10

58 9 3
                                    

Triska Pov

Abis dari kelas trisna. Gue dan pida langsung ke kelas.

Sampainya di kelas, vincent udah standby di tempat duduknya sambil membaca buku. Dia sadar kalo gue masuk ke kelas, dia pun ngeliat gue lalu tersenyum. Gue balas senyum itu, lalu duduk.

Aku memikirkan tentang sikap randhi ke trisna. Mulai dari dia suka gangguin trisna, sampai ke tatapan itu.

Aku pun mencoba untuk meminimalisirkan pikiran ku ini dengan curhat ke pida.

"Eh pid" panggil ku sambil nepuk lengannya.

"Paan?" Jawabnya.

"Lo ngerasa aneh ga sih?" Tanya ku.

"Aneh apaan? Lo kalo ngomong jan gantung-gantung nape. Ga enak lo digantungin." Pida baper.

"Yee.. si panu babi malah baper. Lo tu yang gantungin valent. Sok jual mahal lo. Padahal lo deluan yang ngejar-ngejar, pas dia ngejar lo, lo malah gitu." Crocos triska.

"Eh.. lo brisik amat ya kayak pontot ayam tau gak. Udah. Lo mau crita apaan?" Tanya pida lagi.

"Ituu.. Sikap nya randhi ke trisna rada beda gitu." Ucap ku sambil memicingkan mata.

"Beda gimane? Biasa aja kok dia ke trisna. Lu jealous ya randhi gangguin trisna muluk??" Tanya pida sambil mencolek-colek lenganku.

"Iiihh. Bukan gitu.. aneh aja loo. Lo liat ga tatapan dia tadi?" Kata ku sambil mengingat-ngingat tatapan randhi tadi.

"Engga. Kata valent. Gue cuman bisa natap mata dia ajah." Ucap pida cengengesan.

"Kampret lu. Sahabat lo lagi cerita juga, tanggepan lo malah gitu. Udah. Ga jadi crita gue. Males" Kata ku cemberut.

"Dih.. dhi.. ngambek.." kata pida sambil mendekatkan wajahnya ke wajah ku.
"Olololo... nang ning, ning nang ning nung, nang ning, ning nang ning nung. Jan ngambek dong.." bujuk pida.

Aku tidak menggubrisnya. Dia tetap bernyanyi seperti itu sampai wali kelas masuk.

"Selamat Pagi." Ucap sang wali kelas.

"Pagi pak." Jawab murid serentak.

"Yang piket sudah bertugas?" Tanya beliau.

"Udah pak." Jawab vincent semangat.

"Oke. Hari ini, kita kedatangan murid baru dari Batam. Kalian baik-baik ya sama dia." Kata beliau.
"Silahkan masuk nak." Beliau mempersilahkan.

Aku yang duduk di belakang pun meninggikan leher ku agar bisa terlihat.

Seorang gadis, berkulit sawo matang,berambut panjang hitam dan lurus, serta berponi tipis itu sudah berdiri di depan kelas.

Anak cowok pada sibuk bersiul siul menggoda si murid baru.

"Piwitt"
"Pececiwitt"
"Aauuuuu"

"Hee.. kalian kira ini ada di hutan? Ada auman srigala segala. Udah, jangan brisik. Nah, sekarang silahkan kamu memperkenalkan diri." Beliau mempersilahkan.

"Haii. Aku Zura Karamina Nabiha, pindahan dari batam. Pindah ke sini karna papa pindah tugas. Minta kerjasamanya yaa." Katanya memperkenalkan diri, dan disambut meriah oleh anak cowok.

"Wiihh.. namanya bagus bener dah. Zura tinggal dimana?"
"Nanti pulang naik apa?"
"Udah punya doi belum?"
"Sama mas aja yok neng"

"Heh. Sudah sudah. Kalian kira lagi syuting neng dan kaos kaki ajaib. Nanya mau pulang naik apa lagi, kalian aja pulang naik angkotan umum, belagu ya nanya nanya. Zura, kami boleh duduk disitu." Kata beliau sambil menunjuk ke arah bangkunya vincent, yang sebelahnya masih kosong.

"Baik pak." Kata zura menurut, lalu menghampiri mejanya dan duduk.

"Baik, bapak tinggal dulu. Ketua kelas panggil guru mapel yang akan masuk." Kata beliau tegas.

"Baik pak." Vincent menjawab. Tidak. Dia tidak ketua kelas. Dia hanya wakil. Sang ketu kelas tidak dapat hadir sekarang.

Beliau pun beranjak pergi.

"Eh tris. Itu anak baru, baru datang aja udah dibikin gempar satu kelas ya. Apanya yang bagus dari dia juga. Gigi kayak klinci gitu." Cloteh pida tiba-tiba.

"He. Lo sirik aja ya jadi manusia. Giginya itu sebagai pemanis tau ngga." Anggia. Laki-laki yang selalu mengganggu pida di kelas angkat bicara.

"Brisik lo lidi kering." Balas pida.

~~~

Yooo
Author update.
Sorry yaw kalau pendek:v
Vote and commentnya ya gaess
Saranghaeee♡♡♡

Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang