8 - Three Person

19.7K 617 1
                                    

Sepulangnya dari butik, Sean sampai dirumahnya menjelang malam. Mommynya tadi bilang ingin menjemput Daddy dulu di kantor Papa Dhika sesuai informasi dari Papa Dhika sendiri.
Sehingga mau tidak mau Sean jadi pulang sendiri ke rumah.

Saat ia membuka pintu depan rumahnya, ia melihat ada seseorang yang sudah menantinya di ruang tamu rumahnya.
Orang itu langsung berdiri menyambut Sean saat menyadari kedatangan atasannya itu.

" kau sudah lama disini ? " Sean berbasa basi lebih dulu sebagai kesopanan.

" belum lama Tuan.. " jawab orang itu yang bernama Zico.

Zico bekerja sebagai asisten dan orang terpercaya bagi Sean.
Zico sudah 7 tahun lamanya bekerja dengan Sean sebagai asistennya di kantor.

" kau membawa kabar apa ? " Sean mengambil tempat untuk duduk di sofa depan Zico duduk.
Mereka saling duduk berhadapan.

" sesuai perintah anda saya mengikuti Nona Caramel selama 2 minggu ini.. ini foto-fotonya.. " jawab Zico sambil menyodorkan amplop cokelat di atas meja.

Sean mengambilnya kemudian langsung mengeluarkan semua foto-foto itu.
Dilihatnya satu persatu, sampai pada foto terakhir....

Deg

Brak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brak

" apa-apaan ini Zico ?!
Siapa pria itu ?! "
Sean sangat marah, ia memukul meja dihadapannya untuk menyalurkan kekesalannya.
Membuat Zico terperanjat kaget tapi sedetik kemudian ia rubah ekspresi wajahnya menjadi datar dan tenang lagi.

" saya sudah menyelidikinya Tuan, dia merupakan atasannya Nona Caramel di tempat kerjanya. " jelas Zion dengan tenang.

" Sialan !
Siapa dia berani-beraninya mendekati Caramel..
kamu cari tau terus informasi pria itu dan jangan sampai ada yang terlewatkan satupun..
kau mengerti..?! " perintah Sean.
Sean kini terduduk tegang menahan kesal sambil menumpukan tangannya dilutut, memijit pangkal hidungnya. Kepalanya mulai terasa pening.

" Baik..
kalau begitu saya permisi
Tuan.. " pamit Zico sambil beranjak berdiri dari duduknya.

" kau awasi terus keduanya..
jangan sampai lepas dari pengawasanmu..
sampai pernikahanku terlaksana jangan sampai ada masalah apapun.. " Sean memperingati Zico untuk lebih waspada.

" Baik Tuan.. " Zico mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan Sean seorang diri.

Sean mengambil foto terakhir dan meremasnya sampai tak berbentuk lagi sebagai pelampiasan kekesalannya.

" Shit !
Apa dia kekasih cewek bar-bar itu ? Tapi setau gue dia gak punya seorang kekasih ?
Sialan !
Baru saja gue berpikir dengan cara yang sekarang ini, cewek bar-bar itu akan jatuh ketangan gue dengan sendirinya.
Tapi sekarang pria gak tahu diri itu datang menghancurkan semua rencana gue.
Sekarang gue harus bikin rencana lain buat dapetin cewek bar-bar itu. Dan gue gak akan ngebiarin warisan kakek jatuh ke tangan orang lain..
gak akan pernah ! " gumamnya pada dirinya sendiri.
Setelah itu ia beranjak naik ke kamarnya di lantai atas.
Tak lupa ia bawa semua foto-foto itu. Jangan sampai ada orang lain yang mengetahui rencananya.

Zico yang masih berdiri di depan pintu hanya bisa diam melihat tuannya sedang kesal.

" nanti saja akan kuberitahukan..
jika tuan sudah tidak kesal lagi.. "
Gumamnya sendiri lalu melanjutkan perjalan pulangnya kembali.

***

Mobil BMW hitam itu masuk ke pelataran sebuah rumah yang sangat besar juga mempunyai tiga lantai.

Seorang wanita paruh baya membuka pintu rumah itu dan berdiri diambang pintu untuk menyambut kedatangan pria pemilik BMW hitam tersebut.

" anak bunda sudah pulang..? Bagaimana pekerjaanmu hari ini sayang ? " tanya wanita paruh baya itu setelah yang dinanti berdiri dihadapannya dan ia langsung memeluk si pria dengan pelukan hangat.

" Bunda.. kenapa bunda keluar hmm..?
Udara diluar sangat dingin..
ayo kita masuk dulu.. " si pria merangkul pundak wanita paruh baya itu lalu mengajaknya masuk kedalam rumah.

Pria itu adalah Dylan, dan wanita paruh baya itu adalah bundanya Dylan, Nyonya Liliana Maudy Danendra.
Mereka berdua berjalan beriringan masuk ke ruang tamu yang disana juga sudah ada seorang pria paruh baya sedang duduk menanti keduanya sambil menikmati segelas teh hangatnya.
Pria paruh baya itu adalah ayah Dylan, Tuan Bram Adriansyah Danendra.

" Son.. duduklah.. " Bram memerintahkan putranya untuk duduk di sofa depannya.

" iya ayah.. " Dylan duduk diseberang ayahnya duduk.
Liliana beranjak ke dapur untuk membuatkan minuman hangat untuk Dylan selagi mereka berdua mengobrol.

" Bagaimana keadaan kantor ?
Apa ada masalah ? " tanya Bram.

" tidak ada ayah..
semuanya berjalan baik.. "

" ekhem..
sepertinya ada yang berubah dari dirimu, son ? " Bram mengubah nada suaranya menjadi seperti meledek Dylan.
Sejak pertama Dylan datang, Bram selalu memperhatikan putranya itu. Bram rasa sepertinya Dylan sedang bahagia, putranya yang jarang tersenyum itu akhirnya menunjukan raut wajah bahagianya.
Pandangan matanya pun berbinar-binar memancarkan kehidupan juga bibirnya yang menyunggingkan senyuman terus.

Liliana pun menyadarinya, sedari tadi di dapur, ia tak henti-hentinya tersenyum bahagia.
Bersyukur atas perubahan putra kesayangan dan satu-satunya tersebut.

" memangnya apa yang berubah ayah ? " tanya Dylan balik.
Ia menunduk memperhatikan penampilannya, seperti biasa dan tak ada yang berubah.
Ia mulai bingung dengan pertanyaan ayahnya.

" tidak apa-apa..
lebih baik bersihkan dirimu sekarang setelah itu kita makan malam bersama.. " ujar Bram.

" baiklah ayah..
Dylan ke kamar dulu.. " pamit Dylan setelah itu ia menuju ke kamarnya.

Setelah merasa segar, Dylan keluar kamar kemudian pergi menuju meja makan untuk makan malam bersama dengan kedua orang tuanya.

***

Pagi harinya di bandara international, seorang gadis mungil yang baru keluar dari kabin pesawat sambil menyeret kopernya berjalan menuju ruang tunggu mencari-cari orang yang menjemputnya.
Yang tak lain adalah kakak laki-lakinya, Sean.

Gadis itu adalah Aluna, akhirnya ia diperbolehkan pulang oleh Daddynya dengan bantuan kakak tersayangnya itu.
Jika tidak, kini ia pasti masih bergelung selimut di dalam kamarnya tidur dengan nyenyak.

" Kakaaaaaak.. " teriak Aluna saat ia mengenali sosok yang dicari-carinya dari tadi.

" Kakaaaaaaaaakk.. " panggilnya lebih semangat sambil berlari menuju kakaknya saat ia lihat kakaknya itu berjalan kearahnya.
Ia langsung memeluk Sean setelah sampai dihadapannya.

" Alu kangen banget sama kakak.. " ucapnya yang masih memeluk kakaknya.

" kakak juga kangen tazmania kecilnya kakak.. " ledek Sean.

" iiihh.. kakak !
jangan panggil Alu kayak gitu lagi.. kakak nyebelin ih ! " Aluna langsung melepas pelukannya dengan kasar setelah ia dibuat kesal oleh kakaknya. Aluna sangat malu jika ada yang memanggilnya seperti itu, karena ia sekarang sudah besar dan bukan anak kecil lagi.

" emangnya kenapa ?
Kamu dulu kan suka ileran, suka gigit kakak, suka lari-lari, kenceng lagi larinya.
Sampai kakak sering di marahi Daddy gara-gara kamu sering jatuh.
Jadi sampai kapanpun kamu tuh tazmania kecilnya kakak.. " ujar Sean sambil mengambil alih koper Aluna untuk dibawanya.

" oke.. oke..
terserah kakak..
ngomong aja tuh sama tembok.. " ujar Aluna sewot sambil berlalu pergi lebih dulu meninggalkan kakaknya yang sedang mengulum tawa melihat adiknya yang kesal terhadapnya.

***

Part selanjutnya..
Semoga makin suka ya yang baca..
vote dan commentnya ya..

Terimakasih banyak dari author..

Prisilia.K

MARRIED with SEAN ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang