♡♡♡♡♡♡
Ada beberapa sifat yang pada dasarnya tak pernah ada pada Rangga. Pernah melihat Rangga usil pada orang lain? Pernah melihat Rangga tertawa dengan orang lain? Maksudnya... pernahkah dia melakukannya dengan alami? Mari kita mengatakan "Mustahil!".
Oh? Benarkah? Mustahil?
Mustahil, tapi sepertinya tidak untuk kali ini. Jiwa asing Rangga sekarang sepertinya sedang mengambil alih. Ketika Rangga memaksa Brian untuk mengganti pakaiannya di depannya, Rangga tak pernah ingin menurunkan seringaiannya yang menurut Brian itu menjengkelkan. Pemuda yang memiliki wajah seperti model itu memperhatikan bagaimana cara Brian mengganti bajunya, sambil melihat bagaimana Brian mulai memaki-maki sendiri dan malu.
Brian yang awalnya telanjang, sekarang tinggal memakai celana dalam dan celana.
Rangga menaikkan satu alisnya, menemukan hal yang sedikit lucu. "Lo pake celana dalam kebelakangan?"
"Kenapa?! Masalah?!" Brian merengut marah. Dia sedang begitu malu sekaligus kesal. Bagaimana mungkin Rangga membuat tubuhnya yang begitu ekslusif--menurutnya--seperti bahan tontonan. Apalagi dia tidak dibayar sama sekali!
Saat Brian mau menarik celana dalam ke atas pahanya, posisinya membelakangi Rangga. Itu sifat alami seorang laki-laki ketika merasa 'barang privasinya' sedang terancam. Brian hanya tidak ingin Rangga melihat 'itu'nya dengan gratis.
Cekrek!
Waktu itu, Brian masih menyisakan daerah bokongnya untuk ditutupi celana dalam, sebelum suara bidikan kamera terdengar jelas. Panik, Brian buru-buru menoleh.
"Rangga, ya!" Brian menjerit. Menarik celana dalamnya dalam sekali sentak, ia langsung menerjang Rangga yang sedang tiduran di sofa panjang seperti raja. Tangannya menjulur, maksud ingin merebut handphone si Iblis.
"Eits!" Rangga menjauhkan handphone-nya sambil menahan Brian. Ia tak bisa menahan tawanya ketika melihat raut wajah anak itu. Apalagi sekarang kedua kaki Brian yang telanjang sedang mencoba naik ke sofa. Rangga langsung menahan kedua kaki itu dengan kakinya. Melilit, lalu mengunci gerakan.
"Enghh! Fuck! Hapus foto gue, Kampret!" Brian memberontak namun tetap tak berdaya. Rangga sudah mengunci kedua kakinya dengan kuat. Ia hanya bisa menggunkan kedua tangannya sekarang.
Rangga menghadapkan layar handphone ke arah pandang Brian. "Hapus foto bokong seksi ini? Enggak ah!" Rangga menggoda, lalu ia bisa melihat kulit wajah Brian yang tambah memerah. Tambah malu. Tambah kesal juga.
Brian makin meraung tak terima. Ia menggapai-ngapai barang persegi panjang pipih itu, namun seperti sangat sulit karena tangan Rangga yang panjang.
Semenit kemudian, Brian menyerah. Ia menahan tubuhnya dengan kedua telapak tangan yang berada di sisi kanan dan kiri tubuh Rangga. Ia berada di atas Rangga. Menatap datar tepat di kedua iris kelam Rangga. Ia sudah lelah dengan semua kelakuan Rangga. Bokong dan pahanya juga sudah lelah menahan dingin AC.
"Hapus foto itu." pinta Brian, mutlak.
"Gak mau." ucap Rangga. Matanya tak henti menelusuri tiap inci yang membentuk paras Brian. Ah! Sudahkah Rangga mengatakan kalau dalam posisi ini Brian jadi makin terlihat menggoda?
"Kalo gitu gue bakal pake cara kasar."
"Hmm? Menurut lo bakal berhasil?" Rangga bertanya, rautnya ragu.
"Gue bakal ilangin puting lo yang sebelah."
"Kalo gitu gue bakal potong 'itu' lo terus gue jadiin pajangan di ruang TV." ucap Rangga, tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]
Teen Fiction[18+] Rangga Argian kini harus berpura-pura menjadi anak alim di sekolah barunya, setelah ia dengan sengaja membuat seseorang kehilangan nyawanya dalam sebuah tawuran antar sekolah. Brian Azriel, preman yang paling ditakuti di sekolah barunya itu ki...