KESALAHAN MIMPI

22 0 0
                                    


*VRaSS

"Kau menyentuhku." ucapnya sedikit melesu.

Kata-katanya menusuk tajam ke dalam hatiku. Dia menujukan kata-kata itu seakan menyudutkanku dengan peraturanku sendiri, membuatku terlihat memalukan di hadapannya. Tatapannya yang sedih itu menajam ke arahku, menatap bibirku yang tadi baru saja mengecupnya untuk menghiburnya.

"Uh...kenapa?" tanyaku gelagapan gugup. Tatapannya membuat keringat dinginku keluar dengan cepat. Napasku tercekat begitu saja, membuat tubuhku membeku dalam dekapan hangat kedua lengan kokohnya itu. Aku hampir tidak bisa menggerakkan setiap inci tubuhku begitu saja. Pertanyaan itu membuat pipiku bersemu merah karena malu dengan pelanggaran peraturanku sendiri.

"Aku hanya ingin menghiburmu." jawabku dengan polosnya, di hadapan seorang yang sepertinya mantan agen ini. Dia tidak bergeming, hanya menatapku datar, dan masih diliputi penyesalan.

"Jadi, sentuhanmu itu hanya untuk hiburan, ya?" tanyanya membuat napasku semakin tercekat saja. "Pantas saja Gale bisa dengan mudah menyentuhmu. Perhatiannya membuatmu kasihan, dan hiburanmu untuknya adalah, sentuhanmu." ucapnya memalingkan pandangannya dariku.

Tidak, bukan begitu maksudku. Rasanya, kata-kata itu ingin kukeluarkan saat ini juga untuk menghentikannya mengeratkan dekapan lengannya itu dan membuat napasku semakin sesak. Dia bisa saja membunuhku saat ini, dan aku bisa saja mati mengenaskan dalam mimpi.

"Jacob, Gale melakukannya terlalu sering. Aku sudah terbiasa. Lagipula, dia bisa menjadi pembantu penyembuhan sentuhan kelamku ini. Dan...dan...aku bisa.....bisa...." kata-kataku berhenti begitu saja untuk mencari penyambung yang tepat.

"Kau bisa menciumku semaumu untuk menghiburku ini karena usahanya? Cukup buruk." ucapnya melanjutkan kalimatku dengan pedas. Jantungku serasa berhenti saat itu juga. Dia segera melepaskan dekapannya, dan membebaskanku mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Aku terjatuh berlutut, mencoba menyesuaikan beratku yang dari tadi ditanggungnya.

Jacob berdiri sejenak di sebelahku, lalu berjalan pergi meninggalkanku. Langkahnya tenang tanpa beban. Kesedihannya sudah hilang sejak melepaskan dekapan eratnya tadi. Tatapan ganasnya digantikan dengan kedataran suasana hatinya. Aku belum memperdulikan itu sebelum aku bisa kembali bernapas dengan normal.

"Jacob! Tunggu!" seruku berusaha berdiri dan mengejarnya. Dia berhenti secepat mungkin dan segera menghentikanku.

"Berhenti disitu!" serunya lantang, menggema ke seluruh ruangan ini, dan membuatku tersentak kaget. Dia berdiri jauh di depanku, membalikkan badannya, menatapku tajam, memberiku ekspresi datarnya. Postur tubuhnya sudah kembali lebih tegak seperti biasanya. Tubuhnya yang kaku dan proporsinya yang cukup dibilang keren itu membuatku membeku hanya dengan suara lantangnya.

"Bukan salahku untuk menyentuhmu seperti itu secara tiba-tiba. Kau yang memulainya dengan mengkhawatirkanku. Jawabanku atas kekhawatiranmu adalah ketegaranku menghadapi sikapmu, dan seluruh dirimu...." Jawabanku membekukan tubuhnya, dan tatapan ganasnya berubah melembek. Dia yang menyebabkan ini duluan. Sentuhan perasaannya menusukku tajam, membelah seluruh isi otakku, dan membuatku tidak bisa berpikir jernih. Aku hanya menuruti apa maunya.

"Kenapa kau se sensitif ini jika berada di dekatku?! Kupikir kau tidak peduli denganku! Kupikir kau hanyalah seekor monster mengerikan yang berusaha menjalankan tugas dengan benar! Kupikir kau jauh lebih tangguh daripada ini! Kau adalah seorang mantan agen! Dan kau seharusnya sudah biasa menghadapi ini semua. Hal sepele, seperti wanita. Bahkan seharusnya perasaanmu sekokoh kayu, sekeras batu. Tidak mudah dikalahkan oleh seorang lemah sepertiku! Tidakkah kau seharusnya mengoreksi dirimu dulu!!" seruku yang tak kusangka sudah menahan air mataku karena malu berseru di depannya.

MESS TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang