Si Penagih Janji [Bonus Chapter 3] + Info season 2

51.3K 2.6K 304
                                    


.

.

Mata hitamnya menatap tajam sosok tinggi berpunggung lebar. Wajahnya suram seperti orang mati. Mood-nya sudah berada di tingkatan paling rendah, cukup untuk membanting meja jika ada yang menyenggolnya.

Beberapa hari ini Brian sudah bersikap seperti wanita yang sedang PMS. Rangga sadar jika Brian sedang kesal padanya. Setiap Rangga ingin mendekatinya, Brian akan bertingkah seperti kucing liar yang akan mengembangkan bulunya ketika melihat musuh. Saat Rangga memasakkan sesuatu untuknya, dia akan makan dengan baik, namun tetap akan menatapnya dengan mata gelap. Satu lagi hal yang paling penting, Brian menolak mentah-mentah semua bentuk kegiatan intim yang ingin Rangga lakukan.

"Ian, ke sini!" Rangga menepuk dudukan sofa empuk di sampingnya. Sore itu mereka memiliki waktu luang dan hanya menikmati film yang diputar di layar TV. Biasanya mereka akan menonton sambil merasakan hangat tubuh masing-masing dan saling berbisik untuk mengobrol. Kali ini, Brian duduk di sofa paling ujung dan menciptakan dinding pemisah bagi mereka.

Brian diam, tak bergerak. Bola matanya hanya melirik satu kali dan kembali menonton TV.

"Brian?"

Brian tetap tak merespon.

Pada saat itu, Rangga pindah dari tempat duduknya dan mengambil tempat di samping Brian. Brian memberontak, membuat Rangga harus menahan kedua tangannya. Raut Brian sangat kusut.

"Hei... Ian, tenang dulu," ucap Rangga, menenangkan Brian dengan suara rendah. "Sebenernya lo kenapa?"

Pegangan tangan Rangga sangat kuat, membuat Brian tak bisa keluar dari kekangan orang itu. Saat Rangga bertanya, Brian hanya membuang muka.

"Brian..." Rangga memanggil.

Brian tetap tak merespon.

Jika keadaanya seperti ini, Rangga tak bisa memaksa. Akan ada perkelahian dalam rumah tangga nantinya. Ketika Rangga menghela napas, ia melihat ke luar jendela. Sebuah ide lalu terlintas di kepalanya. Ia berdiri dengan sigap, masih memegang satu lengan Brian.

"Ayo ikut!" Rangga berkata.

Brian melirik, sedikit guratan kebingungan terlihat di wajahnya.

Rangga tak akan menunggu respon Brian. Rangga langsung menariknya berdiri, membuat Brian terkejut dan marah.

"Lepasin! Gue gak mau kemana-mana!" Brian berteriak kesal. Tangganya memukul lengan Rangga, sedangkan kakinya menendang-nendang. Itu hanya beberapa detik saat tubuh Brian diangkat dan dibawa seperti karung beras di pundak Rangga. Kedua kaki Brian yang dirapatkan dan ditahan membuat Brian hanya bisa memukul-mukul punggung lebar Rangga.

Jangan-jangan dia mau ngelakuin 'itu' lagi! Brian berspekulasi dalam hati.

"Bangsat! Lepasin gue!"

Rangga tak merespon. Ia menggapai remot, mematikan layar TV dan berjalan menuju pintu. Sebuah jaket hitam sudah tergantung di pundak sebelahnya. Ia berjalan dengan tegar menuju pintu keluar.

Ketika Rangga membuka kunci pintu apartemennya, Brian seketika sadar dan melotot.

"ET TUNGGU WOI! GUE CUMAN PAKE KOLOR!

.

.

Jembatan tol yang membentang di atas permukaan air dan menyatukan dua daratan itu adalah tempat yang paling bagus untuk melihat sunset. Beberapa perahu dan kapal yang bergerak, terlihat lambat di atas ombak yang menari dengan angin. Di ujung sana, cahaya jingga dari matahari telah bersatu dengan permukaan air, membuat pantulan-pantulan cahaya keemasan yang indah dan menenangkan.

TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang