SA(VE)D ME

16 0 0
                                    


*VRaSS

Dia langsung mengangkat tubuhku, mengubah posisiku duduk. Kulihat dirinya berjongkok satu kaki di depanku, memandangku khawatir. Sedangkan aku hanya bisa terbatuk-batuk memuntahkan air yang tadi tak sengaja kutelan, dan menggigil kedinginan karena sempat tenggelam di dalam air malam yang hampir membeku itu.

Bibirnya berulang kali mengucapkan kata-kata yang terdengar bagai bisikan angin hembus. Tatapannya mengguratkan kekhawatiran mendalamnya yang tadi sempat melihatku tenggelam dan tak sadarkan diri, mengira aku akan mati begitu saja. Kedua tangannya menggenggam pundakku erat, mengguncangnya pelan dan berusaha menyadarkanku dari siuman ini.

"V! Kau baik-baik saja? Bagaimana keadaanmu?" tanyanya khawatir, sambil sesekali memarahiku karena aku belum juga siuman total.

"Uh...D? Kau datang?" tanyaku berbisik.

"Sial, V! Kau membuatku khawatir! Kau membuatku harus masuk ke dalam air, kau tahu?!! Itu mengerikan!" serunya kesal.

"Menyenangkan, bukan? Tenggelam bersamaku?" tanyaku meracau. Kesadaranku belum juga pulih total, membuat Jacob semakin tidak bisa menahan emosinya.

"V! Kau meracau! Aku tidak bisa berbicara denganmu ketika kau meracau! Kau hampir mati tadi!" serunya lagi.

"Lebih baik hampir mati dan tidak bisa hidup lagi daripada harus benar-benar mati namun akan mengalami siksaan ketika dihidupkan kembali. Lebih menyenangkan...." jawabku lebih bodoh lagi. Ekspresiku masih ketakutan dan kedinginan, namun ada juga ekspresi bahagia dan sedih dalam wajahku, membuat suasana hati Jacob menjadi lebih rumit untuk ditebak.

Jacob langsung beranjak pergi. Kulihat dirinya berniat untuk kembali berubah dan pergi ke pulau inti, meninggalkanku kedinginan sendirian disini.

"Kau sudah tidak peduli denganku!" ucapku sedikit berseru, menunduk dan menatap ke kepalan tanganku yang menggigil menahan dingin. Jacob terdiam, dan tidak berubah sedikit pun. Dia merasa disalahkan dengan kata-kata itu. Aku terkekeh menahan tawa lepasku, lalu kembali berbicara sendiri, tidak ditujukan pada siapapun, kecuali diriku sendiri.

"Heh! Terima kasih atas sentuhan intim itu, V, dan kegusaranmu, Jack..." jawabku menekan kata-kata itu, membuatnya menatapku tajam dan seakan lebih tersindir dengan kata-kataku sendiri.

"Yah, akhirnya...pembenciku bertambah satu, dan dia adalah seseorang yang telah membuatku..." ucapku terputus, dan mengalihkan pandanganku ke tatapan tajam Jacob yang sedari tadi sepertinya sudah siap menerkamku secepat kilat. Aku menatapnya dengan guratan senyuman jahil dan keseriusan dalam kata-kataku. Dia menatapku dengan kesal sebelum akhirnya dia membaca pikiranku, dan membuat wajahnya terkejut, terlihat aneh dalam suasana tegang seperti ini.

"Tidak...kau bercanda..." bisiknya tak percaya.

"....jatuh....cinta...."

Jawabku sambil melebarkan senyumanku, membuat tatapanku semakin tajam dan dalam. Sebuah ungkapan rasa yang belum kupikirkan secara matang bagaimana mengungkapkannya. Dan kini, aku mengungkapkannya secara buka-bukaan, karena saat ini aku baru saja siuman dan terlihat seperti orang mabuk anggur ditambah mabuk cinta. Astaga, jika aku benar-benar sadar saat ini, pasti sudah kutampar diriku karena dengan sengajanya mengucapkan itu. Sayangnya, emosiku kali ini dikendalikan dengan kata-kata Gale tadi, peristiwa jatuhnya Jacob, dan siumanku yang belum sembuh sepenuhnya.

MESS TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang