Si Pembuat Masalah

40.2K 3.6K 706
                                    

kalo ada typo, bilang2 ya~

***

Sudah dua hari berlalu...

Tak pernah ia melihat batang hidungnya Brian dimana pun.

Sudah dua hari berlalu...

Ia merasakan rasa yang begitu tak nyaman dalam dirinya.

Seperti ada beban tak kasat mata yang menghantuinya. Entah apa yang ia pikirkan, ia bahkan tak mengerti. Namun gambaran jelas dari sosok Brian yang melangkah pergi menjauh waktu itu, terus saja berputar di kepalanya.

Kenapa waktu itu Brian menatapnya dengan tatapan seperti itu?! Dan kenapa dadanya seperti telah dipukul ketika melihatnya?!

Tak pernah Rangga merasa seperti ini.

Rangga butuh jawaban.

"Rangga?"

Rangga menoleh seketika, tersadar dari lamunannya. Venessa sedang menatapnya dengan kerutan dikedua alisnya.

"Lo melamun?"

Rangga berdehem, lalu menyunggingkan senyum tipis. "Enggak."

Venessa masih menatapnya.

"Terus?" tanya Venessa.

Rangga menarik sebelah alisnya ke atas. "Terus?"

Venessa terdiam sesaat, begitu melihat raut bingung Rangga. Ia mundur. "Gak apa. Nanti aja," ucap Venessa.

Sepertinya Rangga sedang melewatkan sesuatu. Rangga harus meluruskan hal ini. Ah, tunggu sebentar. Rangga menggapai pipi Venessa. "Ness, kok lo keliatan pucat?"

Venessa tersenyum, lalu menggeleng. "Enggak ah."

.

.

.

Brian terbanjiri oleh keringat. Kaos yang ia gunakan sampai basah kuyub.

Matanya menatap marah. Tapi ia bahkan tak mengerti dengan jelas, kenapa ia merasa sangat marah seperti ini. Ia merasa ingin mengamuk. Dadanya sesak. Ketika ia melihat samsak tinju yang tergantung di depannya, ia seperti sedang melihat Rangga.

Rangga brengsek!

Sekali lagi. Tangannya mengepal kuat, sampai buku-buku jarinya memutih. Ia berteriak, lalu memukul bantalan keras di depannya secara membabi buta.

Begitu ia sampai pada batasnya, tatapannya menjadi abu-abu. Kosong.

Ia terdiam. Ia sudah kelelahan. Tapi...

Ia masih tak bisa menghilangkan sosok Rangga dalam kepalanya. Semakin keras ia mencoba, maka akan semakin susah untuk dihilangkan. Brian nyaris gila. Rangga itu sudah seperti noda membandel yang hadir karena kebodohan Brian sendiri.

Brian memejamkan matanya. Mungkin ia harus menenangkan diri, dan mencoba untuk berpikir dengan perlahan. Ia mengambil napas dalam, lalu menghembuskannya melalui mulut. Ia mencoba menormalkan pernapasannya.

Brian mengingat saat terakhir kali ia melihat Rangga. Tatapan Rangga waktu itu entah kenapa, membuat ia merasa sakit. Brian bahkan sampai lupa untuk membalas pukulan Rangga. Tapi kalau mau jujur, sebenarnya Brian tak benar-benar lupa. Ia hanya merasa tak sanggup.

Brian merasa sangat lemah pada waktu itu. Brian sangat bodoh. Dan sekarang ia muak.

Kenapa ia masih tak bisa menghapus si brengsek itu dari pikirannya?!

Brian mengerang, menjambak rambutnya dengan kuat, berharap usahanya itu dapat membuat ia hilang ingatan untuk sesaat. Rangga itu pantas untuk dihilangkan! Rangga itu hanyalah iblis yang berlindung di bawah wajah tampannya. Rangga itu hanyalah pengganggu yang telah mencuri ciumannya!

TROUBLEMAKER ; Rangga Argian [END] [E-Book] [BUKU FISIK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang