HILANG DAN LUPAKAN (3)

16 1 0
                                    


*VRaSS

Tawa Vrass semakin menjadi saat melihatku berlari ke arahnya, berusaha menutupi rasa maluku. Bukannya menutupi wajahku yang sudah semerah tomat, dia malah berlari menjauhiku, membuatku semakin sulit menyembunyikan rasa maluku dengan apa yang baru saja diucapkan.

Kudengar Vrass masih tertawa keras di dalam kepalaku, membuat bising telingaku, dan memperparah warna wajahku. Aku hanya pasrah saat dia terus berlari menghindariku. Kejaranku terus berlanjut, hingga akhirnya aku menabrak tubuh berbulunya, dan langsung meringkuk di bawah lekukan tubuhnya itu. Vrass yang lelah tertawa, langsung kembali duduk, dan melingkarkan tubuhnya, melindungiku dengan bentuknya. Dia mendengus, menyapukan sentuhan udara dinginnya ke wajahku, mendinginkannya, seakan membuatnya normal dengan warna semerah tomat itu. Dia masih berusaha menahan tawanya saat dilihatku masih meringkuk di lekukan tubuhnya itu.

"Kau tahu, memanfaatkan perasaanmu untuk mimpi seperti ini, sepertinya menyenangkan." ucapnya masih berusaha menahan tawanya, dan mengaduh kesakitan saat kutarik beberapa helai bulu putih halusnya yang sempurna itu. Aku menatapnya dengan masih menahan maluku di bawah lekukan tubuhnya.

"Vrass! Seharusnya kau membantuku atau melatihku! Bukannya mempermalukanku! Kau jahat!" ucapku dengan senyuman malu itu, membuat dia kembali tertawa terbahak-bahak dan membuat tubuhku semakin lemas.

"Hahaha...!!! Kau lucu saat marah seperti itu!!! Mengasyikkan mengerjaimu sampai seperti itu!!" ucapnya kembali tertawa. Aku kembali menutupi rasa maluku di lekukan tubuhnya yang dingin itu. Aku menarik beberapa helai bulunya berulang kali, membuatnya mengaduh kesakitan hingga kapok telah menertawaiku dari tadi. Sayangnya, usahaku sia-sia. Vrass terus saja tertawa dengan apa yang tadi terlintas dipikirannya, yang membuatku menahan malu sedari tadi dengan susah payah.

"Vrass! Aku membencimu! Kau tahu aku tidak akan pernah suka kehangatan lagi mulai sekarang, kan?!!!" seruku masih menyembunyikan diriku. Sayangnya, bukannya mengangguk mengiyakan, dia terus saja tertawa dengan apa yang baru saja kukatakan. Kata-kataku seakan sebuah lelucon paling lucu setelah lelucon memalukan tadi.

"Kau tidak akan suka dingin???! Vraaasssss!!!! Hahahaha..." kerasnya dia tertawa itu membuatku kesal, dan memasang wajah kesal ke hadapannya, membuatnya perlahan menghentikan tawanya, dan menyadari bahwa tingkat maluku sudah memuncak.

"Kau tahu aku tidak pernah menginginkan posisi ini! Posisi dimana aku dan Jacob bersama! Bahkan aku tidak pernah berharap bertemu sedetik pun dengannya! Aku hanya korban perasaan yang nantinya juga akan merasakan apa yang harus dirasakan, yang seharusnya tidak mau aku rasakan, dan tidak pernah mau aku alami selamanyaaaa!!!" seruku sangat kesal, hingga wajahku memerah, dan napasku memburu karena menahan detak jantungku yang sangat cepat.

Vrass yang melihat bulir-bulir air mataku itu mulai mengalir deras pun, mulai menghentikan tawanya, dan beralih ke rasa penyesalan padaku karena telah membuatku malu tak karuan, meskipun hanya ada kami berdua disini, namun ampuh membuatku merasakan adanya banyak orang yang menonton peristiwa ini, dan mengejekku habis-habisan.

Vrass mulai mendekatkan wajahnya ke arahku, dan mendengus menyesal karena membuatku malu habis-habisan. Dia mendekatkan kaki depannya ke wajahku, dan mengelap setiap tetes air mata yang kukeluarkan. Dia semakin melingkarkan tubuhnya, dan menghalangi cahaya temaram lampu di atas kami dengan lembaran sayapnya yang berlubang di pinggir itu. Beruntung dia melipatnya, dan membuat bayangan besar menutupi tubuhku, membiarkan kegelapan menutupi rasa maluku, dan menghalangi cahaya mengejekku lebih jauh lagi. Dia meringkuk ke arahku, dan bernapas dingin ke hadapanku. Dibuatnya sebuah pusaran angin bercahaya di hadapanku. Pendaran biru itu membuat air mataku mengering perlahan, dan mengembangkan senyuman ketenanganku hanya dengan memandang pendaran itu. Seketika pusaran itu menyatu membentuk sebuah bola es berduri yang bercahaya, mengambang di hadapanku, dan berputar perlahan, seakan membiarkanku menikmati setiap inci pemandangan tubuhnya yang berduri sempurna.

MESS TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang