MISI BERAKHIR MATI

27 3 0
                                    


*JaCoB

"Tom! Kau duluan! Aku akan menjagamu dari belakang!" pintaku dengan senjata di genggamanku.

Meskipun kami sudah menyamar dan masuk dengan selamat, tetap saja harus waspada di beberapa lokasi, bisa-bisa kami tertangkap. Kami berjalan santai dengan sikap biasa penjaga pulau ini. Tom berjalan di depan, sedangkan aku berjaga sedikit di belakangnya. Kami terus melangkah melewati lorong-lorong ruangan di rumah inti. Langkah kami terkadang sedikit diperlambat saat beberapa penjaga lain berpapasan dengan kami. Topi yang kami gunakan sedikit diturunkan, berusaha menutupi sedikit identitas kami.

Tom memiliki tinggi yang hampir sama denganku, hanya dia lebih tinggi beberapa senti saja. Rambut hitam kecokelatan yang sedikit panjang dan berantakan. Mata biru tuanya yang terus mengingatkan kesetiaannya pada organisasi. Langkah tegapnya sama denganku. Hidung sedikit mancung, khas Asia sekali. Dia bisa disebut kembaranku, meskipun kami bukan saudara. Secara kasat mata, kami hampir mirip. Bahkan di semua hal, kami seperti satu orang di tempat berbeda.

Yang membedakan adalah, dia sudah memiliki pasangan, sedangkan aku belum. Seorang wanita yang juga seorang agen. Cinta lokasi, huh?! Siena namanya. Cukup cantik, kan?

Dia mencintai pekerjaannya sebesar dia mencintai wanita itu. Dasar lelaki.

Baiklah, cukup identitasnya. Back to the mission!

Tom dan aku terus melangkah dengan santainya menuju ke ruang berkas. Kami berjalan tidak terlalu jauh, karena kami tidak ingin tertangkap dan kami ingin misi ini cepat selesai dengan bersih.

Kami berjalan ke lantai di bawah kami dengan tangga. Gedung rumah ini memiliki satu lantai di bagian atas tanah, dan lima lantai bawah tanah. Ruang berkas ada di lantai kedua dari bawah tanah. Sesampainya di lantai -2, kami langsung bergerak menuju ke sebuah ruangan di sudut gedung. Tempat itu tertutup, karena hanya dikhususkan untuk orang-orang tertentu, tidak terkecuali penjaga yang terpilih.

Kami sudah mengaturnya.

Kami menggenggam sebuah kartu tanda pengenal yang sedari tadi dikalungkan di leher. Kami menekan kartu itu di scanner anggota. Lampu scanner menyala biru, yang artinya kami doijinkan masuk. Gagang perak pintu ruangan itu diputar oleh Tom, membukanya dengan mudah.

Mulutku terbuka lebar dengan apa yang kulihat di dalamnya. Kami pikir kami akan mencari berkasnya di tumpukan kertas kontrak bertanda tangan yang tersimpan di tumpukan kardus berisikan hal yang sama. Ternyata tidak! Ruangan berkas ternyata lebih sederhana dari apa yang kubayangkan.

Monitor komputer dengan layar besar dipasang di dinding ruang berkas. Beberapa lampu gantung yang dipasang cukup jauh dari jangkauan tangan. Keyboard model hologram yang tidak memakan banyak tempat. Tempat duduk single bermodel sofa dengan rangka kayu yang terlihat di bagian kakinya yang terbuka. Papan kayu berlapis plastik tebal yang dipasang di dinding. Monitor komputer berlayar kecil yang dipasang mengelilingi monitor besar.

"Kau terkejut, kawan? Begitu juga denganku." jawab Tom dengan senyum puasnya.

Kami segera menghampiri layar monitor dan mengetik berkas yang kami butuhkan. 'Program Kutub dan Lava'

Seketika berkas yang kami inginkan, keluar. Tulisan yang merupakan data-data program yang kami inginkan. Tom mengeluarkan sebuah flashdisk dari kantong celananya. Dia memasang flashdisk itu ke kotak penghubung USB. Aku segera mengcopy berkas itu dan menghapus berkas di data komputer berkas.

MESS TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang