FIRST ATTACK!!!

24 1 0
                                    

*GLoBaL

"Tembak rudal ke kedua sayapnya!"

Seruan itu terdengar sangat keras, membuat beberapa orang yang mengenggam rudal gemetar dengan sangat hebat. Tidak hanya mereka, semuanya saja, mereka menatap Jenderal mereka dengan sangat terkejut, dan menganggap bahwa ini adalah serangan gila.

Menembak dan menghancurkan 'benda' sendiri?

Kau pasti lebih gila dari teroris.

"Apa yang kalian tunggu?!! Cepat laksanakan!!" serunya kembali, menghalau tatapan heran dan terkejut dari seluruh anggotanya yang tangguh dan lembek sesaat itu.

Dengan segera, dua orang pemegang rudal berlutut satu kaki. Mereka meletakkan rudal berat itu di bahu kanan mereka, dan menggenggamnya erat. Sebuah peluru rudal dipasang erat di depan, dan siap ditembakkan. Posisi keduanya bagaikan seekor elang yang akan menghancurkan mangsanya dalam satu kali dorong.

"Dengan aba-abaku!" seru Jenderal tegas. Posisinya dibusung dada, dengan tidak menghiraukan luka di tubuhnya yang mengeluarkan banyak darah dari tadi. Dia memang Jenderal yang tidak mampu terlihat lemah sedikit saja di hadapan anak buahnya.

"Satu!!"

Hitungan yang diperhitungkan dalam setiap kesempatan yang direncanakan. Pertarungan langit masih terjadi. Keduanya masih saling mencakar, menusuk, dan menyemburkan api atau pun es. Darah mulai menetes dari seluruh bagian tubuh kedua makhluk itu. Makhluk putih dingin itu tidak menyadari keberadaan rudal yang menargetkannya. Dia tidak peduli. Kelincahannya masih berfungsi, dan indranya hanya mencium bahaya saat tenang. Saat ada duel bahaya, indranya akan melemah, dan itu membuatnya harus lebih waspada.

"Dua!!!" seru Jenderal lagi, membuat kedua anak buahnya menarget lebih teliti sesuai letak sebenarnya target putih dalam balutan gelap ini.

"TIGA!!!"

Hitungan mulai berakhir, dan semua yang terjadi hampir dikatakan terlambat.

"TEMBAK!!!!"

Dua buah rudal meluncur cepat ke kedua sayap logam makhluk itu, dan saat keduanya menembus logam lempengan itu dengan mudah, tiba-tiba, sebuah tubrukan keras mengarah ke tubuh serigala putih itu, dan menghempaskannya ke pulau bukit tertinggi. Tubuh makhluk putih itu menabrak pinggiran pulau, membuat tulang tubuhnya retak, dan sedikit bergeser. Dia terjatuh ke tanah dengan kesar, membuat sebuah luka benturan besar di sekujur tubuhnya. Serigala itu jatuh terkapar dengan masih menahan sakit dan geraman. Dia sedikit merasakan lelah setelah kejadian itu, membuat semua orang penjaga mengepungnya dari jarak sekitar tiga meter. Para penembak bius sudah bersiap di sekitar pulau dengan kapal karet mereka. Mereka menggenggam senjata itu dengan hati-hati, sambil menunggu perintah keji dari Jenderal besar mereka.

Makhluk merah bersisik itu terbang ke pulau tempat serigala putih itu terbaring. Dilihatnya rupa makhluk putih dingin itu dengan tatapan kesal sekaligus kasihan. Jiwa dalam dirinya kini pulih seutuhnya. Keduanya merasakan apa yang patut dirasakan, dan salah satunya adalah kesal. Kesal karena harus melawan tanpa berpikir, dan kesal karena jiwa gadis ini tidak segera sadar juga.

Sang Jenderal berdiri tegak di kapal karetnya, mengawasi situasi, seandainya keadaan memburuk. Dia memerintahkan salah satu anak buahnya untuk membangunkan serigala itu.

MESS TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang