Si Terbuang

53.5K 3.9K 271
                                    

CHAPTER 5

Rangga bukan orang yang suka menyimpan dendam terlalu lama. Kalau ada orang yang membuatnya marah, ia akan langsung mengajak seseorang itu untuk bertemu... dan membuatnya dilarikan ke rumah sakit.

Setelah membunuh Sean Anggara beberapa waktu yang lalu, semua orang yang punya masalah dengannya nyaris tak ada lagi. Yah, setidaknya sampai Brian muncul.

Brian sudah terlalu sering berbuat seenaknya. Rangga memang punya sebuah janji untuk tak membuat masalah lagi di sekolah barunya. Tapi Rangga juka akan berjanji sesuatu yang lain. Dia tak akan membuat Brian hidup terlalu senang.

Rangga itu bukan orang yang akan diam saja jika dirinya diinjak.

.

.

.

"Rangga, pipi lo kenapa?"

Salah satu teman sekelasnya langsung menodongkan pertanyaan, saat ia baru saja melangkahkan kakinya masuk dalam kelas. Balutan di pipi kirinya menarik tatapan penasaran dari teman-teman lainnya.

Rangga sudah menduga.

"Cuman jatuh dari kasur," jawab Rangga. Rangga hanya menjawab asal. Wajarlah kalau jawabannya itu mendatangkan kerutan bingung dari temannya. Karena logikanya, tak mungkin ada orang yang jatuh dari kasur, yang kena malah pipi. Seharusnya kan dahi atau belakang kepala!

Iyok sekarang duduk di samping tempat duduk Rangga. Saat Rangga berjalan ke arahnya, Iyok terus saja melemparkan tatapan marah.

"Cuman diajak ngobrol, eh?"

Rangga memutar bola mata. Ia tak pernah berpikir untuk mendapatkan teman yang merepotkan seperti salah satu yang ada di sampingnya ini. Ibunya bahkan tak secerewet Iyok! Oh, Rangga ingat. Ia kan tak pernah merasakan punya ibu. Ibunya sudah tak ada, sebelum Rangga bahkan bisa berjalan dengan kedua kakinya.

Rangga mendengus, tak mengindahkan pertanyaan Iyok. Rangga mengira kalau itu sudah selesai. Namun nyatanya begitu ia berkedip, bayangan Iyok seketika menghalanginya begitu dekat.

"Gimana ceritanya sampe lo bisa ditonjok?" tanya Iyok, sedikit berbisik. Wajahnya begitu dekat, membuat Rangga sedikit terganggu.

"Ya gitu."

"Gitu gimana?" Iyok mengerutkan kedua alisnya. "Terus lo gak bales nonjok?"

Rangga tak menjawab. Ia hanya menatap Iyok sebentar, lalu mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

"Rangga, Rangga.. Masa' lo cuma biarin mereka nonjok lo gitu aja? Bales dong! Percuma lah lo punya badan kayak gini!" Iyok menepuk dada bidang Rangga tanpa permisi.

Oh, Iyok belum tau saja kalau Rangga itu adalah penjahat yang sebenarnya. Brian dan teman-temannya itu tidak ada apa-apanya melainkan hanya tirisan.

"Haish! Tau ah! Gelap!"

Tak mendapatkan tanggapan yang bararti dari Rangga, Iyok pun menyerah. Susah memang kalau mau berteman sama orang yang irit kata. Iyok harus punya kesabaran lebih.

.

.

Menatap papan tulis, Rangga terlihat begitu memperhatikan penjelasan-penjelasan guru matematikanya tentang materi integral. Materi yang tak terlalu sulit baginya. Membosankan. Walau begitu, Rangga terus berusaha memperhatikan.

Ketika beberapa soal dipampangkan untung dijawab, Rangga mendengus. Mereka terlalu gampang untuk dipecahkan.

"Rangga, lo ngerti gak?"

TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang