KAU KEMBALI

21 2 0
                                    


*VRaSS

Entah kenapa, reaksi Jacob tadi membuatku sedikit risih. Mungkinkah karena senyuman tadi yang tiba-tiba menjadi sebuah keterpukauan, yang tadinya menjengkelkan, kini menjadikanku seperti...malu kasmaran.

Tunggu!

Aku tidak sakit, kan?!

Jangan bilang padaku bahwa aku mulai merasakan dilema anak muda. Impossible. Aku tidak mau menjadi seseorang seperti itu. Sudah cukup satu kali aku merasa diremehkan, oleh orang gila seperti Jack. Iihhhh!!
.
.
Aku melangkah perlahan, mengelilingi kota New South Wales, Australia. Jika kau ingin tahu lebih, kotaku yang berada di dekat Coogee Beach.

Well, cukup ramai dan terbuka, memang. Tapi ini tempat terjauh yang bisa ayahku jangkau dan pantau. Tempat ini juga cukup 'menghilangkanku' dari para media gila itu.

Disinilah aku menjalani masa remajaku. Daerah indah yang cukup terkenal. Kegiatan dan aktivitas yang tidak pernah berhenti, membuatku lebih mudah bersembunyi, atau tidak.

Aku berjalan menuju ke sebuah kafe tepi pantai. Salah satu tempat favorit ku disini. Cukup terbuka jika dilihat dari luar. Dinding kacanya menyuguhkan pemandangan pantai diluarnya sekaligus menyuguhkan pemandangan pengunjung kafe di dalamnya.

Kumasuki kafe dari pintu kaca dua sisi. Disitu terpajang papan putih kecil bertuliskan 'OPEN', yang kau tahu artinya. Aku langsung berjalan ke depan meja pengunjung, meja yang berbatasan langsung dengan dapur. Para barista disana bekerja dengan keras dan cepat. Kafe ini salah satu kafe terlaris di NSW. Keramaiannya membuatku lebih terlihat seperti pengunjung biasa. Eheh, salah satu kesukaanku adalah menjadi orang yang sangat biasa saja. Tidak terlalu dipedulikan, tapi berkawan lebih santai dengan orang lain.

"One cappucino, please!" pintaku pada salah satu barista yang mendekatiku untuk mencatat pesanan. Barista itu langsung membuatnya dengan mudah. Biasanya aku menghitung waktu mereka membuatnya. Eheh, kebiasaanku yang lainnya, kecepatan dan kepuasan. Sejak lelaki itu datang, aku tidak bisa melakukan kebiasaanku itu. Awas kau, Jack!

Barista itu langsung menyerahkan cappucino yang dia buat. Dia berdiri terdiam di depanku. Semua pegawai disini sudah tahu kebiasaanku. Mereka mencoba untuk menghormati penilaianku, berharap mendapat kenaikan gaji dari bos mereka. Aku menatap cappucino itu sejenak, mengamati apa ada sesuatu yang kurang. Setelah itu, barulah aku meminumnya sedikit demi sedikit, mencoba apa dia benar-benar membuatnya dengan baik.

"Hmm...one minute. Fast and neat. You're work well. Better than yesterday. Great job, bud!" jawabku membuat senyumnya merekah lebar. Dia mengucapkan terima kasih padaku dan langsung kembali bekerja. Aku hanya tersenyum menahan tawa saat melihat tingkah bahagianya itu.

Kubuka tasku dan mengambil smartphone ku. Kupasang sebuah earphone di situ. Aku memasang dua ujung mini speaker nya di telingaku. Kunyalakan lagu yang kusimpan.

Hmm, inilah yang kuinginkan sejak kejadian kemarin...

Tiba-tiba, seseorang mengagetkanku dari belakang. Seorang pria 32 tahun bertubuh gempal, berkepala botak. Kedua mata birunya membuatku langsung tersenyum mengenalnya.

"Hey, Gaby!" sapaku membuatnya ikut tersenyum.

"Hey, Vrass! How are you?! Still alone?" tanyanya menyindir.

"Yep! But, Danny has arrived. And somebody else." jawabku sedikit lelah.

"Boy's, huh?!" tanyanya semakin mengejek. Aku mengangguk dan berekspresi seperti sedang menahan beban pikiran.

MESS TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang