Si Raja

37.7K 3.3K 232
                                    

Brian duduk sendirian, sesekali bermain dengan asap rokok yang sedang ia sesap. Brian sudah merokok berkat pergaulannya dengan teman-temannya yang sering bermasalah di sekolah. Tapi dia tidak sering merokok. Hanya merokok kalau ada rokok di tangan.



Ketika rokok tinggal seperempat panjang, Brian membuangnya dan menginjaknya. Mengeluarkan asap terakhir, ia lalu menatap jauh. Tadi ia sudah menolak ajakan teman-temannya untuk bermain ke luar dan malah duduk di sini sendirian seperti seorang jomblo.



Ah! Dia memang jomblo sih. Hahaha, ia menertawai dirinya sendiri.



Tersenyum miring, Brian menautkan alisnya sembari memiringkan kepalanya. Jomblo? Benarkah? Sebenarnya ia sendiri tak mengerti. Oke, ini tentang Rangga. Setelah kata "menakutkan", kata "gak jelas" juga akan digunakan Brian untuk mendeskripsikan manusia bernama Rangga Argian itu.



Setelah malam dimana Brian mengatakan kalau ia mungkin menyukai Rangga, Rangga jadi makin bertingkah mengerikan. Ia akan selalu mencuri ciuman dan menggerayai tubuhnya seperti yang biasanya dilakukan oleh sepasangan pacar-yang diracuni nafsu tentunya. Ini yang tidak dimengerti oleh otak dangkal Brian, si preman kecil kita. Hubungan Rangga dan Brian masih tida jelas. Apalagi Rangga dan ceweknya itu masih berstatus pacaran.



Apakah Rangga hanya ingin mempermainkannya?



Ketika memikirkan pertanyaan itu, organ dalam Brian tiba-tiba terbakar. Heh! Coba Saja!, Brian berteriak marah dalam hati, sebelum sebuah bayangan manusia lewat di depannya dan duduk di sampingnya.



Brian cukup tau untuk mengenali orang itu dari cara ia yang tiba-tiba saja merangkul pundaknya tanpa permisi.



Brian mendecih kasar, mendorong lengan panjang yang dengan PD-nya bertengger manis di pundaknya. Dikira ini pundak umum, apa?!



Brian menoleh, menatap tajam. "Ngapain lo di sini?"



Rangga menatap dengan seringainya yang biasa. "Buat ketemu sama lo?"



Brian menautkan alisnya, menganggap perkataan Rangga itu "Bullshit"-tapi ia tak bisa juga menolak sedikit rasa senangnya. Brian menghembuskan napas kasar, lalu menoleh ke arah lain.



Mereka berdua terdiam untuk beberapa detik. Ketika Rangga menyandarkan punggungnya, Rangga pun berkata. "Gue tadi cuman lagi jalan-jalan sore. Pergi ke toko sepatu, tapi gak ada yang bagus." Rangga hanya mencoba membuat topic. "Pas mau pulang, gue liat lo sendirian di sini," lanjutnya.



Brian tak merespon, seperti tak mendengar apapun yang telah Rangga ucapkan. Rangga mendengus geli. Anak itu, benar-benar!.



Mereka berdua terdiam sekali lagi.



Sore ini, di depan sebuah toko yang tidak terlalu terkenal, hanya sedikit orang yang berlalu lalang. Rangga terus menatap Brian yang hanya memperbolehkannya menghadap bagian belakang kepalanya. Tangannya sudah gatal dari tadi. Ketika ia sudah tak tahan, ia pun mengulurkan tangannya menuju tengkuk Brian yang terlihat menawan ketika terpapar sinar oranye matahari. Rangga bisa merasakan Brian yang sempat menegang, namun setelah itu biasa-biasa saja. Yang terpenting adlah anak itu tak menolak.



Rangga menggerak-gerakkan ibu jarinya untuk mengusap leher Brian, merasakan kehangatannya, lalu mulai naik ke atas, membiarkan jari-jarinya menelusuri setiap celah antara helaian-helaian rambut merah Brian. Ah, Rangga menyukai ini.



Plakk!



Brian menepis tangan Rangga tiba-tiba, lalu menatapnya kesal. "Apaan sih?! Gue gak punya kutu, gak usah repot-repot!"



"Lo pegang HP gak?" Rangga bertanya, tak memperdulikan perkataan Brian.



Brian memberikan raut kesalnya karena merasa dihiraukan. Tak membuka mulut untuk sesaat, ia lalu menjawab, "Gak!"

TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang