Si Baka

41.2K 3.3K 646
                                    



"Venessa, tunggu!"

Rangga menangkap pergelangan tangan Venessa, memaksanya untuk berhenti.

"Ness.." suara Rangga merendah, memohon. Lorong di sepanjang koridor apartemen kali ini sunyi, membuat suaranya sedikit menggema.

Venessa hanya diam, membelakangi Rangga. Ia masih syok. Syok atas adegan ciuman Rangga dengan cowok yang tak terlalu Venessa kenal, yang Venessa lihat dengan mata kepalanya sendiri.

Rangga menarik napas frustasi. Ia kemudian menarik pundak Venessa, membuat Venessa menghadap padanya. Mereka pun berhadapan. Namun Venessa tak menatap Rangga.

Rangga sekarang bingung. Ia tak tau harus menjelaskan semua ini kepada Venessa.

"Rangga..." suara kecil Venessa mengucap nama. "Lo bukan gay kan?"

Iris coklat kehitaman mulai bergerak kaku, kebingungan untuk mencari jawaban yang dilontarkan cewek di depannya. Apakah ia gay? Mungkin... entahlah. Tapi sepertinya ia menyukai Brian. Jadi?

Rangga menelan ludah. "Gue gak tau, Ness.." suaranya pelan.

Ketika mendengarnya, Venessa merasa sakit. Raut yang ia terima dari Rangga, sudah menjawab yang sebenarnya. Ketika itu, Venessa terpukul akan kenyataan. Namun ia berusaha untuk tersenyum.

Venessa tak bisa marah. Ia juga tak mau menyalahkan Rangga. Mungkin... Venessa sudah terlalu lama tertidur.

"Apa lo masih cinta sama gue, Ngga?" Venessa bertanya, mengharapkan jawaban yang jujur dari Rangga.

Pertanyaan itu membuat Rangga terdiam untuk sesaat. Rangga lebih bingung untuk menjawab pertanyaan yang satu ini. Ia tak mungkin membuat Venessa kecewa padanya. Masalahnya, sekarang ini ia tak bisa berpikiran jernih. Ini gara-gara si Brian itu. "Ness..."

Rangga memegang pipi Venessa, berusaha membuat Venessa menatapnya.

Rangga baru saja ingin membuka mulut, ketika tiba-tiba satu pertanyaan lagi meluncur dari mulut Venessa.

"Kita putus aja ya?"

Rangga mengerutkan alisnya, tak terima. Tak terima, melihat senyum paksa Venessa ketika mengatakan kalimat itu. "Tapi, Ness!"

Venessa menjauhkan tangan Rangga dari pipinya. "Tapi kalo lo masih ragu, kita bisa break untuk sementara dulu, kok," Venessa tersenyum, lalu berjalan pergi meninggalkan Rangga yang berdiri mematung.

Yah, tidak buruk juga. Setidaknya Rangga jadi punya waktu untuk memikirkan semua ini.

Ketika ia kembali ke kamarnya, Rangga menemukan Brian yang sudah tertidur pulas di ranjangnya. Brian tertidur dengan posisi menyamping sambil memeluk erat bantal guling, sampai-sampai wajahnya seakan tenggelam ke dalamnya.

Anak itu tidurnya cepat sekali!

Tanpa sadar, Rangga sudah tersenyum. Ia tak tahan melihat polosnya si preman itu tertidur di ranjangnya. Rangga berjalan mendekat, lalu duduk di samping Brian. Meneliti beberapa saat, tangannya kemudian bergerak untuk mengelus surai merah itu.

Ah, begitu lembut. Rangga merasa sedikit tenang sekarang.

Hn. sepertinya ia sudah benar-benar terjebak oleh cowok bodoh yang satu ini.

Rangga membiarkan Brian tertidur sampai langit menjadi gelap. Rangga tidak ingin mengganggu tidur nyenyak Brian, karena ia tau kalau Brian pasti sudah lelah sehabis kejadian tadi siang.

Rangga sudah menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Sup ayam, perkedel kentang, dan beberapa makanan penutup  yang Rangga buat sendiri dengan tangannya. Eits, jangan salah! Rangga bukan cuman jago dalam hal berkelahi, tapi juga jago dalam hal masak-memasak loh!

TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang