Si Pendek

41.9K 3.5K 415
                                    


Brian meletakkan buku terakhir dalam rak. Berjalan mundur, ia kemudian tersenyum lebar.

"Selesai!"

Brian tertawa bangga, sambil memegang kedua pinggangnya. Rangga yang berada di belakangnya, tiba-tiba memukul pantatnya. "Lelet banget. Gue udah kelar dari tadi."

Brian berbalik, mengangkat tinjunya. "Sentuh bokong gue lagi, mati lo!" bentaknya.

Rangga terkekeh, lalu mencari celah untuk menyentuh dua gunung kembar di belakang Brian lagi. Brian murka seketika, lalu mengarahkan tinjunya ke wajah Rangga. Rangga yang sigap, langsung menangkap tangan Brian sebelum berhasil mengenai wajahnya. Rangga menatap Brian yang sudah memerah karena marah, lalu menyinggungkan seringai. Ia mencengkram erat tangan Brian, dan dengan cepat memutar tubuh yang lebih pendek itu.

Brian memekik kesakitan, begitu ia di dorong sampai tubuhnya tertelungkup di atas meja perpustakaan. Rangga menahannya dari belakang. Ia tak bisa bergerak. Ia sekarang terperangkap oleh tangan kuat milik Rangga.

"Brengsek! Lepasin gue!" Brian berteriak dengan susah payah.

Rangga hanya tersenyum puas. Ia mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Brian. "Lo berani mukul gue, gue bakal balas yang lebih buruk."

Brian terdiam, namun matanya melotot marah.

"Eh?! Ngapain kalian berdua?! Berantem ya?!"

Rangga menoleh ke arah pintu, dan mendapati guru yang menyuruhnya tadi sudah kembali.

Dengan malas, Rangga pun melepaskan tangannya dari Brian, lalu menarik Brian untuk berdiri di sampingnya. Ia kemudian merangkul pundak Brian dengan erat. "Enggak kok pak, kami cuman lagi latihan ketangkasan," ucap Rangga, sementara Brian sibuk mendelik ke arahnya.

Guru itu mengerutkan alisnya, menatap tajam, sambil mencari kebohongan di wajah Rangga. Guru itu tetap menatap untuk beberapa saat, sampai ia menoleh ke arah kardus-kardus yang sudah kosong.

"Buku-bukunya sudah selesai?" tanya guru itu.

"Seperti yang bapak lihat," jawab Rangga, engteng.

Guru itu kemudian mengangguk pelan. "Oke, makasih ya sudah mau bantu bapak. Kalian boleh pergi-eh?" guru itu tiba-tiba mengerutkan alis. "Kalian enggak belajar di kelas?"

"Gurunya lagi sakit, pak," Rangga menjawab.

"Kalo gue bolos," jawab Brian, tanpa ada rasa takut.

Guru itu hanya diam ketika Brian menjawab. Brian memang sudah terkenal dengan kebiasaan bolosnya. Walaupun begitu, tak ada guru di sekolah itu yang mau repot-repot untuk memarahinya. Ingat? Ayahnya Brian yang punya sekolah.

.

.

.

Nora kembali lagi.

Rangga memberikan raut datarnya, ketika Nora, dengan seragam ketatnya itu berjalan ke arahnya. Rangga sedang berdoa kepada Tuhan agar perempuan itu tak bermaksud untuk menemuinya. Rangga benar-benar berdoa dengan sungguh-sungguh dalam hatinya.

"Hai, Rangga!"

Doa Rangga tak terkabul. Sebuah tangan yang tak diinginkan merangkul manja lengannya.

"Rangga, lo punya waktu pas pulang sekolah, gak? Gue mau ngomong sesuatu, ya," kata Nora, dengan nada memohon.

Rangga pusing. Seingatnya, dia sudah pernah menolak Nora. Tapi kenapa Nora masih tidak mau menyerah? Tidak. Rangga bukannya ge-er. Tapi apalagi alasan Nora selain untuk memintanya menjadi selingkuhannya?

TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang