Dua minggu kemudian..
Kondisi Caramel mulai membaik, hampir setiap hari papa Dhika, mama Nindi, dan Dylan selalu bergantian membawa Caramel menemui dokter psikolog.
Sahabat-sahabat Caramel juga tak henti-hentinya menemani dan menghibur Caramel.
Yang tadinya Caramel hanya diam saja dengan pandangan mata yang selalu kosong.
Kini berangsur-angsur mulai membaik, Caramel sedikit-sedikit sudah mau merespon orang-orang yang ada disekitarnya.Walaupun perubahannya masih sedikit, itu sudah cukup membuat papa Dhika dan mama Nindi bernafas lega juga merasa bahagia.
Saat itu, Dylan yang mengetahui kondisi Caramel terpuruk, tidak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri.
Ia merasa gagal menjadi seorang pria. Ia tidak mengetahui bagaimana perasaan sebenarnya yang dimiliki Caramel.
Ia juga merasa menjadi seorang pengganggu hubungan orang lain.Seharusnya, ia tidak perlu mengungkapkan perasaannya saat itu hingga membuat hati Caramel menjadi bimbang.
Seharusnya, ia tidak perlu terburu-buru menjadikan Caramel sebagai kekasihnya hingga membuat Caramel kehilangan belahan jiwanya yang sesungguhnya.
Seandainya jika ia tahu bahwa keputusannya itu akan berakibat fatal seperti ini, sungguh ia tidak perlu melakukan hal itu.Yang ia inginkan hanyalah satu yaitu kebahagian Caramel, gadis yang ia sayangi.
Biarlah perasaannya ia simpan rapat-rapat jauh didalam hatinya.***
Saat ini pertemuan kesepuluh dengan dokter psikolog Caramel.
Namanya dokter Adrian Satria Megantara Sp.Kj.
Didalam ruangan pemeriksaan dokter, Caramel sedang menjalankan sesi terapi bersama dokter Adrian.Papa Dhika, Mama Nindi, dan Dylan disuruh menunggu diluar ruangan sebagai prosedur pengobatan.
" udah ma..
jangan sedih terus..
mama harus kuat agar anak kita juga bisa kuat..
kita harus sama-sama berjuang bersama anak kita.. "
ujar Papa Dhika selembut mungkin.
Beliau tidak henti-hentinya menenangkan dan memberi semangat pada istrinya.
Dirinya pun berusaha dengan keras agar tetap tegar." tapi pa..
ini salah mama..
mama seharusnya tidak melakukan perjodohan ini..
seharusnya mama tidak sepenuhnya mempercayai Sean, Renatha juga Haikal..
mereka sudah membuat anak kita menjadi hancur pa.. "
ujar Mama Nindi.
Bibirnya mulai bergetar menahan tangis, matanya pun mulai berkaca-kaca.Dylan yang berdiri tidak jauh dari tempat Papa Dhika dan Mama Nindi duduk hanya bisa diam mendengarkan.
Dirinya masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri.
Bagaimanapun juga, walau tidak dengan sengaja dirinya tetap ikut andil membuat Caramel seperti ini." sssttt.. jangan bilang seperti itu ma.. Haikal dan Renatha bukan orang yang seperti itu..
mama juga sudah tau sendiri kan ? mereka juga teman mama..
jangan pernah berpikiran negatif kepada teman sendiri ma..
mungkin saja mereka ada urusan yang lebih penting.."
Papa Dhika terus saja berusaha menenangkan istrinya.
Ia tarik tubuh istrinya kedalam dekapannya." walaupun sebenarnya papa juga menyayangkan sikap mereka yang pergi tanpa pamit..
tapi papa tetap mempercayai mereka..
karena bagaimanapun mereka adalah teman papa teman mama juga..
kita tetap harus berpikiran positif kepada mereka.. hmm ? "
ujar Papa Dhika." sudah.. sudah.. mama yang tenang.. jangan sedih lagi..
kita harus kuat untuk anak kita.. kalau bukan kita, siapa lagi ? " ujarnya lagi menenangkan sambil mengusap-usap kepala mama Nindi kembali saat dirasa tubuhnya mulai bergetar menahan tangis.Mama Nindi yang mendapat perlakuan lembut dari suaminya hanya bisa semakin menelusupkan wajahnya di dada bidang suaminya.
Tak lama setelah itu, seorang perawat keluar untuk memanggil mereka masuk kedalam ruangan untuk menemui dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED with SEAN ✅
Romantik[ COMPLETED ] part masih lengkap. " Hellooow..?! gue gak salah dengerkan..? lo kira gue cewek yg ngebet nikah sampai setiap cowok ngelamar gue harus gue terima gitu..? dasar cowok gila.. tukang paksa.. kenal aja nggak.." - Caramelia Arrum Tan " Ya...