DENGANMU, TUAN PINGSAN

50 4 0
                                    


*VRaSS

Aku melangkah perlahan turun dari lantai dua menuju ke dapur. Dua kali naik turun tangga hanya untuk membawakan hal sepela untuknya, ternyata melelahkan juga. Baru satu kali ini aku merawat orang asing yang menjengkelkan. Tapi meskipun begitu, tetap saja aku harus merawatnya hingga dia benar-benar sembuh, atau setidaknya pulih sedikit dari pingsannya.

Kusandarkan tubuhku di keramik meja dapur. Aku menyisir rambut depanku ke belakang dengan jari jari tanganku dan perlahan-lahan memijit-mijit kepalaku sendiri. Aku mengelus tengkukku sambil mendesis kesakitan. Perawatan tadi membuat tulang leherku sedikit kaku. Lelaki itu, sebaiknya dia hanya pingsan.

Aku meraba saku celanaku yang tadi kumasukkan barang aneh itu. Aku menggenggam gelang hitam itu dan kembali kuamati dengan teliti, setiap inci lekukan gelangnya. Kuambil gelas kaca di sampingku dan mulai meneguknya hingga habis. Kuletakkan kembali gelas itu, dan mulai menyentuh jarum kecil di gelang itu.

Penasaran dengan apa yang disembunyikan lelaki itu, akupun memberanikan diriku untuk mengenakan gelang miliknya.

Pas. Ukurannya sama denganku.

Tidak terjadi apapun. Jarum-jarum kecil itu tidak menyakitiku sedikitpun. Sepertinya ini hanya sebagai hiasan tambahan. Atau untuk menambah kenyamanan.

Sebuah lekukan kecil terpampang jelas di bagian luar gelang itu. Aku mencoba untuk merabanya dan menyentuhnya ---- lebih tepatnya, menekan lekukan itu.

"Ah!! Sshhh!!" desisku tiba-tiba. Salah satu jarum itu bergerak menusuk masuk ke dalam kulit tanganku. Sepertinya ini bukan hanya hiasan ataupun sekedar mencari kenyamanan. Sepertinya ini sesuatu yang lebih dari itu. Buktinya, jarum itu menusukku, dan....memasukkan sebuah cairan ke dalam pembuluh darahku.

Ini...
.
.
.
"Ehm!!! Arghh!!! Sh*t you da*n!!"

Ah, erangan itu lagi. Aku segera membuka kulkas dan mengambil satu botol kaca berisi air dingin. Aku berlari cepat menuju ke kamarku. Kulihat lelaki itu kembali mengucurkan keringat dari seluruh tubuhnya.

Belajar dari kejadian tadi, aku tidak lagi mau menyentuh tubuhnya jika keadaannya seperti ini. Tubuhnya bisa-bisa membakar kulitku. Aku segera saja kembali mengompres dahinya. Kuusap kaki dan tangannya yang sepertinya sudah lebih panas dari yang tadi, dengan sehelai kain yang sudah kucelupkan ke dalam air dingin yang kubawa tadi. Erangannya masih berlanjut hingga beberapa menit lamanya.

Selesai ---- lelah berat ---- mengerang, akhirnya lelaki ini berhenti mengeluarkan suaranya yang mungkin sudah membangunkan beberapa orang tetanggaku. Akupun mengikuti jejaknya ---- kelelahan ---- dan mulutku menguap lebar karena ulahnya.

Kulihat dirinya yang tenang dan hening seperti pertama kali aku membawanya masuk ke sini. Tubuhnya kembali melemas. Rahangnya tidak lagi tegang sambil mengucapkan kata-kata kasar itu seperti tadi. Kaki dan tangannya kembali melunak layaknya ikan yang kembali berenang dalam air. Dalam keadaan setenang ini, aku bisa saja tertidur di sampingnya dan mulai merasakan apa yang dia rasakan. Tapi rasanya itu tidaklah mungkin.

Jika kau ingin tahu, aku bukanlah orang biasa seperti yang kau kira. Aktif menjadi gadis yang mencari perhatian lelaki, atau banyak bicara omong kosong, atau murah senyum karena kesopanan, atau bahkan berkata lembut demi menjaga perasaan orang, aku bukan orang yang seperti itu.

MESS TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang