Warning : Di bawah ada adegan R-18. Tapi maaf kalau adegannya kurang sreg /akutuh masih harus banyak belajar nulis adegan R-18, hhh(astaga, gue ga inget dosa gue udah menggunung --').
.
Ketika Rangga memberikan latihan soal untuk Brian, Rangga juga tak lupa untuk memberikan peraturan agar Brian lebih termotivasi. Peraturan itu sungguh sederhana, dikemukakan oleh Rangga dengan begitu jelas.
Jumlah soal salah = jumlah ronde yang harus mereka mainkan, tentunya Rangga yang di atas.
Brian ingin sekali menendang Rangga dari atas tebing ketika mendengarnya. Ini jelas-jelas perampokan!
"Lo kira gue idiot, mau nerima peraturan gila kayak gitu?!" Brian membentak, matanya melotot tak terima. Setelah beberapa hari ini ia baru menyadari kalau hidupnya makin sengsara saja. Sayangnya entah kenapa ia tak bisa lari. Entah mau sekesal ataupun semarah apapun dia, dia akan tetap kembali ke Rangga. Brian sepertinya sudah diguna-guna!
Rangga terdiam, ia berpikir untuk beberapa saat. "Dua soal salah sama dengan satu ronde?" tawarnya.
"Tetep ga mau! Ga sudi!" Brian tetap pada pendiriannya. Ia bersumpah, kali ini ia akan menolak untuk dibodohi.
"Terus mau lo apa?" mulai kehabisan kesabaran, nada suara Rangga mulai dingin. Rangga sebenarnya hanya ingin berhubungan intim lagi dengan Brian. Tapi karena kekeraskepalaan Brian, keinginan Rangga makin sulit dicapai. Benar-benar, hanya dengan melihat bibir Brian yang bergerak-gerak ketika marah membuat Rangga ingin melumat bibir itu sampai bengkak dan merah.
Brian menatap Rangga dengan remeh. "Mau gue?" ia mendengus lalu menyeringai nakal. "Gue yang di atas," nadanya menggoda dan sensual.
"...."
Brian mendapatkan reaksi mematikan dari Rangga. Aura di belakang Rangga hitam pekat, matanya menatap seperti pisau yang siap membunuh. Jika dia adalah orang lain, mungkin sekarang dia sudah terkencing-kencing. Sayangnya Brian sudah kebal. Tiap hari hidup di bawah hidung Rangga membuat kulitnya makin tebal dan kuat seperti cangkang kura-kura.
Brian sama sekali tak takut karena ia tau Rangga hanya sedang merasa dipermalukan. Melihat raut Rangga, bukannya takut, otak Brian malah makin gila. Brian mengangkat tangannya, mengelus-elus paha Rangga dengan kuat. Wajahnya makin nakal. "Kenapa? Takut?"
Rangga masih tak mengeluarkan satu pun kalimat balasan.
"Gue memang ga pernah ngelakuin itu sama laki-laki, tapi gue ini cukup berpengalaman, kok." Elusan Brian kini sudah mencapai junior Rangga. Brian mengelus-elus benda besar di antara selangkangan Ranggga itu. Saat dia ingin memasukkan tangannya ke dalam celana Rangga, tangannya ditahan.
"Oke, gue setuju." Rangga berkata datar, wajahnya tak menampakkan raut yang dapat Brian artikan.
Sebenarnya ini adalah berita yang membahagian. Brian seharusnya senang, namun karena ia tak pernah menyangka kalau rangga akan benar-benar setuju, ia pun melongo seperti orang bodoh. "He?" ia menatap dengan kedua mata yang melotot tak percaya. Ujung bibirnya sedikit terangkat antara senang dan terkejut. Ia menarik tangannya dan duduk dengan tegak. "Serius?"
Rangga mendengus malas. Wajah Brian sekarang berseri-seri, membuat tampang premannya terlihat seperti kucing jalan yang mendapat ikan besar. Seketika itu Brian menerjang Rangga dan memborbardir leher Rangga dengan ciuman. Tangannya masuk ke dalam baju Rangga dan berkeliaran dengan cepat.
Sekarang Rangga tak bisa berkata-kata. Awalnya ia ingin menghentikan Brian karena Brian belum menyelesaikan latihan soalnya. Namun kata-katanya terhenti di ujung lidahnya karena tingkah Brian yang terlalu memalukan. Apakah Brian selalu seperti ini ketika ingin berhubungan seksual? Cara Brian ini benar-benar telah membuat Rangga menghela napas kasihan sambil memijat pelipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]
Teen Fiction[18+] Rangga Argian kini harus berpura-pura menjadi anak alim di sekolah barunya, setelah ia dengan sengaja membuat seseorang kehilangan nyawanya dalam sebuah tawuran antar sekolah. Brian Azriel, preman yang paling ditakuti di sekolah barunya itu ki...