♡♡♡♡
Biasanya sebuah pagi bagi Rangga itu sama saja. Dia pergi pergi sekolah dan mengikuti pelajaran yang membosankan. Untungnya, sekarang teman-teman Brian sudah tak lagi sering-sering mencegatnya seperti dulu. Entahlah, mungkin mereka sibuk dikejar-kejar tugas. Oke, lupakan soal itu.
Berbicara soal pagi, mungkin Rangga tak akan pernah berfikir kalau pagi ini mungkin akan membuat hidupnya jungkir-balik. Ingat soal cewek yang dibicarakan Iyok kemarin? Rangga sebenarnya tak perduli. Lihat saja dia! Dia hanya mengacuhkan teman-temannya yang begitu kepo, sementara ia hanya sibuk memandangi awan.
Oke. Rangga benar-benar tak peduli dengan kelasnya pagi ini. Apalagi, jam pelajaran pertamanya hari ini adalah Pkn. Rangga tak terlalu suka berlajar Pkn. Ia lebih suka menghajar seseorang di lapangan, daripada belajar tentang kemanusiaan. Rangga itu bukan manusia. Ia hanya iblis yang terperangkap dalam tubuh manusia!
"Yah! Dia lewat!"
Suara Iyok terdengar putus asa. Rangga tak perlu menoleh untuk melihat wajah terpuruk Iyok. Ia sudah bisa membayangkan wajah Iyok di tengah-tengah gumpalan awan yang mirip seperti gulali putih.
Berguncang. Tiba-tiba tubuh Rangga terguncang. Seseorang telah menahan pundaknya, dan merengek seperti anak kecil.
"Rangga! Dia lewatin kelas kita! Dia enggak sekelas sama kita!" Iyok benar-benar merengek. Matanya memancarkan kilauan, pertanda sedang terharu-bukan! Iyok sedang sedih.
Rangga terpaksa menoleh. Ia terpaksa harus merespon, jika tak ingin pundaknya lepas dari tempat dimana ia seharusnya berada. Rangga menatap Iyok. Hanya menatap. Iyok pun terdiam.
"Rangga..." Iyok memanggil pelan, masih dengan mata berkaca-kaca. "Cewek itu manis banget. Cantik. Tapi dia gak sekelas sama kita..."
Rangga harus akui. Iyok memang terlalu berlebihan. Seenggaknya, kalau jomblo ya jangan kelihatan ngenes lah!
"Cewek cantik banyak, bukan cuman dia." Rangga berkata singkat, tanpa ada rasa tertarik.
"Kenapa lo dingin banget, sih?!" Iyok menyeletuk. Ia tak terlalu terima dengan sikap Rangga yang dingin begitu. Iyok melepas pegangannya di pundak Rangga, lalu bersandar di kursinya.
"Itu cewek namanya siapa, ya?" Kini Iyok berdialog dengan dirinya sendiri. Rangga memutar matanya, bosan. Setidaknya Iyok sekarang sudah tak lagi menganggunya.
"Gue tau!" Arfa berkata.
"Siapa?" Iyok bertanya, bersemangat.
Arfa mengerutkan alisnya, berusaha mengingat ingat. "Nessa? Venessa? Vaa... Vanessa? Vanis?"
Deg!
Sebuah perasaan aneh yang secara refleks datang, membuat suhu di sekitar tulang belakang Rangga meningkat. Rangga menoleh dengan perasaan yang ia juga tak mengerti.
Arfa masih berusaha mengingat. Lalu ia menetapkan, "Venessa! Ya, Venessa!"
Tidak! Itu bukan Venessa yang Rangga pikirkan. Pasti. Heh, lagipula Venessa kan masih koma. Tak mungkin juga dia tiba-tiba muncul, terlebih lagi di sekolah ini, kan? Lagi pula nama Venessa kan banyak.
Rangga menarik pandangannya, kembali biasa-biasa saja.
"Namanya Venessa Tanwijaya," seseorang berkata.
Arfa menunjuk orang itu. "Aha! Itu dia!"
Shit! Kenapa namanya sama?!
Rangga tak bisa menunggu lagi. Ia harus menemui cewek yang tengah menjadi bahan pembicaraan saat ini. Saat guru Pkn-nya yang terkenal lumayan galak masuk, Rangga tanpa ragu meminta izin ke WC. Ya, Rangga minta izin. Dan ingatkan dia untuk kembali ke kelas lagi sebelum pelajaran berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]
Teen Fiction[18+] Rangga Argian kini harus berpura-pura menjadi anak alim di sekolah barunya, setelah ia dengan sengaja membuat seseorang kehilangan nyawanya dalam sebuah tawuran antar sekolah. Brian Azriel, preman yang paling ditakuti di sekolah barunya itu ki...