Si Pengacau

38.6K 3.3K 550
                                    

Orang ini...

GIO!!

Ketika sadar akan hal itu, Iyok sekarang tak bisa bergerak. Apalagi sekarang orang itu sedang menatapnya dengan tatapan tajam yang menusuk.

Iyok kehabisan langkah.

Ini gawat, ini gawat, ini gawat!!!!

Iyok sudah ketahuan. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Lari?

"Lo yang udah nampar gue tadi siang kan?" suara orang itu yang Iyok ingat bernama Gio, berdiri dari tempat duduknya. Suaranya terasa seakan sedang memendam dendam yang mendalam.

"Ah, hehehe.. hai?" Iyok nyengir lemah. Iyok ingin kencing celana sekarang. Akan gawat kalau ia nekat melanjutkan misi membeli gado-gado mas Suparmin. Jadi Iyok akan berjalan berbalik. Ia sudah ketakutan sekarang. Berhadapan dengan seseorang yang sering berkelahi itu adalah sebuah masalah besar baginya.

Iyok melangkah takut-takut ke arah pulang. Namun suara langkah kaki di belakangnya membuatnya tak bisa berfikir rasional. Ia pun berlari. Namun baru dua langkah ia tapaki, tiba-tiba..

Bruk

Iyok terjatuh, kakinya baru saja tersandung batu. Iyok terjatuh ke depan dengan sangat tak elit dan membuat kucing di pelukannya kabur. Iyok meringis kesakitan.

Tamat sudah! Gio akan mendapatkannya. Iyok sudah tertimpa kesialan yang beruntun. Apalagi selanjutnya?!

Ah, ada sesuatu yang kecil yang meluncur cepat di jalan, mengarah ke arahnya. Iyok meneliti sesaat, lalu ia kemudian melotot horor.

"KECOA!!"

Iyok tak lagi merasakan sakit habis terjatuh. Seperti ada energi mendadak, ia langsung bangun, menjerit ketakutan karena kecoa itu seperti sedang mengejarnya, lalu dengan segera mencari tempat perlindungan. Iyok tak perduli lagi. Yang ia pikirkan hanya harus berlindung, walaupun itu adalah tepat di punggung seseorang yang ia takuti.

"Hiii! D-dia mendekat!! Dia mendekaaat!" tak melepaskan pandangan ngerinya pada kecoa, Iyok terus menjerit sambil menarik-narik pundak Gio.

Sekarang Iyok lebih takut dengan kecoa daripada si cowok preman yang mungkin sedang ingin mengeluarkan semua isi kepala Iyok. Iyok sudah lupa posisi.

Gio hanya diam dengan segala kegaduhan seorang cowok pendek yang dengan seenak udelnya menggunakan punggungnya untuk bersembunyi. Gio menatap kecoa yang berjalan mendekatinya dengan kaki-kakinya yang banyak. Ketika kecoa itu berada di bawahnya, ia langsung menginjaknya tanpa ada perasaan kasihan. Menginjaknya bagai seorang psyco.

Sesaat setelah Gio membunuh kecoa itu, Iyok akhirnya bisa bernapas lega.

"Fiyuhh, makasihh, hehehe!" Iyok senyum lebar, keringetan parno. Lalu ia sadar akan sesuatu. Ia sedang berlindung di belakang seseorang yang menakutkan. Ia sekarang bahkan tak bisa bernapas! ketika ia akan pergi, kerah bajunya ditarik.

"Mau kemana lo?"

Suara itu membuat Iyok menegang.

Aishh.. Iyok panas-dingin seketika. Coba dicek, apakah ginjal Iyok masih ada di tempatnya atau tidak.

Iyok menatap Gio sambil nyengir takut. Kerah bajunya ditahan dengan kuat. Leher Iyok bahkan terasa seperti tercekik.

"Dimana Rangga?" tanya Gio, menatap tepat pada kedua bola mata Iyok.

Mendengar nada bertanya Gio, dalam hati Iyok berteriak, itu bukan pertanyaan! Itu mah penindasan jiwa raga!

"Rangga?" Iyok bertanya, berpura-pura idiot dalam usahanya mengulur waktu. "Oh, Rangga..." Iyok tersenyum lebar sambil berpikir dalam hati. Haruskah ia mengatakan tempat Rangga pada orang ini? Tidak. Tidak mungkin! Rangga adalah temannya. Rangga juga sudah pernah mentraktirnya makan!

TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang