13

54 3 0
                                    

Bacanya sambil dengerin mulmed nya yaa..

Trisna pov.

Kehadiran zura sebagai anak baru, mengganggu fikiran ku. Anehnya, kenapa dia selalu menempel dengan vincent? Haha. Anehnya lagi, kenapa gue yang sewot? Gue bukan siapa-siapanya vincent kan...

Pagi ini terasa berat. Mengapa tidak?? Hidup ku sekarang sudah seperti cerita wattpad yang sering kubaca.

Semuanya seperti skeanario yang sudah tersusun rapi. Sama halnya dengan sekarang. Aku melihat vincent dan zura datang barengan.

Haha.

Jalan ku yang lambat, membuat orang yan dibelakang ku menegur ku.

"Hoi. Lo dah makan apa belom sih? Jalan lo kayak siput tau gak? Lo pikir ni jalan bapak lo apa?"

Aku yang merasa pun menoleh ke belakang. Randhika. Huft. Aku sudah lelah meladeni ini semua. Aku hanya bergeser dengan maksud memberinya jalan.

"Kok lo diam?" Tanya nya.

Aku tetap diam. Sungguh. Aku lelah.

"Hoi. Kesambet lu yak?" Tanya nya lagi sambil memegang pundak ku, dan berhenti jalan.

"Lo apa-apaan sih?? Lo bisa gak, gak ganggu gue sehari aja?? Gue capek. Gue capek kek gini terusss.." kataku setengah teriak.

Randhi perlahan menurunkan tangannya dari pundak ku.

"Lo ada masalah?" Tanya nya heran.

"Mau gue punya masalah apa engga? Peduli lo apa haa? Nyokap gue aja ga peduli, kok lo yang sewot haa?" Kataku setengah teriak lagi.

Tak sadar, sudah ada rintisan air yang mengalir di pipi ku.

"Aishh.."

"Weiii rand.. lu bedua kenapa? Weits.. lu kenapa nangis tris? Weii rand, trisnanya lu apain ogebb?!" Valent datang, sambil menimpuk kepala randhika.

Aku memutuskan untuk pergi.

Menaiki anak tangga, lalu duduk begitu saja ditempat dimana semestinya aku duduk.

Entahlaa.

***

Author pov.

"Melihatnya tertawa, melihatnya tersenyum, melihatnya marah, melihatnya mengoceh.

Entah kenapa itu menjadi hal menyenangkan.

Melihatnya memperhatikan laki-laki lain, melihatnya menangis.

Entah kenapa itu menjadi hal terburuk bagi ku.

Sama hal nya dengan pagi ini. Dia menangis di hadapan ku. Entah kenapa.

Ingin ku menghapus tetesan air matanya, tapi aku tak punya nyali. Sulit. Hati vs nyali."

Jleb.

Ini puisi kenapa miris amat yaa.

"Ibu sudah membacakan salah satu puisi karangan AA.Is, bagaimana menurut kalian?" Tanya guru bahasa indonesia itu.

"Wahh.. bagus buk.."
"Galau abiss buk.."
"Pengalaman banget ini mahh.."

Jawaban dari para murid pun terbilang satu satu. Tapi tidak dengan trisna dan randhika. Trisna menatap kosong ke arah depan. Begitu juga dengan randhi, dia hanya menatap kosong ke arah trisna.

Mereka berdua seperti itu selama jam pelajaran bahasa.

"Wei rand." Ucap valent berbisik.

Randhika tidak menggubris.

"A e laa.. randhika.." bisiknya lagi sambil menyenggol lengan randhi.

Randhika hanya menoleh ke arah valent.

"Lu kenapa sih sebenarnya? Dari tadi liat ke arah trisna muluk." Bisik valen lagi.

Randhika tidak menggubris, dia kembali menatap kosong kearah trisna lagi.

"Gue dikacangin yahh.. sadar kok gue, gue bukan siapa-siapanya lo rand." Ucap valent sambil menepuk-nepuk dadanya dramatis.

Tanpa sadar, suara valent memecahkan keheningan kelas. Semuanya menatap ke arah valent kecuali, trisna dan randhika.

"Kamu kenapa valent?" Tanya beliau.

"Eh.. engga kenapa-kenapa buk." Jawab valent sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Kamu ini yaa, ada-ada saja. Melihat kamu yang mendramatisir keadaan karena dihiraukan oleh randhika, kamu maju kedepan.. sini.." titah beliau.

"Lah.. lah.. ke-kenapa buk? Sa-saya mau ngapain ke depan buk?" Tanya valent tergagap-gagap.

"Mau saya suruh jemur baju.."

"Lah, baju siapa buk?"

"Aduhhh. Udah, mendingan kamu maju kedepan sekarang!" Titah beliau lagi.

Valent pun nengambil langkah ke depan.

"Sekarang kamu ulangi baca puisi tadi."

Jeng jeng

●●●

Trisna Pov

Huft..

Ini gue yang bego atau apa sih?

~~~

Yooo
Author update nich..
Makin awkward ga sih?:v
Keep reading aja deng..
Voment nya jan lupaaa
Saranghae♡♡♡

Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang