Iyok, si cowok yang paling tidak beruntung saat ini--karena secara mendadak perasaannya bahagianya yang seperti sedang berjoget ria berubah menjadi mimpi buruk--menatap Gio seperti sedang menatap hantu. Ya, Gio memang seperti hantu. Iyok meninggalkannya di rumah dan secara tiba ada di luar sini. Seperti Anabelle!
Lagi-lagi, Iyok ketahuan telah menjadi korban film.
"Loh! Gio! Kenapa lo ada di sini?" Iyok menunjuk dengan perasaan khawatir.
Gio menatap Iyok "Nyari Anjing yang gak tau diri." ia berkata datar, namun dari setiap kata-katanya menyimpan begitu banyak dendam. "Dan makasih ya, udah mau bawain Rangga buat gue. Gak sia-sia gue ngikutin lo," Gio tersenyum untuk Iyok.
Iyok melongo. Jadi Gio udah menipunya. Percakapan mereka tadi malam hanyalah kebohongan!
"Jadi lo udah nipu gue!" Iyok menyeru, merasa terhianati. Ia merasa kesal, namun sepertinya Gio tak mendengarkannya. Dalam hitungan detik, suara kepalan tangan yang menabrak rahang terdengar, disusul oleh suara-suara lainnya yang mengundang ngilu bagi Iyok yang tengah menyaksikan.
Darah membanjiri melalui sudut bibir dan pipi yang lebam. Tidak! Itu bukan dari tubuh Rangga, melainkan Gio. Gio yang memulai dan Gio juga yang meringis. Gio terhuyung ke belakang ketika lutut Rangga menendang perutnya.
Iyok gelagapan. Membuka mulutnya, alih-alih ingin mengatakan apapun yang dapat menghentikan dua cowok tinggi di depannya, ia malah tak dapat mengeluarkan suara apapun. Iyok awalnya marah, namun ketika matanya menangkap duka yang tercover dalam tatapan hitam Gio, dalam sekejab Iyok berlari ke arah Gio. Iyok menahan punggung Gio sebelum cowok yang sudah terluka itu jatuh ke tanah.
Tak ada apapun lagi yang tersisa di kepala Gio kecuali rasa sakit. Rasa sakit yang begitu dalam ketika menatap Rangga. Dalam dirinya, ia masih tak sanggup menerima kenyataan pahit tentang kematian kakaknya.
Amarah Gio telah berkuasa. Ia begitu ingin melakukan hal yang sama seperti apa yang telah Rangga lakukan terhadap kakaknya. Buku-buku jarinya memutih ketika ia mengeratkan tinju. Alih-alih ingin membuat Rangga tersungkur, Gio malah menangis. Tangisan yang begitu terdengar menyedihkan, seperti telah memendam luka terlalu lama. Tangisan itu tak dapat ia hentikan, walapun ia sudah berusaha.
Gio tak dapat lagi berkata apapun. Yang dapat ia keluarkan hanyalah suada tangisan yang secara cepat membuat tubuhnya bergetar hebat. Dadanya terasa sakit seperti diremas. Ia tak kuat lagi. Lalu tiba-tiba sebuah tubuh yang lebih kecil muncul di depannha dan memeluknya dengam erat. Tubuh itu seperti sedang memintanya untuk membagi kesedihan.
"Sudah, sudah.." suara yang menenangkan berbisik di telinganya, seketika membuat hatinya yang telah lama membeku kembali menghangat. Gio menatap surai lembut yang menempel erat di pundak kanannya. Lagi-lagi perasaan ini mengebor jauh ke dalam hatinya.
Gio masih mengucurkan air bening dari pelupuk matanya, namun ia tak lagi mengeluarkan isakan dari belah bibirnya.
Iyok memeluk erat tubuh besar Gio. Ia tak sanggup melihat seseorang menangis, sehingga ia membuat gerakan naluriah untuk memeluk Gio.
Begitu tangisan Gio mereda, Iyok memutar kepalanya, sampai ia dapat melihat wajah Rangga dari sudut matanya. "Rangga! Minta maaf ke Gio!" Iyok berkata tegas.
Rangga hanya menatap datar, tak bergeming. Ia tak terbiasa untuk mengucapkan kata-kata manis seperti "maaf" untuk orang-orang seperti Gio.
"Rangga!" Iyok sekali lagi memanggil.
Rangga mendecih malas. Ia sedang tidak selera menonton drama seperti ini. Akhirnya, dengan tidak berperasaan, ia berucap, "Maaf."
Begitu saja. Iyok tentunya marah, namun sebelum ia sempat berkata-kata, Rangga sudah pergi duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]
Teen Fiction[18+] Rangga Argian kini harus berpura-pura menjadi anak alim di sekolah barunya, setelah ia dengan sengaja membuat seseorang kehilangan nyawanya dalam sebuah tawuran antar sekolah. Brian Azriel, preman yang paling ditakuti di sekolah barunya itu ki...