Si Pintar [Bonus Chapter 1]

41.7K 2.7K 389
                                    


.

.

Rangga itu tak tanggung-tanggung.

Di sekolah lamanya dia adalah seorang anak yang kenakalanannya sudah melewati batas toleransi. Dia ini anak yang tak pernah ingin menaati aturan, begitu nakal dan seorang pemberontak sejati. Dia ditakuti karena sifat dinginnya. Dia seperti iblis dari kutub utara yang selalu membawa angin dingin di belakangnya. Tak ada yang berani padanya.

Kali ini dunia seperti terbalik. Dalam satu kedipan, iblis itu telah berubah menjadi permata sekolah. Tentunya di sekolah yang baru. Keluar dari dunia gelapnya, Rangga kini menjadi seorang siswa yang berprestasi. Ternyata selama ini ia hanya memendam kepintarannya. Rangga itu jenius! Dia bahkan sudah beberapa kali menjuarai lomba untuk kelas 12. Namanya sudah melambung tinggi, penggemarnya semakin banyak.

Kepala sekolah sudah mendengar nama Rangga Argian banyak kali, namun tak pernah melihat wajahnya karena selalu sibuk. Kepala sekolah sangat ingin bertemu dengan Rangga untuk memberikan sedikit ucapan-ucapan penghargaan. Melihat piala-piala yang semakin banyak berkat Rangga, kepala sekolah jadi makin ingin melupakan anaknya sendiri.

Hari ini kepala sekolah ada di ruangannya. Dia sedang tak ada kerjaan, jadi dia secara pribadi memanggil Rangga Argian ke kantornya. Saat pintu terbuka, ia memasang senyum cerah. Setelah melihat wajah Rangga, senyum cerahnya lalu menjadi beberapa guratan kebingungan.

"Selamat pagi, Pak." Suara berat yang menawan mengisi ruangan sunyi itu. Rangga benar-benar sempurna.

"Loh? Kamu?" Kepala sekolah menatap Rangga sampai Rangga datang ke depan mejanya dan berdri di sana. Kepala sekolah kenal anak ini. Anak ini pernah datang ke rumahnya untuk menemui anaknya.

Rangga tersenyum simpul. "Bapak manggil saya?"

Berbatuk satu kali untuk menyesuaikan suaranya, kepala sekolah itu kemudian berdiri dan berjalan memutari meja untuk menggapai Rangga. "Tidak ada apa-apa. Saya hanya memanggilmu karena saya penasaran. Baru-baru ini kamu menang olimpiade matematika di Jakarta, ya? Selamat ya. Maaf juga Bapak tak bisa melihatmu karena sedang keluar kota."

Rangga tersenyum sopan. "Tidak apa-apa, Pak. Terima kasih."

Kepala sekolah menepuk pundak Rangga. Karena Rangga jauh lebih tinggi darinya, ia harus sedikit mendongak untuk berbicara dengan anak itu. "Kamu adalah murid yang sangat pintar. Pertahankan itu, ya, Rangga."

"Baik, Pak." Rangga mulai bosan. Ia ingin cepat-cepat keluar dari ruangan yang kaku ini. Ia tak betah dengan pembicaraan seperti ini, sama sekali tidak.

"Rangga, sebelum kamu pergi, Bapak ingin bertanya satu hal." Kepala sekolah menatap Rangga dengan pandangan serius. "Kau yang waktu itu pernah datang ke rumah mencari Brian, kan?"

Rangga mencari ingat sebentar, lalu ia mengangguk. Ia menemukan wajah yang diliputi kesenangan dari kepala sekolah setelahnya. Rangga sedikit bingung.

"Ah, jadi kalian berteman!"

Sebenarnya lebih buruk dari berteman. Kami pacaran!

Kepala sekolah menyapu-nyapu lengan Rangga, lalu menggenggamnya erat. "Sangat jarang Brian memiliki teman yang waras seperti kamu. Brian itu bandel dan bodoh."

Ya, lebih bodoh dari keledai.

"Rangga, bisa tidak Bapak minta tolong sedikit," kepala sekolah tersenyum penuh arti. "Bapak sudah ada di ambang putus asa dengan Brian. Brian sudah kelas 12, tapi sama sekali tak ada kemajuan. Nilai-nilainya buruk semua. Saya sebagai ayahnya sangat malu. Rangga, kamu sangat pintar. Bisa tidak kamu mengajari anak itu? Saya benar-benar tak tau lagi harus bagaimana. Dia tidak mau ikut les privat dan selalu lari jika mau diajari. Mungkin kamu bisa membantunya."

TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang