47 - Handsome and Beuty Doctor

17.2K 392 6
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 malam.
Satu persatu dari mereka sudah kembali meninggalkan RS sore tadi.
Hanya ada Papa Dhika dan Mama Nindi yang masih berada di RS.
Mama Nindi tetap berkeras memaksa agar dirinya diperbolehkan tetap berada di RS untuk merawat Caramel walau sudah dilarang Papa Dhika. Padahal kondisi kesehatan Mama Nindi juga sedang menurun bahkan beliau sempat pinsan siang tadi.

Namun akhirnya Papa Dhika menyerah tidak bisa berkata apa-apa lagi dan mau tidak mau dirinya ikut menemani menginap di RS malam ini.

Papa Dhika yang sudah terlelap di sofa, dan Mama Nindi yang duduk di kursi tertidur tertunduk di tempat tidur sambil menggenggam tangan Caramel.

Sean tidak bisa memejamkan matanya, ia menolehkan kepalanya menatap wajah Caramel dengan mata yang masih saja tertutup.
Sayang, maafkan aku.. semua ini salahku.. sungguh.. maafkan aku.., batin Sean.
Satu butir air matanya menetes dari ujung matanya.
Tangannya dengan cepat menghapus air matanya yang terjatuh dan segera ia mengambil ponselnya yang diletakkannya di atas nakas, Sean ingin menghubungi seseorang.

" Zico.. bagaimana keadaan Anastasia ? "
tanya Sean setelah sambungan terhubung.

" nona Anastasia masih terus saja menangis, tuan..
nona juga sedang dirawat di RS yang sama dengan tuan, ada di ruang 508, tuan.. " jawab Zico.

" dan kau ?
bagaimana keadaanmu ? "
tanya Sean lagi, perasaan bersalahnya semakin menekan ke dalam hatinya.

" saya baik-baik saja, tuan.. "
jawab Zico dengan tersenyum dari sebrang.

" aku ingin menemui Anastasia, tolong antar aku.. " ujar Sean lagi.

" baik, tuan.. saya akan kesana.. " jawab Zico.
Kemudian sambungan diputus oleh Sean.

Sean menolehkan kepalanya lagi menatap Caramel.
" aku akan menyelesaikan masalah Anastasia terlebih dahulu, sayang..
tolong bersabarlah sedikit lagi.. "
ujar Sean pelan dengan lembut dan tulus.

Zico masuk dengan membawa kursi roda untuk Sean.
" kau terlihat buruk.. "
ujar Sean saat pertama kali melihat wajah Zico secara langsung.

Mata Zico sebelah kanan lebam membentuk lingkaran berwarna ungu, tulang pipi sebelah kirinya juga lebam.
Sudut bibir bagian bawahnya sobek dan masih terlihat sisa darah yang sudah membeku.
Sungguh, ketampanan Zico terlihat  hilang sebanyak 60%.

Zico terkekeh,
" saya baik-baik saja, tuan.. "
Zico menimpali sambil membantu Sean berdiri dengan memapahnya kemudian mendudukkannya di kursi roda yang ia bawakan tadi.

" apa yang dokter katakan mengenai kondisi Anastasia ? " tanya Sean.

Zico mendorongkan kursi roda Sean dan menjalankannya keluar dari kamar.
" dokter mengatakan bahwa nona Anastasia hanya mengalami shock berat, tuan..
nona Anastasia hanya perlu beristirahat dengan baik dan cukup saja, tuan.. "
Zico menjelaskan sembari terus berjalan.

" hmm.. " gumam Sean menanggapi.

" ngomong-ngomong.. kau memang terlihat sangat buruk, Zico.. " lanjutnya.

" saya baik-baik saja, tuan.. "
jawab Zico.
Ia berusaha menahan senyuman bahagianya.
Hatinya menghangat mengetahui tuannya mengkhawatirkan dirinya.

" sungguh.. kau terlihat sangat sangat buruk, Zico.. "
ujar Sean dengan mantap untuk meyakinkan Zico.

" benarkah ? " tanya Zico.
Ia menjadi penasaran, separah itukah ?

" ya ! sangat sangat buruk.. buruk sekali.. "
Sean terus menjahili Zico, ia berusaha menahan tawanya sebaik mungkin.

" cukup, tuan.. "
ujar Zico yang mulai merasa dijahili oleh tuannya, tatapannya datar dan lurus kedepan.
Mereka berdua terus berjalan menjauh bersama.

MARRIED with SEAN ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang