Si Penakhluk

48.7K 3.2K 823
                                    


***

Sudah beberapa hari ini Gio terus menginap di rumah Iyok. Mamanya Iyok memang sudah mengizinkan. Tapi lama-lama Gio jadi tidak enak. Apalagi, di sini Gio diperlakukan begitu baik oleh semuanya. Dia jadi tambah tidak enak.

Pagi ini, mereka duduk di meja makan untuk sarapan seperti biasa. Gio sudah tidak lagi meminjam bajunya Iyok, karena dua hari lalu mereka sudah pergi untuk membeli beberapa baju baru.

Iyok dengan lahap terus memakan sarapannya seperti seekor kelinci yang kelaparan-mulutnya tak bisa berhenti mengunyah. Dan karena sarapan pagi ini adalah ayam kecap, Iyok jadi belepotan dimana-mana. Padahal dia sudah pakai seragam sekolah!

"Aduh, Yok, makannya jangan belepotan kayak anak kecil, dong!" Ibunya Iyok menyeletuk.

"Eh?" seperti tak mengetahui keadaannya sendiri, Iyok lalu mengambil tisyu dan menyeka sekitar mulutnya. Menatap minyak dan kecap yang menempel di tisyu, ia pun tertawa pelan sambil menggaruk belakang kepalanya.

Gio melotot horror. "Iyok! Tangan lo penuh kecap!"

Iyok menoleh. Dan saat itu, Gio sudah terlambat. Iyok menarik kembali tangannya, dan mengetahui kalau itu memang penuh dengan kecap. Ah, Iyok sudah seperti bayi yang baru belajar makan.

Gio yang dari tadi sudah gemes sendiri melihat tingkah Iyok, seketika menarik Iyok ke wastafel. Gio mengambil telapak tangan Iyok dan mencucinya dengan sabun cuci tangan. Mencucinya dengan menyeluruh, sampai ke sela-sela jari.

"Gio, gue bisa sendiri kok," ucap Iyok.

"Enggak. Makan aja gak becus gitu," celetuk Gio, tanpa memindahkan pandangannya.

Setelah selesai mencuci tangan, Gio membawa Iyok untuk masuk ke kamar mandi. Sesaat kemudian, teriakan-teriakan Iyok terdengar diiringi dengan suara air yang mengucur.

"Akh! G-gue bisa sendiri, Gio!"

"DIam! Jangan banyak gerak!"

"Sakit... Akh!"

"Cengeng banget sih!"

"Hueee... Pelan-pelan dong, Gio.."

Astaga! Padahal dia hanya membantu Iyok untuk membersihkan rambut dan wajah. Tapi Iyok begitu susah untuk diatur! Gio sekarang tau bagaimana rasanya jadi orang tua dari anak pecicilan kayak Iyok. Cobaan!

Begitu mereka berdua kembali ke meja makan, wajah salah satunya sudah cemberut.

"Nah, Anak Mama udah ganteng lagi," ucap Ibu Iyok sambil tersenyum lebar.

Iyok hanya menatap ke arah ibunya sekilas, lalu medengus sebal. Ia mengangat tangannya kembali untuk meneruskan sarapannya, namun tiba-tiba dihentikan Gio.

"Pake sendok." Gio memberi Iyok leper, hanya untuk mendapatkan tatapan ogah dari anak itu. Oh, ternyata Iyok masih sebal.

"Gak suka pake leper. Susah!"

Gio mendesah. "Pake leper atau gue suapin?"

Iyok terdiam sebentar. Ia menatap sendok yang diberikan Gio dengan pandangan benar-benar-ogahnya. Iyok tak mau makan ayam pake sendok. Tapi kalau ia disaupi Gio, mau dibawa kemana kemaluannya?!

Oke. Iyok sudah memutuskan.

"Lo suapin aja deh!"

Aha! Iyok kan dari awal memang tak punya rasa malu!

Gio melongo, wajahnya jatuh secara drastis. Dalam hatinya, Gio sudah benar-benar dikejutkan oleh anak itu.

Akhirnya, Gio pun menyuapi Iyok. Dengan senyum lebarnya, Iyok selalu semangat ketika Gio menyuapinya. Mulut Iyok akan terbuka sangat lebar, lalu menyungah seperti tupai. Gio sekarang sudah seperti emak-emak yang memberikan makan untuk anaknya yang masih TK.

TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang