12 - Who is She ?

18.9K 609 6
                                    

Kini Dhika yang ditemani Nindi tengah mengintrogasi kedua pria muda itu di ruang kerjanya.
Sedangkan Caramel dan Sisil disuruh menunggu di luar.

Caramel yang merasa khawatir tidak henti-hentinya mondar mandir didepan pintu.
Sisil jadi ikut-ikutan was-was melihat kakaknya yang sangat gelisah.

Sudah satu jam berlalu tapi pintu belum dibuka-buka juga.

" Kak.. minum dulu gih..
dari tadi kakak belum minum sama sekali lho.."
ujar Sisil khawatir.
Merayu kakaknya sambil menyodorkan segelas air putih agar segera mau meminumnya.
Namun, kakaknya tak bergeming juga.
Ia khawatir kakaknya masih shock.

" cing.. gimana keadaan mereka ya.. kok lama banget di dalem..
dari luar juga gak kedengeran apa-apa..
papa gak akan apa-apain mereka kan cing ? "
Caramel masih saja mengkhawatirkan Sean dan Dylan. Malah dirinya sendiri tidak diperdulikannya sama sekali.

" kakak tenang aja..
mereka pasti baik-baik aja kak..
papa gak mungkin apa-apain mereka..
ada mama juga kok di dalem..
udah kakak tenang aja ya..
sekarang kakak minum dulu.. nih.. " jawab Sisil sambil menyodorkan segelas air putih tadi, ia masih saja mencoba menenangkan kakaknya.

" lo yakin ? " tanya Caramel mencoba meyakinkan dirinya.

" yakin !
udah.. sekarang kakak minum dulu ! " ujar Sisil tegas, ia mulai gemas melihat kakaknya yang masih keras kepala itu.
Ia tarik paksa tangan Caramel untuk menerima gelasnya agar segera diminum oleh kakaknya.

Akhirnya Caramel mau meminum air putih itu walau cuma sedikit, dirinya benar-benar tidak selera apapun.

Yang ia khawatirkan adalah Sean dan Dylan yang tak kunjung keluar sampai sekarang.

15 menit berlalu, mungkin karena lelah menunggu dan khawatir yang berlebihan, Caramel jadi tertidur di sofa depan ruang kerja papanya.
Sedangkan Sisil masih menemani di sisinya.

Tidak lama pintu ruang kerja Dhika terbuka, menampilkan Sean dan Dhika yang sudah tertempel banyak plester di wajah mereka masing-masing.

Ternyata di dalam mama Nindi juga mengobati keduanya.
Kemudian disusul mama Nindi dan papa Dhika yang keluar terakhir.

Keempat orang itu terdiam ditempat. Pandangan mereka lurus ke arah Caramel yang sedang tertidur pulas. Seketika itu juga pandangan mata mereka berubah menjadi sendu.

Sisil yang masih membuka mata memahi arti setiap tatapan mata dari keempatnya.
Senyuman kecil muncul disudut bibirnya.
Ia bersyukur kakaknya mempunyai banyak orang yang menyayanginya dengan tulus.

" pa.. Caramel tertidur.. " ujar mama Nindi.
Dan papa Dhika menganggukinya.

" iya ma..
papa antarkan dulu Caramel ke kamarnya.. " pamit Dhika.
Lalu ia segera menggendong Caramel ala bridal style kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamar Caramel.
Sisil mengikuti dibelakangnya.

" baiklah.. tante, saya permisi pulang dulu " ujar Sean.

" saya juga pamit tante, maaf karena saya baru pertama kesini sudah memberi kesan yang buruk buat om dan tante.." ujar Dylan sambil menundukkan kepalanya.

" tidak apa-apa sayang..
yang penting kalian berdua jangan mengulangi perbuatan kalian lagi seperti tadi.." mama Nindi berusaha menenangkan keduanya.

" baiklah.. kalian berdua hati-hati dijalan..
Jangan ngebut dan jangan berkelahi lagi..
Kalian paham ? "
Mama Nindi memeberi wanti-wanti kepada Sean dan Dylan.
Mereka berdua menganggukkan kepala tanda menyetujui permintaan mama Nindi.

" oh ya Sean..
kamu kesini naik apa tadi ? "
tanya mama Nindi dengan khawatir. Karena ia ingat tadi di halaman rumah hanya terlihat mobil Dylan saja.

MARRIED with SEAN ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang