♡♡♡♡
Meregangkan otot-ototnya, Brian akhirnya bisa merasakan tubuhnya lagi. Dia tidak terbiasa duduk berlama-lama, apalagi selama dua jam nonstop di kursi bioskop. Tempat duduknya memang empuk, tapi tetap saja pantatnya keram.
"Gue ngantuk..." Brian berbisik sambil mengucek-ngucek matanya yang sudah terasa berat. Begitu keluar bioskop, apa yang ia dapatkan hanyalah rasa kantuk. Ini sangat berbeda dengan pemuda yang namanya Iyok.
"Uwoo! Yang tadi itu bagus banget, astaga!"
Iyok begitu riang, suaranya seperti mau menyaingi ributnya suara kendaraan yang lewat. Ia tak bisa berhenti berkomentar soal film yang mereka tonton tadi, ditambah dengan gerakan-gerakan tangan yang semangat. "Gio! Lo liat, kan? Adegan bertarungnya tadi keren banget!"
Gio hanya bisa mendengus tersenyum. Ia seperti baru saja membawa anak TK pergi bermain di taman bermain. "Ah, ya, film tadi lumayan bagus, kok," ia menepuk-nepuk pelan kepala Iyok, memasang wajah setuju agar Iyok bahagia.
"Uwoo! Tuh, kan! Beneran bagus!"
"BERISIK!" Brian berteriak kesal. Telinganya sudah lelah mendengar celotehan anak itu. Ia hanya ingin cepat-cepat pulang dan tidur dengan nyenyak. Tanpa banyak pikir lagi, ia langsung menarik tangan si lelaki tingggi di sampingnya dan pergi.
Iyok tertatap beberapa detik. "Ah," Iyok tersadar tiba-tiba. "Dadah! Hati-hati di jalan!" Iyok memberi salam perpisahan kepada pasangan Rangga dan Brian-walaupun tak diacuhkan.
Tatapan tak sedap dilayangkan Gio. "Yok, lo temenan sama mereka berdua?"
Iyok menatap dengan wajah tersenyum tak mengerti. "Err... yup?"
"Sama orang-orang sombong kayak mereka?" Gio mulai memasang raut tak percaya.
Menaikkan sebelah alisnya, Iyok tak tau harus menjawab apa.
Mengusap dagunya, Iyok lalu memikirkan sesuatu. "Sebenarnya gue cuman temenan sama Rangga doang, sih. Gue ga tau kenapa sekarang ada kak Brian. Awalnya, Rangga sama kak Brian malah saling musuhan gitu. Kak Brian suka nge-bully Rangga.""Rangga... di-bully?" Gio agak susah mempercayai perkataan Iyok. Ia hanya tak menyangka kalau seorang Rangga ternyata bisa di-bully juga. Gio jadi ingin melihat bagaimana Rangga di-bully jadinya.
"Ah!" Seperti ada ingatan lama yang kembali lagi, raut Iyok langsung berubah seperti anak-anak SD yang sedang bergosip dengan teman-temannya. Iyok lalu menarik Gio, mendekatkan wajah mereka berdua. Bola matanya bergerak ke kanan dan kiri seraya membisikkan sesuatu dengan begitu serius.
Dalam beberapa detik, Gio menegakkan tulang belakangnya dengan alis yang melengkung terkejut. "Mereka berdua?!" Iyok mengangguk.
"Ciuman?!"
Iyok mengangguk lagi.
"..."
"Arghh! Jangan keras-keras ngomongnya!" Iyok panik ketika menyadari kalau beberapa orang telah melirik ke arah mereka. Cepat-cepat ia membawa Gio ke tempat yang agak sepi.
"Gue liat mereka berdua ciuman di bawah tangga...eh? Di sebelah kelas? Aish, pokoknya mereka ciumanlah," jelas Iyok. Iya terus menatap Gio, berharap raut penasaran yang sama. "Gitu..."
Alisnya menukik. Perasaan tidak enak sejak Gio melihat kedekatan Rangga dan Brian di dalam bioskop tadi sekarang menjadi lebih jelas. Tak salah lagi, dua orang sombong itu pacaran! Gio sekarang yakin akan hal itu.
"Gio?"
Gio menoleh, mendapati Iyok yang sedari tadi terus menatapnya dengan mata besarnya. "Kenapa?"
"Kenapa Rangga sama Brian begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]
Teen Fiction[18+] Rangga Argian kini harus berpura-pura menjadi anak alim di sekolah barunya, setelah ia dengan sengaja membuat seseorang kehilangan nyawanya dalam sebuah tawuran antar sekolah. Brian Azriel, preman yang paling ditakuti di sekolah barunya itu ki...