20 - Holiday's

15.8K 507 2
                                    

Selama beberapa hari ini, Shasa dibuat bingung dengan perubahan sikap Caramel.
Setelah hari dimana Caramel mengantarkan Shasa ke sekolahnya waktu itu.
Kakaknya itu terlihat terus-terusan murung dan tidak ada henti-hentinya menatapi foto yang ada di cameranya itu.

Shasa juga sudah menceritakan semuanya kepada Dylan.
Namun Shasa semakin dibuat bingung, karena reaksi Dylan tidak jauh berbeda dengan Caramel.
Hanya diam membisu dengan wajah yang murung.

Sedangkan Dylan, setelah mendapat kabar itu dari Shasa.
Dirinya segera bergegas menuju ke penthouse milik seseorang.

Sesampainya disana Dylan segera masuk kedalam penthouse itu dengan mudah, karena ia sudah hafal diluar kepala password pintu dari penthouse itu.

Ia melangkahkan kakinya terus mencari-cari keberadaan seseorang yang tinggal disini.
Hingga Dylan sampai di dalam sebuah ruangan yang terisi banyak rak buku yang menjulang tinggi ke atas sampai ke langit-langit ruangan, dengan nuansa warna ruangan itu yang dipenuhi dengan warna coklat dan hijau membuat ruangan itu terasa hangat dan nyaman.

Di ruangan itu nampak seorang pria sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja kerjanya.
Dylan masuk ke dalam dan berjalan menghampirinya.

" rupanya lo disini.. "
ucap Dylan sedikit emosi.

Pria itu menengadahkan kepalanya dengan lesu untuk melihat siapa yang berani mengganggu waktunya saat ini.

Wajah pria itu terlihat sedikit kurus. Pipinya lebih tirus dari sebelumnya. Wajahnya pucat.
Matanya memerah seperti sehabis menangis.
Ada kantung mata yang sedikit menghitam dibawah matanya.

Pria itu adalah Sean.

" kenapa baru sekarang lo menampakan diri lo dihadapannya, huh ?!
lo tau..
dia sekarang berubah jadi pemurung lagi..
dan itu gara-gara lo juga.. "
suara Dylan meninggi.

" gue udah gak kuat, lan..
gue harus gimana lagi..
rasanya sesak.. "
ujar Sean lemah.
Ia kembali menelungkupkan kepalanya lagi di atas meja.

" lo--.. " suara Dylan terdengar tercekat di tenggorokannya karena sudah saking kesalnya kepada Sean.

Ia melangkah dengan cepat memutari meja.
Ia tarik kerah kaos Sean dengan paksa, memaksa Sean agar mau berdiri menghadapinya.
Satu bogeman Dylan melayang ke wajah Sean.
Membuat Sean terhuyung hingga jatuh tersungkur ke lantai.

Sean merasakan ujung bibirnya sobek dan mengeluarkan darah segar.
Sedikit terasa ngilu.

" kakaaaakk ! "
terdengar pekikan Aluna dari arah pintu.

Ia segera berlari dan bersimpuh di samping Sean terjatuh.
Membantu kakaknya yang masih tersungkur di lantai untuk berdiri kembali.
Aluna menatap Dylan dengan sengit. Sedangkan Sean mengelap darah yang keluar dari ujung bibirnya dengan kasar.

" heh..!
lo boleh hajar gue sepuas lo..
gue gak akan pernah ngelawan..
gue sadar apa kesalahan gue.. "
Sean berdiri tegap menghadap Dylan.

" tapi lo gak bisa nahan gue buat menemuinya..
gue sudah setengah mati sangat merindukannya..
sesak..
sampai rasanya menyesakkan asal lo tahu.. "
ujar Sean sinis sambil memukul-mukul dadanya sendiri.

" gue tahu kesalahan gue..
bahkan gue gak berani mengharapkan maaf darinya.." lanjutnya sambil berjalan menjauhi Dylan dan Aluna yang diam membisu.

" selama ini gue juga gak pernah bisa memaafkan diri gue sendiri..
gue udah terlalu jahat kepadanya.. " Sean masih membelakangi mereka berdua.

Aluna melangkah maju dan memeluk Sean dari belakang.

MARRIED with SEAN ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang