♡♡♡♡♡
Menopang dagunya, Iyok terus menempatkan arah pandangnya ke samping, tepat pada sosok Rangga yang sedang mencoba konsentrasi pada tugas biologinya. Garis bibir cowok yang lebih pendek itu melengkung ke atas, menggambar raut cemberut. Ada yang ingin Iyok sampaikan pada cowok di sampingnya ini, namun ia sedikit ragu dan takut. Ini soal Gio. Ketika mamanya mengatakan akan menyekolahkan Gio di sekolah yang sama seperti mereka--Iyok dan Rangga--dia tanpa pikir panjang berdiri di sisi mamanya. Iyok waktu itu tak ingat untuk mempertimbangkan apa yang akan terjadi pada Gio dan Rangga jika mereka satu sekokah. Kalau nanti tiba-tiba ada pertumpahan darah besar bagaimana?!
"Gue gak bakal biarin lo berkeliaran dengan badan utuh! Rangga sialan!" seperti naga yang marah, gigi Gio mengatup kuat. Tangannya sudah siap untuk dilayangkan.
"Lo masih juga berani datang ke gue? Hn. Bodoh." Rangga berdiri dengan arogan. Wajahnya tak menampakkan sedikit pun keraguan.
Di lapangan sekolah yang di kelilingi oleh penonton yang sebagian menggigil ketakutan dan yang sebagiannya lagi malah main taruhan, Rangga dan Gio berdiri di tengah-tengah. Mereka berdua saling berhadapan. Lalu sejurus kemudian, sebuah teriakan mengawali gerakan Gio dengan kepalan tangan yang diarahkan ke Rangga.
Rangga menghindar dengan cekatan. Lalu ketika Gio menargetkan kakinya, Rangga langsung mundur selangkah sebelum ia balas menendang kaki Gio. Ketika Gio terjatuh karena kehilangan keseimbangan, Rangga lalu menindihnya diperut. Pukulan dilayangkan tak henti. Pipi kiri dan pipi kanan terus dihujamkan kepalan tangannya yang keras seperti batu secara bergantian. Gio tak bisa melakukan apapun selain terbaring di lantai lapangan sambil menunggu alam bawah sadarnya merenggut pikirannya.
Darah bercucuran.
Dan...
Oh tidak! Lagi-lagi imajinasi liarnya membuat dirinya sendiri menggigil sampai ke tulang belakang. Tapi bagaimana jika kejadian yang ia takutkan itu akan menjadi kenyataan?! Bukankah dia juga berpartisipasi dalam sebab-sebab Rangga dan Gio bertemu?!
Iyok menyusuri rambutnya, lalu mencengkramnya sampai ke akar. Iyok frustasi. Dia begitu bodoh! Bagaimana ia akan menghadapi semua ini?! Untuk lain waktu, tolong ingatkan dia untuk berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu.
"Kenapa lo udah kayak orang stres gitu?" suara Rangga menarik Iyok dari kalimat-kalimat mencela dirinya sendiri dalam hati. Iyok lalu memberikan tertawa canggung, lalu menarik kembali cengkraman pada rambutnya.
"Bentar lagi jam istirahat. Tugas lo udah kelar belum?" Ah, Rangga mulai terbiasa dengan membuat tugas tepat waktu. Sekarang ia bahkan mengingatkan orang lain tentang tugas!
Iyok menatap buku yang terbuka di mejanya. Hanya ada soal tanpa jawaban. Terkekeh malu-malu, ia kemudian mencicit. "Liat punya lo, ya?"
Rangga tak menjawab. Tapi ketika Iyok mulai mengambil tempatnya untuk melihat tugasnya, Rangga menggeser bukunya lebih dekat ke arah Iyok. Lalu...
"Eh? Rangga, gue juga liat, ya?" Yang duduk di depan Rangga lalu memutar kursinya menghadap Rangga.
"Gue juga!" Yang duduk di sampingnya juga ikut-ikutan.
"Gue juga, ya?"
"Rangga, gue juga!"
"Yok, minggir dikitlah, gue juga mau liat!"
Rangga nyaris lupa menghembuskan napasnya ketika melihat mejanya di penuhi oleh kepala-kepala manusia. Apakah tugas biologi ini sesulit itu?
Iyok menyenggol. "Hehe.. Sorry, Rangga.." ucapnya sambil menyengir.
Begitu mereka semua selesai menyalin, Rangga akhirnya bisa melihat mejanya 'bersih' kembali dan bisa bernapas bebas.
Iyok juga sudah selesai menyalin. Dia sekarang sedang mengibas-ngibaskan jari-jari tanganya yang sudah kaku sambil sesekali mendesis. "Aishh, keram banget tangan gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]
Teen Fiction[18+] Rangga Argian kini harus berpura-pura menjadi anak alim di sekolah barunya, setelah ia dengan sengaja membuat seseorang kehilangan nyawanya dalam sebuah tawuran antar sekolah. Brian Azriel, preman yang paling ditakuti di sekolah barunya itu ki...