? Aneh ya murid disini. Ada yang tukang bolos, ada yang tukang ngayal. Heran saya. Udah. Kamu keluar kelas sekarang. Jangan masuk sampai jam pelajaran selesai." Titah guru paruh baya itu dengan tegas.
"Ta-tapi buukk...."
"Tidak ada tapi-tapian. K e l u a r!" Terlihat jelas raut muka guru itu tidak suka dibantah. Tangannya menunjuk ke arah luar yang buat gue makin takut.
Gue bangkit dari kursi, lalu berjalan ke depan dan berhenti sejenak di meja guru itu. Gue memberi hormat dengan membungkukkan badan gue dan minta maaf. Tapi, tidak ada jawaban dari guru itu. Gue pun melangkah keluar kelas. Ketika gue menuruni tangga, gue berpapasan dengan randhika.
"Lo kok diluar??" Tanyanya sambil menghadang gue berniat untuk menghentikan langkah gue.
"Bukan urusan lo." Gue ngedahuluin randhika. Tapi langkah gue tertahan karna dia udah ada di depan gue lagi.
"Ikut gue" dia menarik pergelangan gue dan membawa gue ke suatu tempat. Gue hanya pasrah mengikuti dia dari belakang.
Itu dia Randhika.. Udah dipakein bunga-bunga segala.. Keren gaa?:v
Yooo..
Dalam sehari udah update 3 kali cuuk..
Entah ada entah tidak yang baca *hiks* *hiks* *hiks*
Ya udah deh, author cuman butuh semangat aja sii...
Jan lupa tinggalin jejak yaak😄😄
Vote and comment tentunyaaa😉😉
Saranghaeee♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life
أدب المراهقين"Tris.." "Tris.." "Trisna" "Apa lagi sih rand?" "Gue.. gue.. gue minta maaf." "Maaf? Buat?" "Buat.. semuanya."