FIRST CHANGE!!!

18 0 0
                                    


*GLoBaL

Gadis itu semakin menggeram saat ditatapnya pria tua di depannya, berusaha melepas cincin perak itu. Geramannya menyebabkan gumpalan asap dingin itu semakin menyebar, dan semakin menutupi pandangan setiap orang di ruangan ini. Gadis itu terkejut kesal saat cincin perak yang terpasang erat di jari manisnya, terlepas dengan mudahnya oleh tangan kasar pria tua di depannya. Dia memandang kesal Jenderal dan berusaha mengancamnya dengan kata-katanya yang menyiratkan bahwa pemicu ini berhasil.

"Apa yang kau lakukan....." ucapnya menggertakkan giginya yang mulai meruncing itu. Jenderal hanya terdiam tenang, memandangi cincin itu lebih detail lagi, mengangkatnya di depan wajahnya, dan membuat geraman gadis itu terdengar semakin mengerikan.

"Cincin yang cantik.....sepertimu." ucapnya memandang gadis itu seakan menggodanya menjadi istri keduanya. "Dan kuharap, lelaki yang menyukaimu itu......tidak berlawanan denganmu." ucapnya membuat bulu kuduk seseorang disana, berjejer rapi, berdiri, menunggu perintah untuk menyerang secara tiba-tiba.

Gadis itu membelalakkan kedua matanya tiba-tiba, terkejut dengan apa yang dikatakan pria itu membuatnya bingung, sekaligus kesal. "Apa maksudmu? Berikan aku cincin itu, atau..."

"Atau apa?! Kau akan apa?!" ucap Jenderal tiba-tiba memindahkan cengkeraman tangannya pada dagu gadis itu, membuat kata-kata gadis itu tercekat oleh cengkeraman kasarnya. Tatapan kedua orang itu saling beradu kuat. Keduanya saling memberi argumen pada tatapan, dan akhirnya, sesuatu yang mengakibatkan hal buruk.....terjadi.

Jenderal langsung membuang cincin perak itu ke lantai.

Memisahkan jiwa cincin itu dari jiwa gadis itu yang sebenarnya.

Gadis itu memandang sikap Jenderal dengan sangat kesal. Kesabaran gadis itu seakan habis saat itu juga. Dia langsung mencengkeram tangan Jenderal yang mencengkeram dagunya. Diremasnya tangan kokoh itu, dan ditariknya dari pandangannya, sehingga wajah Jenderal, tidak lagi terlihat dalam kepulan asap dingin itu.

Kemarahannya membuat Jenderal sangat senang dan puas. Dia menunggu, mundur sedikit ke belakang, dan melihat apa yang aakn terjadi pada gadis itu. Senyuman seringainya menunjukkan bahwa kini tugasnya hanya tinggal tersisa sedikit.

Dari dalam, terdengar jelas suara gemeretak tulang yang berubah bentuk maupun yang membentuk sisi lain. Suara desingan besi yang menggores lantai ruangan bagai sebilah pisau yang menggores logam lain. Sebuah gelombang angin yang terarah ke seluruh ruangan program.

Seluruh suara itu membuat bulu kuduk Mel berdiri lebih cepat dari sebelumnya. Dia mengatakan sesuatu drai mulutnya, yang keluar seakan sebuah bisikan maut yang baru saja menyapanya bersamaan dengan sebuah mimpi buruk.

"Dia berubah...."

Kelima remaja itu menatap ke sumber suara dengan ikut merasakan apa yang Mel rasakan. Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya, berusaha ikut mengubah dirinya, dan menenangkan makhluk gadisnya itu. Usahanya untuk maju dan berubah terhalang oleh uluran tangan Mel yang menghalangi tubuhnya, dan tatapan khawatir sekaligus yakin pada dirinya. Tatapan Mel kali ini menyiratkan hal lain yang lebih bisa dimengertinya dari gadis itu. Tatapannya mengatakan bahwa....

....'Dia tidak sadar'.

D langsung menghentikan langkahnya untuk menyerang, kecuali diperintahkan. Sikapnya seakan mendadak berubah sejak kedatangan jiwa baru gadis itu, yang terlihat seperti akan merubah jiwa gadis itu yang sebenarnya, dan membuang setiap hal lemah dalam diri gadis itu.

Suasana kembali menghening, terdiam tanpa ada yang berani bersuara sedikit pun. Ketakutan mereka bukan pada makhluk itu, melainkan pada apa yang bisa makhluk itu lakukan pada mereka, seandainya mereka mengganggu makhluk itu sedikit saja.

MESS TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang