Si Abu-abu

36.9K 3.4K 429
                                    

Silahkan menikmati... dibawah ada sedikit adegan vanas :'v

Normalnya, Iyok akan selalu sibuk menganggu Rangga. Ia akan mengatakan hal-hal yang sepele dengan menggebu-gebu. Mengobrol hal yang tidak penting dan juga mengusik Rangga dengan tingkah rusuhnya. Itu seperti sudah menjadi rutinitas. Kebiasaan yang sudah mendarah daging.

Yah, untuk kali ini suasanya agak berbeda. Iyok masih tetap mengambil tempat di samping Rangga, tak ada niat untuk berpindah ke tempat duduk lain. Namun Iyok duduknya mengalahkan robot. Nyaris tak bergerak!

Setelah mendapatkan senyum yang tak terduga dari Rangga tadi, Iyok jadi begitu kikuk. Ia sekarang hanya diam dengan kedua lengan yang diapit oleh kedua pahanya. Ia tak tau bagaimana harus menjadi biasa-biasa saja.

Ah! Iyok juga harus berbicara dengan Rangga tentang sesuatu. Itu adalah point utamanya.

"Rang-"

"Yok, kita ke luar sebentar. Gue mau ngomong sesuatu."

Rangga berdiri dari kursinya lalu berjalan tanpa menoleh. Perasaan yang tak enak menghujam setiap sudut dalam dada Iyok. Ia ketakutan. Apa yang ingin dibicarakan Rangga? Apakah Rangga akan membawanya ke tempat sepi lalu membunuhnya? Ya! Itu adalah apa yang akan dilakukan orang-orang di film jika ingin menghapus jejak.

Oh, tidak! Riwayat Iyok sudah tamat! Iyok akan mati!

Iyok akan mati!

"Eh, buruan!" Rangga menyeru ketika mengetahui Iyok masih setia di tempatnya.

Iyok tersenyum pucat. Ia belum terbiasa dekat dengan orang-orang yang sudah berbuat kriminal. Biasanya ia akan menghindarinya, jangan sampai ada kontak mata! Tapi situasi yang Iyok hadapi sekarang berbeda. Ia yang sudah menarik dirinya terlebih dahulu untuk dekat dengan Rangga. Iyok memang bodoh, sih.

Iyok pun mau-tak mau mengikuti Rangga dari belakang. Oh, sial! Iyok lupa memberi wasiat pada Arfa untuk menghapus semua vidio anu di laptopnya! Mati sudah!

Rangga berdehem. Mereka berhenti. Ketika Iyok menatap sekeliling, ia merasakan kakinya yang tiba-tiba menjadi jelly. Sepi banget, anjir!!!, Iyok berteriak dalam hati.

Tamat sudah riwayat Iyok. Ia akan dibunuh! Tidak, Iyok belum mau mati seperti ini. Dia masih belum merasakan kenikmatan tidur dengan perempuan!

Iyok menutup matanya erat. Pundaknya naik, dengan kedua telapak tangan yang menutup jari-jarinya dengan kuat. Iyok menarik napas, "Hueee!! Rangga jangan bunuh gue, gue gak bakal bilang ke siapa pun kok! Gue janji. Gue gak pernah ada niatan mau laporin ke polisi atau ke kepsek, atau nyebarin ke temen-temen! Lo harus percaya!"

Iyok sudah mewek. Gambaran tentang pembunuhan tragis sudah menari-nari dalam kepalanya. Lehernya yang tercekik. Bola mata yang nyaris keluar karena menahan sakit. Lengan yang dipatahkan. Itu semua sudah membuat Iyok gemetaran.

"Lu ngomong apa sih?"

Iyok membuka mata dan melihat Rangga menatapnya dengan bingung. Iyok meraba lehernya sendiri, untuk memastikan apakah dia sudah tercekik atau belum.

Are? Gue belum mati! Iyok melotot takjub.

"Lu ngapain raba-raba leher? Gue bukan vampir, Yok."

"Ah, hehehe.." Iyok cengengesan.

Rangga kemudian menatap Iyok sebentar, membuat Iyok canggung. "Gini.." Rangga memulai dengan intro. "Ada satu alasan kenapa gue pindah ke sekolah ini." Rangga berucap.

Iyok mulai tenang dan mendengarkan Rangga.

Sebelum Rangga melanjutkan, Rangga mengambil tempat duduknya di lantai dan bersandar di dinding. Iyok melakukan hal yang sama, duduk di samping Rangga.

TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang